Jurnalisme Warga
Menghayati Makna Kapal Apung sebagai Media Edukasi Tsunami
Kapal yang bernama KM Sinar Bangun ini bukan kapal biasa, melainkan kapal generator listrik tenaga diesel milik PLN. Kapal ini berbobot 2.600 ton, pa
Situs langka ini juga menjadi salah satu sumber belajar bagi masyarakat tentang kebencanaan dan kesiapsiagaan menghadapi potensi bencana di masa depan.
Kapal PLTD Apung ini selayaknya menjadi tempat interaktif di mana pengunjung mendapatkan banyak informasi tentang peristiwa tsunami, sekaligus menjadi tempat belajar tentang dampak bencana alam dengan cara menarik dan mudah dipahami.
Kondisinya kini
Saat memasuki area luar, pemandangan yang pertama kali terlihat adalah adanya titik-titik di mana rumput liar tumbuh subur tanpa ada usaha pembersihan yang memadai.
Beberapa fasilitas pendukung tampak tidak terawat, rusak, dan tidak berfungsi. Sebagian malah dapat membahayakan pengunjung yang melaluinya, seperti jembatan dan pintu-pintu masuk maupun keluar yang tampak ditutup seadanya tanpa tanda atau rambu peringatan.
Dengan suasana seperti ini, sangat sulit untuk merasakan keajaiban sejarah serta makna mendalam dari lokasi tersebut.
Berada di kapal apung itu sendiri—seharusnya menjadi jantung edukasi—saya menemukan banyak aksesori kapal dan interiornya yang tampak tidak terawat. Beberapa peralatan dan perlengkapan kapal juga rusak, seperti pintu-pintu akses masuk dan keluar, dan lain-lain.
Suasana di dalam kapal terasa panas karena kurangnya fasilitas pendingin ruangan (AC). Sebagian fasilitas edukasi juga terlihat rusak dan tidak berfungsi. Informasi mengenai kejadian tsunami serta strategi mitigasi bencana disajikan secara kurang terorganisasi.
Panel informasi tampak using, bahkan sebagian hilang. Suasana interaktif yang seharusnya ada justru tergantikan oleh kesan suram akibat kurangnya perhatian terhadap detail-detail kecil, tetapi sangat signifikan ini.
Di sisi lain kurangnya petugas pemandu yang menyampaikan pesan-pesan edukasi kepada pengunjung menjadi masalah tersendiri.
Perawatan berkelanjutan
Dari kesan dan pengalaman tersebut muncul pertanyaan mendasar, siapa yang bertanggung jawab untuk menjaga situs penting ini agar tetap ‘hidup’ dan menjadi destinasi wisata edukasi yang menarik?
Tentu saja pemerintah daerah mempunyai peran penting dalam memastikan keberlangsungan fungsi edukatif dari museum tersebut sebagai ruang belajar bagi publik, baik warga lokal maupun luar daerah, bahkan wisatawan asing.
Sebagai langkah awal, investasi dalam infrastruktur sangatlah penting agar pengunjung merasa betah dan bermakna saat berada di tempat ini.
Selain infrastruktur fisik, membangun fasilitas tambahan seperti pusat informasi modern dengan teknologi pembelajaran digital juga esensial. Pilihan ini membuat pemahaman pengunjung akan lebih nyata. Mereka bisa merasakan langsung bagaimana sensasi saat berada dalam situasi bencana tanpa harus secara nyata.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.