Kupi Beungoh

Gaza, Hiroshima, dan “Kegilaan”  Donald Trump – Bagian III

Secara sengaja atau tidak guru besar Trump untuk apa yang sedang ia rencanakan tentang “Riviera Gaza”, tak lain dari Vladimir Putin dan Xi Jin Ping

Editor: Zaenal
SERAMBINEWS.COM/HANDOVER
Prof. Dr. Ahmad Human Hamid, MA, Sosiolog dan Guru Besar Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. 

Kejadian itu menjadi memori kolektif dari generasi ke generasi Palestina, yakni “nakba” atau malapetaka, sebuah kata ketika disebut emosi warga Palestina meledak. 

Baca juga: Gaza, Hiroshima, dan “Kegilaan” Donald Trump – Bagian II

Tak Mau Lagi Jadi Pengungsi Permanen di Luar Palestina

Kini walaupun tak diucapkan secara kolektif, namun semangat untuk mereka hidup dan mati di Gaza telah tertancap kuat. 

Mereka tidak akan keluar dari Gaza, betatapapun ancaman dan bujukan di hadapkan terus terpelihara. 

Lelaki, peremuan, pemudam remaja, dan bahkan anak-anak.

Nakba adalah mimpi buruk yang tak akan pernah bisa hilang. 

Kenapa? Masa itulah operasi pembersihan etnis Palestina dimulai oleh Israel. 

Pembunuhan massal, pemindahan paksa dengan kekerasan, perampasan tanah, dan pemerkosaan. 

Semua itu dengan sangat terang benderang adalah langkah sistematis penghancuran masyarakat, budaya, dan identitas Palestina.

Ingatan “nakba” inilah yang telah dan akan menjadi energi rakyat Palestina selama lebih dari 75 tahun. 

Kali ini mereka tidak mau keluar dari tanah tempat mereka lahir dan hidup. 

Mareka tidak mau seperti orang tuanya atau kakek moyangnya, yang memilih keluar dari mati, namun tak pernah kembali lagi ke tempat tinggal, ke tanah air mereka yang sebenarnya.

Generasi awal Palestina menjadi “pengungsi permanen” sampai di berbagai negara Arab hari, dan bahkan tersebar menjadi diaspora global yang fenomenal. 

Nakba ini adalah kekuatan moral yang tak ada tandingannya bagi generasi Palestina kini, khususnya di Gaza.

15 bulan bombardemen tiada henti di Gaza, bahkan melebihi bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima, tak mampu menggetarkan jiwa mereka.

Walaupun telah merenggut 50.000 lebih nyawa, -umumnya anak-anak dan wanita,- namun warga Gaza tak mau dan tak akan pernah mau keluar lagi dari tanah kelahirannya.

Olok Olok Besar Dunia

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved