Breaking News

Jurnalisme Warga

Kehidupan Petani di Pedesaan Thailand: Tak Ada Lahan Tidur, Ternak Dikurung, Semua Rumah Punya Mobil

Walaupun warga perkampungan di Jala mayoritas bekerja sebagai petani, tetapi mereka memiliki mobil di setiap rumahnya.

Editor: Amirullah
For Serambinews.com
Alvi Azkia Hasan (penulis) di sebuah desa di Provinsi Yala, Thailand. 

Mobil-mobil dan sepeda motor berpelat Malaysia sangat mudah ditemui di Kota Hatyai, layaknya mobil pelat BK yang mudah ditemui di Kota Banda Aceh.

Jalan Mulus dan Lebar 

Setelah berkeliling Hatyai, kami pergi ke rumah Mr Sayooti di Lidon, Provinsi Yala, Thailand Selatan. Jarak Yala dari gerbang perbatasan Bukit Kayu Hitam sekitar 2 jam perjalanan dengan mobil. 

Jalan nasional di sana sangat lebar dan mulus. Jalan nasional rata-rata berjalur dua, seperti standar tol, tapi tak perlu bayar. Pengendara juga tak perlu khawatir adanya gerombolan lembu atau kambing di jalan raya.
 
Saat sampai di Lidon kami disambut hangat oleh keluarga Mr Syaooti dan penduduk di sana. Ramah dan memuliakan tamu (peumulia jamee) adalah ciri khas penduduk Yala.

Thailand Selatan adalah kawasan di Thailand yang berbatasan dengan Semenajung Malaysia. Thailand Selatan dihuni oleh mayoritas etnik Melayu yang beragama Islam.

Penduduk Thailand Selatan dapat berbicara bahasa Melayu (walau agak beda dengan Melayu Tamiang dan Malaysia) serta berbicara dan menulis aksara Thailand.

Ngopi ala Kampung di Warkop 

Kami menginap di rumah Mr Sayooti di Yala. Kami tak menyia-nyiakan kesempatan tinggal perkampungan di Thailand.

Pagi-pagi kami pergi ngopi karena ada warkop di kampung itu. Warkop di sana menyediakan air panas dalam ceret kecil di setiap meja. Air panas itu tak perlu bayar.

Warga Thailand sangat senang berjumpa dengan kami. Mereka baik dan ramah. Berbicang dengan kami, baik di warung kopi, pasar, sekolah maupun di masjid.

Warga Thailand Selatan sangat ramah. Kami sering diundang makan di rumah orang kampung, diberikan oleh-oleh, bahwa ada yang memberikan salam tempel dengan uang Baht. 

Mereka sangat senang mendengar nama Aceh. Warga di sana sangat ingin pergi ke Aceh. Maka wajar banyak pelajar asal Thailand yang belajar di kampus atau di pondok pesantren di Aceh.

Penulis (kanan) dalam sebuah jamuan makan siang di cafe
Penulis (kanan) dalam sebuah jamuan makan siang di cafe tepi pantai bersama keluarga Sayooti Samoh.

Negara Pro Petani 

Seperti pemerintah Negara Thailand pro petani. Walaupun warga perkampungan di Jala mayoritas bekerja sebagai petani, tetapi mereka memiliki mobil di setiap rumahnya. Bahkan ada rumah yang memiliki dua sampai tiga unit mobil.

Menurut kabar yang kami dapatkan, khusus mobil yang memiliki bak belakang atau pick up (seperti double cabin) pajaknya sangat rendah. Mungkin hal ini bertujuan untuk mendukung usaha petani di sawah atau kebun.

Mereka rata-rata memiliki kebun di belakang rumah.  Kebun-kebun tak perlu dipagari dan dapat ditanami tanaman. 

Pemilik kebun atau sawah tak perlu khawatir tanaman mereka akan dimakan lembu atau kambing. Hewan-hewan seperti ayam, lembu dll, tidak ada yang berkeliaran di jalan. Sepertinya mereka menyadari bahwa melepaskan hewan ternak yang mengganggu tanaman orang adalah perbuatan dosa.

Jalanan di kampung-kampung juga sangat bagus, nyaris tidak ada yang berlubang. Juga tidak kotoran lembu atau kerbau (ek bham) di jalan umum. 

Tak ada Lahan Tidur

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved