Wawancara Eksklusif
Safrizal ZA, Aceh Tak Pernah Lekang di Hati Saya
Ia juga melakukan sejumlah gebrakan dan kebijakan yang membuat Aceh tetap adem di bawah kepemimpinannya.
Saya kira pekerjaan yang membutuhkan extra effort adalah mengorkestrasi pemerintahan di Aceh ini. Kalau kita ingin mencapai satu tujuan pemerintahan tidak bisa hanya melibatkan satu dua dinas saja, tapi harus mengorkestrasi dan mengharmonisasikan banyak sekali pihak supaya apa yang kita programkan itu bisa kita capai bersama-sama.
Sebagai contoh, kalau kita mau program pengentasan kemiskinan ini segera turun, maka sekurang-kurangnya 10 dinas harus terlibat dan kita harus orkestrasi ini. Tidak bisa kita membiarkan dinas ini melakukan sendiri, dinas ini melakukan ini, tanpa ada orkestrasi.
Memadukan target seperti ini membutuhkan effort yang cukup keras, apalagi kalau para dinas-dinas ini terbiasa lonely ranger, pejuang sendirian bekerja sendirian. Tapi sekarang tidak, semua dilakukan oleh kelompok-kelompok. Kalau dia pengurusan kemiskinan maka kelompok pengurusan kemiskinan ini harus bekerja keras.
Bagaimana dengan Proyek Strategis Nasional (PSN) di Aceh?
Memang ada beberapa proyek nasional kita yang belum tuntas. Tidak semua dapat kita biayai atau kita kerjakan, karena kewenangannya ada pada level nasional. Tapi kita fasilitasi. Misalnya di Waduk Kerto, ada 1-2 persen yang belum tuntas merapikan tanggul. Hal ini terus dikerjakan.
Untuk Tol, memang ruas yang terakhir ini yang belum. Ada beberapa ruas yang ganti ruginya masih klaim. Mudah-mudahan ini segera bisa diselesaikan. Kalau nggak bisa, kita harus ambil keputusan untuk konsinyasi meletakkan ganti rugi di pengadilan agar ini bisa segera operasional. Tapi secara fisik memang beberapa bagian belum selesai. Di antaranya pemasangan pagar-pagar yang ada jurangnya.
Bagaimana proses transisi ke pemerintahan ke depan?
Kami kira yang paling penting adalah menyiapkan acara pelantikan itu sendiri, baik secara administrasi, peng-SK-an, ini semua tepat waktu. Semua saya fasilitasi, bahkan saya antar sendiri ke Kementerian Dalam Negeri, bersama dengan DPRA, dan saya pertemukan dengan Wakil Menteri di Jakarta.
Apa pesan kepada pemimpin baru di Aceh?
Pesan saya adalah laksanakan mandat yang diberikan oleh rakyat ini secara baik dan serius. Gunakan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) secara efisien, efektif, dan benar-benar ditujukan untuk mengatasi soal-soal yang dihadapi oleh masyarakat. Dengan kata lain, program yang dibuat sebaiknya tepat sasaran.
Bagaimana kontribusi untuk Aceh setelah tidak lagi menjabat Pj Gubernur?
Selesai tugas di Aceh, saya kembali bertugas seperti biasa di Dirjen Bina Administrasi Wilayah Kemendagri. Dan terus terang saja, tak pernah lekang Aceh itu di hati saya. Jika saya bisa berkontribusi kepada kemajuan Aceh, saya akan lakukan.
Jadi kontribusi saya kepada tanah kelahiran, kepada Aceh lon sayang. Siap memberikan kontribusi, mendukung gubernur dan kepala daerah kabupaten/kota untuk melayani masyarakat, untuk memberikan upaya-upaya terbaik bagi masyarakat. Tentu siap melayani, kalau mereka butuh konsultasi, kapan saja saya siap membantu.(agus ramadhan)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.