Kupi Beungoh

Gaza, Hiroshima, dan “Kegilaan”  Donald Trump – Bagian III

Secara sengaja atau tidak guru besar Trump untuk apa yang sedang ia rencanakan tentang “Riviera Gaza”, tak lain dari Vladimir Putin dan Xi Jin Ping

Editor: Zaenal
SERAMBINEWS.COM/HANDOVER
Prof. Dr. Ahmad Human Hamid, MA, Sosiolog dan Guru Besar Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. 

Ketakutan itu sangat beralasan, karena kebencian itu telah lebih dari satu milenia, semenjak Yahudi terusir dari Yerussalem ketika ditaklukkan oleh Romawi.

Kebencian terhadap Yahudi terus berkembang dan subur dan mencapai puncaknya ketika Hitler berkeputusan membunuh semua orang yang berdarah Yahudi, di Jerman, dan berbagai negara yang dikuasai pasukan Jerman pada Perang Dunia II.

Hari ini, perusahaan-perusahaan yang dianggap terkait dengan apapun rantai yang berhubungan dengan penyerangan dan pendudukan Gaza, diboikot besar-besaran, terutama di kota-kota Timur Tengah, kota besar Eropa, dan berbagai negara lain di dunia.

Ada beberapa alasan yang menjadi variabel besar untuk menyatakan proposal “Riviera” dari Trump dan kelompok ekstrim kanan pemerintahan Netanyahu, tidak akan pernah mungkin dapat dilakukan. 

Ada DNA kekuatan dalam diri setiap Palestina bahwa Gaza tempat mereka  lahir, hidup, dan mati, dengan resiko apapun yang akan dihadapi.

Sebagian besar mereka adalah para pelanjut generasi “Nakba” (Arti bahasa Arab dari nakba adalah  malapetaka). 

Yang dimaksud adalah pengusiran paksa penduduk asli Palestina oleh perantau Yahudi, umumnya dari Eropa Timur pada tahun 1948.

Baca juga: Gaza, Hiroshima, dan “Kegilaan” Donald Trump – Bagian I

Bermula dari Kekalahan Ottoman

Gelombang kedatangan Yahudi ke Palestina dengan tujuan mendirikan negara terjadi, ketika kerajaan Ottoman kalah dalam Perang Dunia I, melawan Inggris-Perancis-Italia yang didukung oleh AS pada tahun tigapuluhan.

Pada 17 Mei 1947, ketika Israel diproklamirkan dan diulangi lagi pada 17 Mei 1948, segera saja 5 negara Arab, yaitu Mesir, Irak, Jordan, dan Libanon,  menyerang kawasan yang diduduki dan dikuasai Israel.

Tapi Israel mengalahkan negara-negara Arab itu. 

Setelahnya, tanah Palestina yang secara de jure dikuasai Inggris dan dibagi menjadi  2 bagian negara, yaitu Yahudi- Israel dan Arab-Palestina, sepenuhnya dikuasai oleh Israel. 

Pada masa itulah milisi Israel melancarkan teror luar biasa yang memaksa warga Arab Palestina keluar dari tempat tinggal mereka. 

Peristiwa itu dimulai ketika dua kelompok milisi zionis pada minggu pertama April 1948  menyerang desa Deir Yasin dan menewaskan tidak kurang 107 warga Palestina.

Sejak saat itu sampai perang Arab Israel selesai pada tahun itu juga, tidak kurang dari 15.000 warga sipil Palestina terbunuh.

Ratusan ribu orang dipaksa meninggalkan tanah dan rumahnya untuk kemudian menjadi pengungsi di berbagai negara Arab lainnya. 

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved