Jurnalisme Warga
ISBI Aceh 2025, Pejabat Baru dan Semangat Baru
Namun, inti dari pelantikan ini bukan sekadar nama-nama yang diumumkan, melainkan semangat pembaruan yang dibawa oleh Prof Wildan.
ICHSAN, M.Sn., Ketua Jurusan Seni Rupa dan Desain ISBI Aceh, melaporkan dari Kota Jantho, Aceh Besar
Awal tahun 2025 menjadi momentum penting bagi Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Aceh. Tepat pada 3 Januari 2025, di bawah kepemimpinan Rektor ISBI Aceh, Prof Dr Wildan MPd, institut ini mengukir lembaran baru dalam sejarahnya dengan melantik pejabat baru di lingkungan ISBI. Pelantikan ini bukan sekadar rotasi atau pergantian nama pada struktur organisasi, melainkan sebuah sinyal yang kuat bahwa ISBI Aceh terus bergerak menuju reformasi yang lebih progresif dan berkelanjutan.
Yang menarik dari pelantikan kali ini adalah hadirnya wajah-wajah baru di hampir semua posisi strategis. Sebagian di antaranya adalah pejabat yang mendapatkan perpanjangan masa jabatan karena performa mereka yang dinilai memuaskan. Namun, inti dari pelantikan ini bukan sekadar nama-nama yang diumumkan, melainkan semangat pembaruan yang dibawa oleh Prof Wildan.
Sejak memegang tongkat estafet kepemimpinan, Prof Wildan telah mencatatkan berbagai prestasi gemilang. Dari peringkat juara Indikator Kinerja Utama (IKU) 7 hingga meraih penghargaan bergengsi, seperti Penganugerahan Humas Diktisaintek dan Anugerah Kerja Sama Diktisaintek. ISBI Aceh telah menunjukkan bahwa institusi ini tidak hanya mampu bersaing di tingkat nasional, tetapi juga memiliki potensi besar untuk menembus level internasional.
Namun, Prof Wildan tampaknya tidak pernah merasa cukup. Filosofi beliau jelas: keberhasilan hari ini bukanlah garis akhir, melainkan batu loncatan untuk capaian yang lebih besar.
Pelantikan pejabat baru ini adalah salah satu contoh nyata dari visi tersebut. Dengan sisa dua tahun masa jabatannya, Prof Wildan tampaknya ingin memastikan bahwa setiap elemen di ISBI Aceh bergerak selaras menuju tujuan bersama: menjadikan ISBI Aceh sebagai perguruan tinggi negeri unggulan berskala internasional.
Perlu diketahui bahwa pelantikan pejabat baru di awal tahun ini tidak hanya menjadi agenda rutin administratif, tetapi juga sebuah pesan simbolik yang kuat. Ini adalah wujud dari semangat baru yang diusung oleh ISBI Aceh. Seperti yang diungkapkan oleh Prof Wildan dalam salah satu pernyataannya, "Hari esok harus lebih baik daripada hari ini."
Pesan ini sederhana, tetapi mendalam. Ini adalah filosofi kerja yang menjadi landasan utama bagi semua elemen di ISBI Aceh untuk terus bergerak maju.
Dalam konteks ini, pejabat baru yang dilantik memiliki tanggung jawab besar. Mereka tidak hanya dituntut untuk melanjutkan program-program yang sudah berjalan, tetapi juga untuk membawa terobosan baru.
Dengan latar belakang yang beragam dan semangat yang segar, mereka diharapkan mampu menghadirkan inovasi yang relevan dengan perkembangan zaman, terutama di era digital seperti sekarang.
"Meunyoe ka geutingku, bek tasumprut," kalimat ini diungkapkan Prof Wildan sebagai pengingat bahwa tanggung jawab yang diemban bukanlah hal yang ringan.
Dalam budaya Aceh, ungkapan ini memiliki makna filosofis yang dalam: Jika sudah dibebankan tugas, jangan menyerah di tengah jalan. Justru, tantangan harus dijadikan pendorong untuk mencapai hasil yang maksimal.
Dalam masa kepemimpinannya, Prof Wildan telah memulai banyak reformasi birokrasi yang berdampak signifikan pada kinerja institusi. Salah satu reformasi terbesarnya adalah memastikan bahwa ISBI Aceh tidak hanya menjadi lembaga pendidikan tinggi yang fokus pada seni dan budaya, tetapi juga institusi yang relevan dalam menjawab kebutuhan global.
Penghargaan-penghargaan yang diraih ISBI Aceh menjadi bukti nyata bahwa reformasi tersebut membuahkan hasil. Namun, keberhasilan ini bukanlah akhir dari perjalanan. Sebaliknya, ini adalah awal dari tantangan baru. ISBI Aceh harus terus beradaptasi dengan perubahan, baik dalam bidang pendidikan, penelitian, maupun pengabdian kepada masyarakat.
Di era 2025 ini, globalisasi telah membawa perubahan yang cepat di berbagai bidang, termasuk seni dan budaya. ISBI Aceh harus mampu menjadi garda terdepan dalam mempromosikan seni dan budaya Aceh ke dunia internasional. Dengan visi ini, institusi ini perlu memperkuat kolaborasi internasional, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, serta menghadirkan program-program studi yang relevan dengan kebutuhan zaman.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.