Jurnalisme Warga
Keasyikan Bermedsos Negatif Tak Seindah Jatuh Cinta
Cinta sejati dapat meningkatkan rasa percaya diri, memberikan rasa aman, dan menurunkan tingkat stres yang sangat berbeda dengan energi negatif di med
M. ZUBAIR, S.H., M.H., Kepala Dinas Komunikasi, Informasi, dan Persandian Kabupaten Bireuen, melaporkan dari Bireuen
Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) Republik Indonesia berkerja sama dengan Dinas Komunikasi, Informatika, dan Persandian (Diskominsa) Kabupaten Bireuen baru-baru ini melaksanakan Pelatihan Konten Kreator Positif di Hotel Fajar Bireuen.
Mewakili kementerian, pelatihan ini dilaksanakan oleh Badan Aksebilitas Komunikasi dan Informatika (Bakti) Komdigi. Tujuannya untuk menangkal penggunaan media sosial (medsos) negatif di kalangan anak muda.
Hal ini dilatarbelakangi oleh fakta bahwa di zaman digital ini medsos sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan umat manusia.
Medsos telah menjadi ruang publik yang penuh warna, tempat berbagi cerita, mencari hiburan, hingga saling berinteraksi.
Platform yang tersedia seperti Instagram, Twitter, TikTok, WhatsApp, dan Facebook bisa menjadi ajang untuk bertukar opini, bahkan tempat curhatan yang ujung-ujungnya berlanjut ke hal-hal negatif.
Manfaat kebaikan yang ditawarkan medsos apabila digunakan secara jahat maka akan membawa sisi gelap bagi pelakunya, seperti komentar nyiyir, hoaks, hingga ujaran kebencian yang belakangan ini marak.
Sebagian orang mungkin merasa asyik dan punya kepuasan tersendiri ketika melihat ada komentar pedas dari respons orang lain atau unggahan provokatifnya viral. Sementara si pelaku tidak sadar bahwa apa yang telah dilakukannya menjadi penilaian buruk, bahkan rekam jejak buruk, bagi dirinya.
Fenomena negatif ini sering kali terabaikan dan justru terasa asyik, padahal dapat membawa malapetaka bagi dirinya, keluarga, bahkan masyarakat lingkungan. Dapat dipahami bahwa keasyikan bermedsos negatif tidak seperti sensasi jatuh cinta yang memberi kebahagiaan dan menumbuhkan semangat untuk berpacu mengembangkan diri ke arah positif.
Ketika jatuh cinta, seseorang merasa lebih hidup, optimistik, dan penuh harapan karena ada koneksi nyata dan tulus dengan seseorang yang dicintai. Ini berbeda dengan kepuasaan yang timbul dari interaksi negatif di medsos.
Cinta sejati dapat meningkatkan rasa percaya diri, memberikan rasa aman, dan menurunkan tingkat stres yang sangat berbeda dengan energi negatif di medsos yang berdampak kemudaratan.
Selain itu, ketika jatuh cinta, seseorang cendrung lebih perhatian pada dirinya sendiri dan orang yang dicintai, juga lebih peduli karena sama-sama ingin yang terbaik. Sedangkan keasyikan bermedsos negatif selalu memberi energi negatif karena terus memikirkan dan mencari-cari kekurangan serta berupaya menjatuhkan seseorang.
Banyak kita lihat saat ini konten-konten menghasut, menghina, dan menjatuhkan kredibilitas seseorang yang dipertontonkan di dunia maya. Namun, si pemilik akun tidak memedulikan komentar-komentar sinis terhadap dirinya. Yang penting bagi si pelaku adalah banyak follower-nya. Namun, nama baik yang bersangkutan hingga keluarganya telah tercemar yang pada akhirnya merusak reputasi kehidupannya dalam bermasyarakat.
Ini menjadi bukti nyata bahwa dampak negatif penggunaan medsos secara tidak benar dapat menghancurkan masa depan pribadi, keluarga, dan masyarakat, karena tidak menjunjung tinggi nilai-nilai budaya bangsa yang baik, sopan, dan mulia.
Melihat fenomena tersebut, untuk mengantipasi meluasnya penyebaran konten-konten negatif, maka Bakti Komdigi dan Diskominsa Biereuen berinisiatif mengadakan pelatihan konten kreator positif bagi pemuda-pemudi Bireuen. Pematerinya Kepala Diskominsa Bireuen yang menjelaskan dampak negatif penggunaan medsos di kalangan muda-mudi.
Mengapa pemuda-pemudi yang disasar dalam kegiatan ini? Itu karena, mereka masih produktif dan diharapkan tidak mudah terpengaruh oleh konten-konten negatif yang bisa berdampak buruk bagi masa depannya.
Pemateri berikutnya dari Badan Nerkotika Nasional (BNN) Provinsi Aceh yang mengulas tentang bahaya penggunaan narkotika.
Bekal ilmu yang diperoleh perserta dari pelatihan ini dapat mereka informasikan melalui platform digital sehingga penggunaan medsos benar-benar dirasakan mafaatnya.
Untuk melatih pembuatan konten positif juga dihadirkan konten kreator andal dari Kabupaten Bireuen, yaitu Turhamun. Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadyah Mahakarya (Ummah) Bireuen ini membimbing peserta dengan cara praktik untuk mampu berkreasi membuat konten-konten positif di medsos.
Bila dilihat kenapa orang menikmati interaksi online negatif lewat medsos adalah karena ada efek dopamin (hormon bahagia) bagi pelakunya sebab telah melepaskan unek-uneknya secara tidak patut.
Namun, kebahagiaan tersebut bersifat instan yang berbeda dengan kebahagiaan jatuh cinta: lebih mendalam dan tahan lama apabila percintaan itu berjalan pada alur yang benar.
Hal itu sejalan dengan yang dikatakan oleh psikolog di Phoenix, Amerika Serikat, Lilies Weiss, Ph.D dalam bukunya “Cara Mudah dan Murah Menjadi Wanita Sehat” karya dr. Myra Puspotiorini, yaitu cinta yang kita rasakan dapat memengaruhi segala sesuatu mulai kesejehteraan umum sampai seberapa tahan tubuh kita melawan penyakit.
Orang-orang yang merasakan cinta tulus memiliki kadar kolesterol lebih rendah daripada mereka yang tidak memiki dukungan emosional.
Selanjutnya, orang menyukai medsos negatif karena merasa superioritas yang dalam beberapa kasus orang tipe ini puas telah menjatuhkan orang lain, sebab ia terbawa pikiran buruk karena ilusinya menjadi superioritas.
Dengan mengkritik atau menghina, mereka merasa lebih benar dan tenar yang diiringi rasa puas yang bersifat sementara dan cenderung destruktif.
Hal serupa sudah sangat sering kita saksikan di kangan TikToker asal Aceh yang menghina dalam bahasa Aceh dan telah menjadi perbincangan miris terhadap dirinya.
TikToker negatif tersebut terlihat pada awalnya menyenangkan, tetapi secara tidak sadar karena terlalu sering terlibat dalam interaksi yang salah itu bisa menimbulkan stres, kecemasan, dan rasa tidak puas terhadap diri sendiri. Baik bagi pelaku maupun korban sama-sama akan berdampak psikolgis yang tidak bisa diabaikan dan perlu penangkalan sejak dini sebelum memakan banyak korban.
Pelaku yang terus-menerus mencari validasi melalui perilaku negatif bisa mengalami ketergantungan, sedangkan korban kerap menghadapi tekanan mental yang berat seperti kecemasan, depresi, bahkan trauma.
Dampak buruk lainnya dari bermedsos negatif adalah terjadinya keretakan hubungan sosial yang dimulai di dunia maya, terus berlanjut ke dunia nyata, dapat merusak hubungan dengan teman, keluarga atau pasangan, bahkan antaranggota masyarakat.
Selanjutnya, penyebaran hoaks sangat meresahkan. Informasi palsu yang disebarkan bisa memengaruhi opini publik dan menciptakan keresahan sosial. Malah, keasyikan bermedsos negatif dapat berujung pada masalah hukum, karena UU ITE mengatur sanksi bagi pelaku ujaran kebencian, pencemaran nama baik, atau penyebaran hoaks. Banyak kasus karena iseng bermedsos negatif pelakunya harus mendekam di penjara.
Oleh karenanya, Diskominsa Bireuen terus berupaya agar kaum muda dapat menggunakan medsos secara santun, berkerja sama dengan Pusdiklat Komdigi dan Balai Kominfo Medan.
Adapun kegiatan yang dilakukan adalah pelatihan pemasaran produk-produk desa melalui medsos sehingga menperoleh nilai tambah bagi dirinya dan juga bagi desa masing-masing.
Selain itu, juga melatih membuat konten kreatif yang bermanfaat sehingga banyak follower-nya serta fulus dapat mengalir ke ke kantong pembuatnya.
Ayo hilangkan kebiasaan bermedsos negatif yang hanya ilusi dan sensasi sementara, tetapi meninggalkan jejak buruk sepanjang masa.
Bangun kebiasaan bermedsos positif yang bermanfaat dan abadi, baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Bermedsoslah dengan bijak, karena sejatinya, jatuh cinta pada kebaikan akan selalu lebih indah daripada terjebak dalam kenikmatan sesaat.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.