Jurnalisme Warga
Jerat Candu dari Balik Layar, Kita Bisa Apa?
Di saat penggunaan android menjadi tuntutan agar peserta didik melek digital, di sisi lain guru dihadapkan pada kemerosotan moral siswa yang kian nyat
Bermula dari sekedar iseng, gim menjerat pemainnya hingga ke level candu. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan empat kriteria sebagai indikasi adiksi, yaitu kesulitan mengontrol waktu, menjadikannya prioritas, terus bermain meski sadar konsekuensinya, sedih, marah, dan cemas ketika koneksi terputus. Jika muncul gejala demikian, berkonsultasi dengan profesional sangat disarankan untuk mendapatkan pencegahan dini.
Menurut spesialis kesehatan jiwa, Eva Suryani dan Kristina, sebagaimana dilaporkan Pusat Data dan Analisis Tempo tahun 2021, kecanduan merupakan penyakit otak. Tidak bisa mengendalikan keinginan menunjukkan ada bagian otak yang rusak. Dalam proses kecanduan, orang awalnya akan mencoba. Ketika berhasil, sistem penghargaan di otak bekerja. Otak akan memproduksi dopamin sehingga timbul rasa senang. Efek kegembiraan ini membuat orang cenderung mengulang terus perbuatan yang sama.
Lama-kelamaan sensivitas reseptor dopamin menumpul sehingga membutuhkan produksi lebih banyak agar efek kesenangan hadir lagi. Akibatnya, pemain akan meningkatkan frekuensi atau memperlama durasi bermain.
Bahayanya reseptor yang “dipaksa” bekerja terus-menerus lambat laun makin tak peka dan membuat kenikmatan yang semula didapat lenyap meski waktu bermain bertambah. Selain reseptor dopamin mati rasa, bagian otak di area korteks prefrontal yang terletak di belakang dahi ikut rusak. Bagian ini bertugas mengontrol kita melakukan sesuatu yang impulsif. Karena pengontrol tidak berfungsi, orang yang kecanduan tidak bisa mengendalikan keinginan mereka. Itulah sebabnya, meski kesenangan sudah tak dirasakan, banyak pecandu gim sulit berhenti karena tidak bisa mengendalikan diri.
Industri gim online memang berperan dalam perekonomian, tetapi potensi generasi muda jauh lebih berharga. Mereka adalah fondasi kemajuan bangsa. Di usia itu seharunya mereka bisa lebih produktif, tapi apakah produktivitas makin baik dengan gim online? Tentu tidak. Guru dan orang tua telah berupaya menjaga anak-anak kita. Langkah tersebut akan lebih berarti jika ketegasan dan komitmen pengambil kebijakan juga mengiringinya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.