Kesehatan

Trauma Pelecehan & Kurangnya Pendidikan Seksual Jadi Penyebab Vaginismus, Ini Penjelasan dr Boyke

dr Boyke kerap mendapati pasien penderita vaginismus. Dalam mengatasi hal ini, diperlukan kerjasama dari pasien, suami dan juga dokter. 

Penulis: Firdha Ustin | Editor: Agus Ramadhan
YouTube Kacamata dr Boyke.
Pakar seksolog dr Boyke Dian Nugraha Menjelaskan Tentang Apa Itu Vaginismus lewat kanal Youtubenya, dikutip Serambinews.com, Selasa (11/2/2025). 

----Disclaimer : Artikel ini ditulis untuk konten edukasi seksual, diperlukan kebijakan dari para pembaca----

SERAMBINEWS.COM - Vaginismus adalah kondisi yang sering kali disalahpahami, namun dapat memengaruhi kualitas hidup banyak wanita.

Dikenal dengan ketegangan otot yang menyebabkan rasa sakit atau kesulitan saat penetrasi, kondisi ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk trauma pelecehan seksual dan kurangnya pendidikan seksual yang memadai.

Memahami akar penyebab vaginismus adalah langkah pertama dalam mencari solusi yang tepat agar penderita bisa mendapatkan perawatan yang efektif dan kembali merasa nyaman dalam kehidupan seksual.

Seksolog dr Boyke Dian Nugraha lewat kanal YouTube Kacamata dr Boyke, dikutip Serambinews.com pada Selasa (11/2/2025), dr Boyke mengungkap penyebab vaginismus hingga cara mengatasinya. 

dr Boyke mengatakan, vaginismus merupakan masalah yang sering dialami oleh banyak wanita.

Sebagai dokter kandungan, dr Boyke kerap mendapati pasien penderita vaginismus. Dalam mengatasi hal ini, diperlukan kerjasama dari pasien, suami dan juga dokter. 

Baca juga: Sederet Ciri-ciri PCOS pada Wanita yang Wajib Diketahui, Seksolog dr Boyke : Bikin Susah Hamil

"Masalah vaginis ini adalah satu masalah yang sering banget ya datang ke klinik khususnya ke dokter kandungan  dan masalah vaginisme itu perlu kerja sama ya dari pasien dari suami dari dokternya ya," ujar dr Boyke

Apa Itu Vaginismus?

Menurut penjelasan dr Boyke, vaginismus adalah kondisi di mana otot-otot sekitar vagina secara tak terkendali mengencang, yang menyebabkan rasa sakit saat berhubungan seksual atau bahkan kesulitan untuk melakukan penetrasi. 

"Vaginisme itu adalah suatu keadaan di mana otot-otot vagina itu berkontraksi ketika penis mau melakukan penetrasi, akibatnya tidak bisa jadi penetrasi penis," katanya. 

Trauma Pelecehan hingga Kurangnya Pendidikan Seksual

Pada sebagian wanita, vaginismus umumnya disebabkan karena kurangnya pendidikan seksual.

Ada banyak kasus vaginismus yang disebabkan karena kurangnya pendidikan seksual dan ini ditemukan dr Boyke pada pasien yang diobatinya di klinik Pasutri.

"Jadi penyebab yang paling sering yang kita temukan di klinik pasutri adalah kurangnya pendidikan seksual semasa kecil," ungkapnya.

Baca juga: Pernah Dengar Hamil Kebo? Jangan Berpikir Hamil karena Kumpul Kebo, Berikut Penjelasan dr Boyke

Dr Boyke mengatakakan, bagi wanita normal, hubungan seksual akan terasa 'biasa-biasa saja' yang merupakan hajat atau penyaluran seksual manusia, namun ketika banyak wanita yang sejak kecil tidak mendapatkan pendidikan seks yang sehat sehingga bagi mereka yang dibesarkan dalam lingkungan yang menakut-nakuti seks sebagai sesuatu yang sangat menyakitkan, atau bahkan dianggap kotor dan memalukan, perasaan takut dan cemas ini bisa berkembang menjadi masalah fisik, seperti vaginismus. 

Terutama bagi mereka yang tumbuh dalam keluarga puritan yang percaya bahwa seks adalah hal yang tidak pantas dibicarakan, atau bahkan menganggap bahwa seorang wanita yang melakukan hubungan seks akan kehilangan nilai dirinya.

Pola pikir yang ditanamkan dalam pendidikan seksual yang salah secara tidak langsung bisa menjadi penyebab vaginismus.

"Nah mindset yang diberikan oleh oleh orang tua sometimes oleh orang-orang yang dipercaya, seperti misalnya pemuka agama atau sebagainya itu telah membentuk bahwa seks itu sesuatu yang jahat, sesuatu yang kotor, yang menyakitkan dan yang membuat si wanita itu jatuh harga dirinya. Itu ada beberapa yang pengalaman kami di klinik pasuti adalah yang punya persepsi-persepsi seperti itu," timpal dr Boyke.

Pengobatan Vaginismus

Oleh karena itu, dalam pengobatan vaginismus, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah mengubah mindset atau pola pikir yang keliru.

Pasien perlu diberikan pemahaman yang benar mengenai seksualitas, agar mereka bisa melihat seks bukan sebagai sesuatu yang menakutkan atau menyakitkan, melainkan sebagai pengalaman yang sehat dan alami.

Baca juga: Atasi Lemas Saat Menstruasi dengan Buah dan Sayur, Ini Rekomendasi dr Boyke

Terapi psikologis atau konseling seksual sering kali diperlukan untuk membantu pasien melepaskan rasa takut dan cemas, serta memberikan edukasi untuk mengatasi perasaan negatif yang terbentuk selama bertahun-tahun.

"Ubah mindset bahwa seks itu ada sesuatu yang indah yang bisa dilakukan antara suami istri sepanjang mereka itu sudah menikah, bahwa seks itu adalah Juga sesuatu yang menyenangkan, bahwa itu adalah ekspresi cinta yang paling tinggi," timpal dr Boyke.

Dalam pengobatan vaginismus memang tidak mudah.

Oleh karena itu, pengobatan vaginismus seringkali memerlukan waktu yang bertahap dan pendekatan yang penuh kesabaran.

Proses penyembuhan ini tidak hanya melibatkan pasien saja, tetapi juga memerlukan kerja sama yang erat dengan suami atau pasangan.

Dukungan emosional dan komunikasi yang terbuka sangat penting dalam menciptakan suasana yang aman dan nyaman, agar pasien dapat merasa lebih tenang dan perlahan mengatasi rasa takut atau cemas yang muncul saat berhubungan seksual.

Baca juga: ASI Bisa Kembali Keluar Meski Sudah Lama Berhenti Menyusui, Begini Penjelasan Seksolog dr Boyke

Selain merubah mindset, cara lainnya adalah melakukan latihan-latihan yang harus dilakukan oleh penderita vaginismus.

Latihan yang direkomendasikan dr Boyke adalah latihan-latihan untuk rileks, cobalah rileks menghadapi suami dan tidak perlu takut.

Meskipun ada banyak kasus vaginismus yang bisa disebabkan oleh ketidakpahaman atau ketakutan terhadap seks, ada juga kasus yang jauh lebih kompleks, di mana pengalaman traumatis seperti pelecehan seksual atau bahkan percobaan perkosaan di masa kecil dapat memperberat kondisi ini.

Trauma semacam itu sering kali menanamkan rasa takut dan kecemasan yang mendalam yang dapat memperburuk ketegangan otot dan membuat pengobatan menjadi lebih menantang.

Oleh karena itu, penting untuk menangani kasus-kasus tersebut dengan pendekatan yang lebih sensitif dan mendalam, yang melibatkan terapi psikologis untuk membantu pasien memproses trauma mereka.

Pengobatan lainnya adalah melakukan fisioterapi, relaksasi melakukan aroma terapi  agar pikiran rileks.

Baca juga: Benarkah Ukuran Payudara Nentuin Produksi ASI? Ini Penjelasan dr Boyke, Disarankan Makan Daun Katuk

"Karena sekali lagi ya otot yang tidak bisa diperintah oleh otak adalah otot-otot seputar miss v, otot-otot perinium meskipun dalam hati ingin berbuka tapi karena punya trauma-trauma yang mengerikan atau yang menyakitkan mengenai masalah miss V, ketakutan-ketakutan maka miss V akan tetap berkontraksi," tegasnya.

Pengobatan vaginismus memerlukan pendekatan yang bertahap dan penuh kesabaran.

Setelah menjalani beberapa sesi fisioterapi, pasien biasanya akan diajarkan untuk melakukan latihan secara perlahan, dimulai dengan penetrasi menggunakan jari pasangan atau jari dokter, dan secara bertahap meningkatkan intensitasnya.

Teknik-teknik pengalihan juga dapat digunakan untuk membantu mengurangi kecemasan dan ketakutan yang menghalangi proses tersebut.

Dengan pendekatan yang hati-hati, akhirnya pasien dapat merasakan kenyamanan dan mengurangi rasa sakit.

Oleh karena itu, bagi mereka yang mengalami kesulitan dalam melakukan hubungan seks, terutama pada malam pertama, jangan ragu untuk segera mencari bantuan medis dan memulai pengobatan.

Pasalnya, semakin lama kasus vaginismus dibiarkan, itu akan semakin sulit juga pengobatannya.

Penanganan yang tepat dapat membantu mengatasi vaginismus dan memulihkan kualitas kehidupan seksual.

Vaginismus bisa disembuhkan, dan diperlukan dukungan atau pendampingan penuh dari sang suami selama masa pengobatan.

"Oleh karena itu tolong bagi mereka yang menderita vaginismus yang ditandai dengan tidak bisa melakukan hubungan seks pada malam pertama ya segera berobat," pungkas dr Boyke. 

(Serambinews.com/Firdha Ustin)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved