Salam

Sambut Baik Investasi Pabrik Rokok

Jika rencana tersebut benar-benar terealisasi, tentu menjadi capaian besar kepemimpinan Muzakir Manaf-Dek Fadh (Mualem-Dek Fadh) di 100 hari pemerinta

Editor: mufti
BIRO ADPIM SETDA ACEH
BERBINCANG - Gubernur Aceh Muzakir Manaf berbincang dengan pengusaha nasional, Iendi, saat meninjau lahan tempat pembangunan pabrik rokok yang berada di pinggir Jalan Elak di Gampong Paya Gaboh, Kecamatan Sawang, Kabupaten Aceh Utara, Senin (10/3/2025). 

RENCANA pembangunan pabrik rokok di Kabupaten Aceh Utara menjadi angin segar di tengah ketidakpastian invetasi di Aceh selama ini. Jika rencana tersebut benar-benar terealisasi, tentu menjadi capaian besar kepemimpinan Muzakir Manaf-Dek Fadh (Mualem-Dek Fadh) di 100 hari pemerintahannya.

Selain itu keberhasil rencana investasi pabrik rokok itu nanti juga sekaligus membuktikan bahwa Mualem-Dek Fadh merupakan sosok pemimpin yang ramah investasi. Mualem bahkan menemani langsung pihak investor meninjau lahan tempat pembangunan pabrik yang berada di pinggir Jalan Elak, Gampong Paya Gaboh, Kecamatan Sawang, Kabupaten Aceh Utara, Senin (10/3/2025).

Mualem mengatakan bahwa pengusaha tersebut tertarik dengan lokasi lahan dan sepakat untuk segera memulai pembangunan. "Sekarang langsung bergerak untuk memulai pembangunan," kata Mualem sebagaimana diberitakan Serambi, Selasa (11/3/2025).

Mualem berharap, dengan berdirinya pabrik baru di Aceh dapat menyerap tenaga kerja sebanyak-banyaknya. Pihaknya juga bertekad untuk terus mengundang investor agar pengangguran di Aceh bisa terus ditekan. 

Sementara itu, pengusaha asal Jakarta, Iendi, mengaku tertarik membangun pabrik rokok di Aceh karena yakin dengan keamanan dan kenyamanan Aceh. Selain itu, ia juga melihat potensi besar, sebab sampai saat ini belum satupun ada pabrik rokok di Aceh. 

Terlepas dari pro-kontra dampak negatif rokok, tetapi kita tahu bersama, industri rokok merupakan salah satu industri manufaktur yang memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian negara ini. Antara lain berkontribusi besar terhadap pendapatan negara melalui penerimaan cukai  yang tinggi. Hingga Juli 2024, penerimaan negara dari cukai tembakau mencapai Rp 111,3 triliun. 

Selain itu, industri rokok juga mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar, mulai dari petani tembakau, buruh pabrik, hingga pedagang rokok. Tahun 2023, jumlah tenaga kerja di industri tembakau Indonesia mencapai sekitar 1,46 juta orang. Terdiri dari 342.417 tenaga kerja di industri mikro, 868.434 tenaga kerja di industri kecil, dan 246.587 tenaga kerja di industri skala besar dan sedang.

Dengan demikian, dapat kita pastikan kehadiran pabrik rokok di Kabupaten Aceh Utara akan ikut mendongkrak perekenomian daerah tersebut, termasuk juga untuk Aceh secara umum melalui penerimaan Dana Bagi Hasil Cukai Tembakau (DBH CHT).

DBH CHT adalah dana bagi hasil pajak yang berasal dari penerimaan cukai hasil tembakau. DBH CHT digunakan untuk mendukung pembangunan di daerah, terutama di wilayah penghasil tembakau, termasuk juga untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Aceh selama ini memang rutin mendapatkan DBH CHT dengan besaran sekitar Rp 12 miliar per tahunnya. Tetapi jumlah tersebut tergolong kecil dibandingkan dengan luasan lahan tembakau dan sumbangan daerah ini dalam memenuhi kebutuhan tembakau nasional. 

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), total luas lahan tembakau di Aceh mencapai 2.530 hektare, dengan produksi mencapai 238,8 ribu ton per tahun. Dengan jumlah produksi tersebut, Aceh memberikan kontribusi yang signifikan terhadap total produksi tembakau nasional, yakni berada di peringkat lima.

Lalu kenapa dana bagi hasil cukai tembakau yang diterima sedikit? Tak lain karena tidak adanya industri rokok di Aceh. Karena itu lah, kita sangat menyambut baik rencana investasi pabrik rokok di Kabupaten Aceh Utara. Kita berharap, rencana investasi itu benar-benar dapat terwujud tahun ini. Jangan lagi buai Aceh dengan rencana-rencana yang tidak pasti.(*)

 

POJOK

Pabrik rokok mulai dibangun

Tetapi kampanye antirokok jalan terus, hehehe

MinyakKita ditarik dari pasar

Lalu bagaimana dengan Pertamax?

Puluhan napi kabur dari Lapas Kutacane

Pasti alasannya over kapasitas, ya kan?

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Revisi UUPA Urusan Kita Bersama

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved