Kupi Beungoh

Selamat Datang Nahkoda Baru Aceh

Kita patut bersyukur karena rangkaian penyelenggaraan Pilkada di Aceh berjalan lancar. Pilkada damai adalah manifestasi dari keberhasilan demokrasi

Editor: Muhammad Hadi
FOR SERAMBINEWS.COM
FIKRI HAIKAL, Direktur SiPADE Institute | Alumnus Magister Ilmu Komunikasi Dharma Agung Medan 

Oleh: Fikri Haikal*)

Pilkada 2024 merupakan pengalaman pertama bangsa Indonesia menyelenggarakan Pemilihan Kepala Daerah secara serentak di 37 provinsi, 415 kabupaten, dan 93 kota.

Kita patut bersyukur karena rangkaian penyelenggaraan Pilkada di Aceh berjalan lancar. Pilkada damai adalah manifestasi dari keberhasilan demokrasi.

Pada hakikatnya, Pilkada dan Pilgub Aceh bukan sekedar estafet kepemimpinan, tetapi juga tentang visi besar dan kebijakan untuk mengubah wajah daerah ke arah yang lebih baik.

Pilkada Serentak yang digelar pada Rabu 27 November 2024 lalu adalah momentum penting proses demokrasi. 

Rakyat Aceh sebagai pemegang kedaulatan tertinggi, telah mengeksekusi keputusannya dan memilih pasangan Muzakir Manaf - Fadhlullah sebagai pemimpin Aceh lima tahun mendatang. 

Baca juga: Prabowo Terima Mualem-Dek Fadh di Istana

Unggul. Hasil rapat pleno rekapitulasi perhitungan suara tingkat provinsi yang berlangsung di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) pada Minggu 8 Desember 2024, resmi menetapkan bahwa Pasangan nomor urut 02 unggul dengan meraih 1.492.846 suara atau sekitar 53,27 persen. 

Tentu saja, sosok Mualem dan figur Dek Fadh akan menjadi perekat bagi seluruh elemen masyarakat Aceh dari berbagai latar belakang profesi, dan status sosial. 

Dukungan ini juga cerminan optimisme, dan harapan besar masa depan Aceh terhadap kepemimpinan Mualem dan Dek Fadh untuk 'melentingkan' Aceh keluar dari bayang-bayang kemiskinan, dan ketimpangan sosial. 

Penetapan Hasil Pemilihan Gubernur Aceh tahun 2024 oleh Komisi Independen Pemilihan (KIP) Aceh menjadi titik awal rakyat Aceh untuk kembali bersatu setelah pertarungan panjang. 

Tidak bisa dipungkiri bahwa dalam setiap kontestasi politik, kita seringkali dihadapkan pada persaingan ketat antara Paslon dan pendukungnya, yang kemudian memicu gesekan di tengah-tengah masyarakat. 

Baca juga: Jubir: Kabinet Mualem-Dek Fadh Akan Diisi Wajah Baru, Personel Tim Transisi Segera Diumumkan

Dinamika polarisasi dan tensi perdebatan yang keras antar kontestan memang tidak dapat dihindari. Tapi sudahlah. Pilkada Aceh sudah tuntas, dan rivalitas sudah berakhir. 

Penting bagi kita untuk kembali mengingatkan bahwa esensi dari demokrasi hanyalah instrumen untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat.

Poin selanjutnya adalah semua komponen harus kembali bersatu dalam kebersamaan. 

Bersatu dalam menjaga stabilitas daerah, dan bersatu untuk mengimplementasikan visi-misi dan program kerja prioritas di berbagai sektor pembangunan.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved