Kupi Beungoh

Gaza, Hiroshima, dan “Kegilaan”  Donald Trump – Bagian III

Secara sengaja atau tidak guru besar Trump untuk apa yang sedang ia rencanakan tentang “Riviera Gaza”, tak lain dari Vladimir Putin dan Xi Jin Ping

Editor: Zaenal
SERAMBINEWS.COM/HANDOVER
Prof. Dr. Ahmad Human Hamid, MA, Sosiolog dan Guru Besar Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. 

Bagaimana kalau Donald Trump benar-benar “gila” ingin menguasai dan menduduki Palestina? 

Jika itu benar-benar ia lakukan, katakan saja rakyat AS tak ambil pusing, maka retorika AS untuk untuk pecaplokan Ukraina dan keamanan Taiwan dari caplokan Rusia dan Cina, akan menjadi olok-olok besar dunia.

Kalau benar ia akan melanjutkan apa yang ia ucapkan maka dunia akan menyaksikan bagaimana wajah AS asli atau wajah AS versi Donald Trump

Sebenanya perilaku “imperium” AS versi Trump telah ia tunjukkan dengan rencana mengambil paksa Terusan Panama, mengambil alih Pulau Greenland milik Denmark dekat kawasan kutub Utara, dan menginginkan Kanada menjadi negara bagian AS ke 51.

Ini adalah perilaku “imperium” yang tidak biasa. 

Dengan perilaku Trump seperti itu, AS yang selama ini dianggap sebagai negara adi daya dunia, mendikte kehidupan global, segera akan diikuti oleh negara-negara yang selama ini malu-malu, ragu, dan menahan diri untuk berperilaku layaknya kekaisaran abad ke 21.

Jangan lagi salahkan Putin yang ingin mencaplok Ukraina. 

Jangan salahkan selama berkuasa ia telah mengojok-ojok bekas wilayah Uni Soviet, seperti mensponsori konflik di Transnistria di Moldova dan Abkhazia di Georgia. 

Bukankah Putin juga mencampuri urusan Suriah dan mengirim ribuan tentara bayaran ke negara-negara Afrika. 

Tidakkah sejumlah negara Eropa Timur yang telah beralih dari Pakta Warsawa setelah Uni Soviet rontok menjadi anggota NATO, kini akan berhadapan kembali dengan Rusia?

Bagi Cina kini persoalan Taiwan yang selama ini dengan sangat sabar dijalani, dengan kasus “Riviera Gaza” versi Trump, akan menjadi kartu legitimasi pengambilalihan Taiwan oleh Xi Jinping.

Ambisi Cina untuk mengusai Laut Cina Selatanpun kini terbuka lebar. 

Dimulai dari klaim Cina terhadap pulau Senkaku da Diaoyu yang dikuasai Jepang dapat dimulai dengan pengambilalihan paksa. 

Sementara itu, Tiongkok telah memiliterisasi sejumlah pulau kecil tak berpenghuni di Laut Cina Selatan. 

Tiongkok telah membangun 27 instalasi di pulau-pulau yang disengketakan di gugus kepulauan Parcel, dan Spratly yang juga diklaim oleh negara-negara lain termasuk Vietnam, Taiwan, Filipina, dan Malaysia.

Banyak negara anggota ASEAN segera akan “melongo” melihat impian “dash line” - klaim garis putus batas teritorial zaman purbakala Cina terealisir. 

Bukan tidak mungkin Cina akan mengambil alih Natuna. 

Kehidupan global abad ke 21 di bawah prinsip geopolitik AS terbaru versi Trump terakhir, paling kurang akan melahirkan 3 kekaisaran adikuasa yang bertindak semena-mena. 

AS versi Trump, Rusia versi Putin, dan Cina versi Xi Jin Ping. 

Mereka serumah rupanya.

Secara sengaja atau tidak guru besar Trump untuk apa yang sedang ia rencanakan tentang “Riviera Gaza” tak lain dari Vladimir Putin dan Xi Jin Ping. Berguru dari musuh rupanya.(*)

 

*) PENULIS adalah Sosiolog dan Guru Besar Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh.

KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.

Baca Artikel KUPI BEUNGOH Lainnya di SINI

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved