Kupi Beungoh
Antara Palo Alto dan Aceh: Menyikapi Bunuh Diri dengan Iman, Ilmu dan Kasih Sayang
Seorang perempuan muda ditemukan meninggal di kamar kosnya di Banda Raya, Banda Aceh.
Tidak selayaknya kasus bunuh diri hanya dijadikan masalah di ranah kepolisian sebagai tindak kriminal, apalagi dikriminalisasi, dan tidak ditindak lanjuti secara menyeluruh.
Jika diterapkan di Aceh, kegiatan ini mungkin perlu merujuk pada wewenang dan tugas pokok dan fungsi instansi atau lembaga tertentu, tapi tentu bisa juga diinisiasi oleh komunitas masyarakat, mesjid, lembaga pendidikan, dengan mengalokasikan sumber daya dan dana yang ada.
Apa yang bisa kita pelajari dari pendekatan ini?
Pertama, bahwa penyembuhan dari kehilangan akibat bunuh diri bukanlah urusan individu semata.
Ia adalah tanggung jawab kolektif. Dalam Islam, kehidupan adalah amanah, dan begitu juga dukungan terhadap sesama. Penyembuhan komunitas artinya menciptakan ruang terbuka, aman, dan penuh rahmah atau kasih sayang untuk menghadapi duka bersama.
Kedua, bahwa iman dan ilmu bisa berjalan seiring. Dalam sesi penyembuhan komunitas di Palo Alto, para Imam tidak berbicara tentang hukuman atau dosa di depan masyarakat yang berduka.
Sebaliknya, mereka mengingatkan akan kasih sayang Allah, mengirim doa, dan menguatkan keyakinan bahwa hanya Allah yang berhak menilai akhir hidup seseorang.
Pendekatan semacam ini bisa cukup menenangkan hati, terutama bagi keluarga dan orang terdekat yang tengah dalam masa berkabung.
Ketiga, bahwa membungkam luka tidak akan menyelesaikan apa pun.
Justru ketika komunitas diam, stigma akan semakin besar. Anak-anak muda yang mungkin sedang bergumul dengan depresi atau kecemasan, jadi takut untuk meminta bantuan karena takut dihakimi.
Padahal, Rasulullah SAW pun mengalami kesedihan mendalam saat kehilangan orang-orang tercinta. Kesedihan adalah bagian dari fitrah manusia, dan Islam tidak pernah melarang kita untuk menangis, bertanya, atau mencari pertolongan.
Semoga momentum ini bisa menjadikan komunitas Muslim di Aceh dan Indonesia pada umumnya membangun pendekatan penyembuhan komunitas yang sesuai dengan konteks lokal.
Kita bisa memulai dari masjid, pesantren, kampus, atau komunitas relawan.
Melibatkan ustadz, konselor dan psikolog, relawan komunitas, aktivis, pendamping sosial, dan anggota masyarakat yang siap belajar dan berbagi.
Jangan sampai menunggu tragedi berikutnya untuk memulai diskusi, pelatihan, dan penyadaran bahwa kesehatan mental adalah bagian dari amanah Allah.
Kemudahan Tanpa Tantangan, Jalan Sunyi Menuju Kemunduran Bangsa |
![]() |
---|
Memaknai Kurikulum Cinta dalam Proses Pembelajaran di MTs Harapan Bangsa Aceh Barat |
![]() |
---|
Haul Ke-1 Tu Sop Jeunieb - Warisan Keberanian, Keterbukaan, dan Cinta tak Henti pada Aceh |
![]() |
---|
Bank Syariah Lebih Mahal: Salah Akad atau Salah Praktik? |
![]() |
---|
Ketika Guru Besar Kedokteran Bersatu untuk Indonesia Sehat |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.