Kupi Beungoh

100 Hari Prabowo: Populis vs Tehnokratis : Bagian II

Apa yang kurang dalam kampanye 2024 adalah Prabowo tidak lagi dengan sangat keras mengambarkan posisi antagonis antara rakyat dan elit kekuasaan.

|
Editor: Firdha Ustin
SERAMBINEWS.COM
Prof. Dr. Ahmad Human Hamid, MA, Sosiolog dan Guru Besar Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. 

Tidak berhenti disitu, rezim Prabowo-Gibran juga  melaksanakan kebijakan pro-investasi dan penyederhaan pajak,  kenaikan tarif PPN 12 persen untuk barang mewah, dan kebijakan DHE-Devisa Hasil Ekspor, sektor sumber daya alam 100 persen untuk disimpan dalam negeri selama 1 tahun.

Kebijakan ini  sangat berbeda dengan aturan sebelumnya, yang hanya mewajibkan eksportir menempatkan 30 persen DHE sumber daya alam dalam negeri minimal tiga bulan.

Masa singkat pemerintahan yang berasoiasi dengan bulan madu pemeruntahan baru adalah modal awal Prabowo - Gibran dałam mencapai kepuasan publik. Namun itu tak berhenti di situ saja.

Luncuran berbagai keijakan awal itu memberi kesan kepada publik bahwa pemerintahan Prabawo Gibran benar-benar istiqamah dalam membela kepetingan rakyat kecil dan mayoritas rakyat tak beruntung. 

Penting dicatat, survey Kompas dilakukan pada 4-10 Januari 2024. Kepuasan publik itu tepatnya diukur pada minggu ke 11-12 dari hampir  15 minggu pemerintahan Prabowo Gibran.

Harus diakui perkawinan antara bulan madu dan berbagai program populis yang dilancarkan oleh Prabowo sangat berkesan kepada publik, terutama mayoritas masyarakat kecil yang berharap banyak dari presiden baru.  

Narasi populisme yang dibangun dan berasosiasi dengan Prabowo ,menemukan memontumnya walaupun tingkat kepuasan survey Kompas berbeda nyata antar kelas sosial.

Bandingkan saja misalnya 84,7 persen kelas bawah puas dengan kinerja Prabowo Gibran, sedangakn di kalangan   atas dan menengah atas  masing - masing mempunyai tingkat kepuasan 67,9 persen dan 75,3 persen. 

Ini artinya kelas sosial yang terambil dalam responden kompas, mempunyai perbedaan pendapat, terutama daya kritis antara kelas bawah yang berbeda nyata dengan kelas atas.

Namun apapun perbedaan itu, Prabowo Subianto tetap mendapat tempat yang istimewa di kalangan kelas bawah.

Strategi narasi, dan kebijakan awal populisme Prabowo masih sangat ampuh dalam mendapatkan dukungan dari rakyat kebanyakan.

Prabowo telah melangkah dari dari apa yang janjikan kedalam kerangka kebijakan, namun belum sangat terasa kerja nyata pemerintahan. Kebijakan dań permulaan dari beberapa program andalan Prabowo, sekalipun ada kelemahan di sana tentu saja diabaikan oleh publik. 

Apa yang terjadi dalam anggapan publik adalah persepsi. Dan memang sekalipun bernada evaluasi, pertanyaan yang diajukan oleh Kompas kepada publik lebih bernuansa pendapat, bahkan persepsi publik terhadap kerja 100 hari Prabowo-Gibran. Sebagai konsekwensi dari survei itu, jika persepsi yang ditanyakan, maka persepsi pula yang didapatkan.

Berbeda dengan survey Kompas, ada yang dilakukan oleh Celios, seperti yang dinyatakan secara terbuka kepada publik adalah “expert judgment” yakni penilaian para ahli.

Celios berasumsi bahwa dengan mengambil 95 responden dari kalangan media, lembaga itu telah mampu memanfaatkan pengetahuan, ketrampian, pengalaman, dan keahlian khusus para responden untuk menilai dengan tepat kinerja 100 hari Prabowo-Gibran.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved