Opini

Meminjam Tangan Pemberontak Suriah untuk Menjamin Keamanan Israel

Langkah tak terduga HTS, yang selama ini beroperasi di Idlib -- tetangga Aleppo --   berlangsung di tengah masih berkecamuknya perang antara Israel me

|
Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS.COM/FOR SERAMBINEWS
Teuku Taufiqulhadi, mantan Reporter Perang, dan menulis disertasi tentang Perang Suriah. 

Keuntungan bagi Israel

Karena berbasis yang lebih luas hasil merger sejumlah kelompok pemberontak, HTS lebih percaya diri untuk membentuk pemerintahan sendiri di Idlib, yang dikenal dengan nama Pemerintahan Penyelamatan Suriah (SSG), yang berarti sebagai bentuk penolakan terhadap Pemerintahan Otonom Suriah Utara dan Timur (AANES) yang dibentuk oleh kelompok pemberontak Free Syrian Army (FSA) dan didukung Turkiye.  SSG ini mengelola sekolah-sekolah, rumah sakit dan juga memungut pajak 

Hanya saja di Idlib ini pengaruh Turki sangat kuat. Sejumlah kelompok yang berhasil dikalahkan pemerintah al-Assad kini bermukim di wilayah ini seperti FSA, sebuah kelompok pemberontak Suriah paling awal, yang mayoritas pendukungnya berafiliasi dengan Ikhwanul Muslimin.

Turki, diduga berhasil  menyelundupkan sejumlah orang ke dalam tubuh HTS, yang mengakibat terjadi sejumlah pembunuhan di internal HTS. Kekacauan ini mengakibat Abu Jaber mengundurkan diri pada 2018, dan digantikan oleh Abu Muhammad al-Golani. Golani segera mengumumkan pemutusan hubungan dengan al-Qaeda, dan kemudian kian dekat dengan Turki.

Abu Mohammed al-Jawlani. Kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS) kini menguasai Aleppo, kota terbesar kedua di Suriah, melalui serangan mendadak yang dipimpin oleh Abu Mohammed al-Jawlani.
Abu Mohammed al-Jawlani. Kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS) kini menguasai Aleppo, kota terbesar kedua di Suriah, melalui serangan mendadak yang dipimpin oleh Abu Mohammed al-Jawlani. (Tangkap layar X)

Sehari setelah penyerbuan ke Aleppo yang berjarak  66 km dari Idlib tersebut, seorang anggota milisi HTS ini muncul di Channel 11, TV Israel, yang mengatakan, dalam bahasa Arab, "Kami sangat berterima kasih kepada Israel karena telah menarget  Hizbullah dan melemahkan Poros (Perlawanan)."

Kosa kata "melemahkan" di sini adalah poin penting. Karena dengan "melemahkan" itu bisa menjawab pertanyaan terhadap misteri kenapa HTS membokong pemerintah Assad sekarang?

HTS menganggap inilah waktu yang paling tepat untuk membuka kembali front pertempuran dengan pemerintah al-Assad karena Poros Perlawanan sedang melemah dengan kehancuran Hamas di Gaza dan kerugian besar Hizbullah di Lebanon Selatan dengan tewasnya sejumlah tokoh utama kelompok Syiah ini.

HTS pasti  mendapat pasokan informasi penting dari Israel karena belum satu hari serangan Aleppo tersebut terjadi, pemerintah Israel menyatakan pemerintahan al-Assad telah tamat.

Sesungguhnya, pembokongan terhadap Suriah ini sangat susah diterima opini publik Arab saat ini, tapi ketika para milisi Islamis ini muncul di TV Israel dan menyampaikan terima kasih kepada pemerintah Israel, yang dengan bahasa lain, menyampaikan terima kasih kepada PM Israel Benjamin Netanyahu karena berhasil membunuh demikian banyak kaum Muslim di Libanon dan Gaza, jelas  itu di luar kemampuan akal sehat orang Arab dan sangat menyakitkan hati mereka.

Meskipun demikian, dengan pernyataan HTS di TV Israel itu, seperti yang disebarkan oleh Palestina Post, telah memperlihatkan watak asli mereka. Hampir semua kelompok pemberontak Islamis dan jihadis di Suriah memang  rata-rata  sangat pragmatis. Tidak ada ukuran moral perjuangan sama sekali.

Tapi apakah posisi milisi Islamis radikal ini bersifat unik? Mungkin tidak juga, seperti kita lihat di sini. Setidaknya ada satu negara berpenduduk Muslim, yaitu Turki, yang berposisi mendukung HTS menyerbu Aleppo ini. Selain Turki di sana ada Israel dan Amerika juga.

Abu Mohammad al-Jolani memberi hormat kepada pasukannya dalam lawatannya ke Aleppo.
Abu Mohammad al-Jolani memberi hormat kepada pasukannya dalam lawatannya ke Aleppo. (SERAMBINEWS/Telegraph)

Bahkan ketiga negara ini diduga telah turut memainkan peran penting dalam penyerbuan ke ibu kota Provinsi Aleppo ini. Sejumlah negara Arab yang berada dalam aliansi pro-Washington, seperti Arab Saudi, Qatar, Uni Emirat Arab, dan Mesir yang belum pulih dari rasa terkejutnya terhadap kebangkitan ISIS yang nyaris melahap negara mereka, mengharapkan tidak ada upaya untuk menjatuhkan Bashar al-Assad saat ini.

Sebuah Suriah yang kacau, sama dengan membuka kotak pandora kembali, yang memungkinan terjadi kebangkitan kembali ISIS atau organisasi sejenisnya, dan akan memunculkan gelombang pengungsi besar-besaran. Mereka belum siap melihat tragedi kemanusian besar lagi, sementara  tragedi kemusiaan di Gaza belum selesai.

Tapi bagi Amerika, Israel dan Turki lain lagi persoalannya. Mereka melihat sekaranglah saatnya untuk menggantikan rezim di Suriah,  yaitu ketika Poros Perlawanan yang dipimpin Iran menjadi sangat lemah karena serangan Israel seperti yang disampaikan oleh salah seorang anggota milisi pemberontak di Idlib tersebut.

Alasan lebih jauh Turki dan dua negara lain itu yaitu Amerika dan Israel, memang sedikit berbeda. Tayyip Erdogan selalu menyatakan rasa frustasi dengan sikap Assad yang tidak mau bersikap kompromistis  dengan kaum pemberontak. Kompromi yang dimaksudkan Erdogan adalah pemberian konsesi teritorial kepada kaum pemberontak agar mereka bisa membentuk daerah otonomi secara resmi.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved