Kupi Beungoh
Aceh Maju: Kunci Memutus Pengangguran Kemiskinan dan Stunting
Kemiskinan seringkali menjadi akar pengangguran karena minimnya akses terhadap pendidikan dan keterampilan yang relevan.
Oleh: Eka Januar
Aceh, dengan kekayaan alam melimpah, sejarah panjang, dan semangat kebersamaan yang kuat, memiliki potensi luar biasa untuk menjadi daerah yang maju dan sejahtera.
Namun, kita tidak bisa memungkiri bahwa Aceh masih bergulat dengan berbagai persoalan fundamental seperti kemiskinan, pengangguran, dan angka stunting yang tinggi.
Berdasarkan data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Aceh, angka kemiskinan di Aceh pada September 2024 tercatat sebesar 12,64 persen, mengalami penurunan signifikan dari 14,23 persen pada Maret 2024.
Meskipun demikian, angka pengangguran terbuka (TPT) di Aceh per Februari 2025 masih berada di angka 5,50 persen, dengan jumlah pengangguran bertambah menjadi 149.000 orang.
Lebih lanjut, berdasarkan data BKKBN Aceh yang dirilis pada Mei 2025, kasus stunting di Provinsi Aceh pada tahun 2024 telah menurun menjadi 28,6?ri 33,2 % pada tahun 2021.
Tantangan ini bukanlah takdir, melainkan panggilan untuk bertindak dengan strategi yang tepat, terukur, dan berkelanjutan.
Kemiskinan, pengangguran, dan stunting adalah tiga masalah yang saling terkait erat, membentuk lingkaran setan yang sulit diputus.
Kemiskinan seringkali menjadi akar pengangguran karena minimnya akses terhadap pendidikan dan keterampilan yang relevan.
Sementara itu, pengangguran yang tinggi berdampak pada rendahnya daya beli keluarga, yang pada gilirannya menyebabkan kurangnya asupan gizi, terutama pada ibu hamil dan anak-anak balita, sehingga memicu tingginya angka stunting.
Membangun Aceh berarti memutus lingkaran ini dengan pendekatan yang komprehensif.
Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik sebagai Fondasi pembangunan
Sebagaimana ungkapan bijak Konfusius yang relevan, "Negara yang diperintah dengan baik tidak perlu takut akan kemiskinan."
Ini adalah prinsip universal yang harus menjadi fondasi pembangunan Aceh.
Tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) adalah kunci. Ini mencakup transparansi dalam pengelolaan anggaran dan sumber daya, akuntabilitas setiap kebijakan dan program, serta efisiensi dalam pelayanan publik.
Dengan tata kelola yang bersih dan efektif, kepercayaan publik akan meningkat, investasi akan mengalir, dan setiap rupiah anggaran dapat dimaksimalkan untuk kesejahteraan rakyat, bukan untuk kepentingan segelintir pihak.
Strategi Mengatasi Kemiskinan dan Pengangguran
Yang pertama. Pemberdayaan Ekonomi Lokal Berbasis Potensi Unggulan: Aceh kaya akan sektor pertanian, perikanan, dan pariwisata. Alih-alih hanya mengekspor bahan mentah, kita harus mendorong hilirisasi produk-produk ini.
Misalnya, mengembangkan industri pengolahan kopi, kakao, atau hasil laut, serta menciptakan paket-paket wisata yang menarik dan berkelanjutan. Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) menjadi krusial.
Pemerintah perlu memfasilitasi akses permodalan, pelatihan manajemen, dan pemasaran produk UMKM agar mereka mampu bersaing dan menciptakan lapangan kerja.
Kedua Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang Relevan: Angka pengangguran dapat ditekan dengan menyelaraskan keterampilan angkatan kerja dengan kebutuhan pasar.
Ini berarti revitalisasi pendidikan vokasi dan pelatihan keterampilan yang spesifik, misalnya di bidang teknologi informasi, pariwisata, perikanan modern, atau energi terbarukan.
Kolaborasi antara lembaga pendidikan, industri, dan pemerintah sangat penting untuk memastikan kurikulum relevan dan lulusan siap kerja.
Ketiga Investasi Infrastruktur Berkelanjutan: Infrastruktur yang memadai, seperti jalan, pelabuhan, bandara, dan akses energi, adalah tulang punggung ekonomi.
Pembangunan infrastruktur harus dilakukan secara berkelanjutan, mempertimbangkan dampak lingkungan, dan dirancang untuk mendukung konektivitas antar daerah serta akses ke pasar. Infrastruktur irigasi yang baik juga esensial untuk mendukung sektor pertanian.
Menurunkan Angka Stunting: Investasi pada Generasi Masa Depan
Mengatasi stunting adalah investasi jangka panjang untuk masa depan Aceh.
Angka stunting yang masih tinggi, meskipun telah menurun menjadi 28,6 % pada tahun 2024, menunjukkan urgensi penanganan. Ini memerlukan pendekatan holistik dan multisektoral:
Pertama. Fokus pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan: Edukasi gizi bagi ibu hamil dan menyusui, promosi ASI eksklusif, serta pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) yang bergizi dan tepat waktu adalah kunci. Posyandu harus diperkuat sebagai garda terdepan dalam pemantauan tumbuh kembang anak dan penyuluhan gizi.
Kedua. Akses Air Bersih dan Sanitasi Layak: Lingkungan yang bersih dan sehat sangat memengaruhi status gizi anak. Pemerintah harus memastikan akses yang merata terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi yang layak di seluruh pelosok Aceh.
Ketiga. Sinergi Lintas Sektor: Program penurunan stunting tidak bisa hanya menjadi tanggung jawab sektor kesehatan. Perlu ada sinergi kuat antara dinas kesehatan, pendidikan, pertanian (untuk ketersediaan pangan bergizi), pekerjaan umum (untuk air dan sanitasi), dan dinas sosial.
Belajar dari Terobosan Spektakuler Negara Lain
Aceh bisa belajar dari pengalaman negara-negara yang berhasil melakukan terobosan spektakuler dalam mengatasi kemiskinan, pengangguran, dan stunting, meskipun menghadapi tantangan awal yang berat:
Vietnam: Negara ini telah diakui secara internasional sebagai contoh sukses dalam pengurangan kemiskinan. Dari salah satu negara termiskin di dunia.
Vietnam berhasil mengangkat lebih dari 40 juta penduduknya keluar dari kemiskinan dalam waku sepuluh tahun, dengan indeks kemiskinan multidimensi berkurang menjadi 2,93 % pada tahun 2023.
Pencapaian ini telah didorong oleh reformasi ekonomi yang ekstensif (Doi Moi), investasi dalam pendidikan dan kesehatan, serta penekanan pada ekspor dan penciptaan lapangan kerja.
Vietnam juga berhasil mengurangi proporsi stunting anak hampir lima puluh persen selama satu dekade (1993-2003), dari 61 % menjadi 35 % .
Peru: Dalam waktu singkat, Peru berhasil mengurangi angka stunting secara drastis. Antara tahun 2008 dan 2016, stunting di Peru turun dari 28 % menjadi 13 % .
Ini dicapai melalui komitmen politik yang kuat, menjadikan stunting sebagai prioritas nasional, dan menerapkan strategi multi-sektoral yang berfokus pada 1.000 hari pertama kehidupan, pemberdayaan orang tua, serta penyelarasan sumber daya dengan hasil.
Bangladesh: Meskipun masih menghadapi tantangan, Bangladesh telah menunjukkan kemajuan signifikan dalam mengurangi malnutrisi anak. stunting pada anak di bawah lima tahun turun dari 54,7 % menjadi 26,4?lalam sepuluh tahun terakhir.
Keberhasilan ini dikaitkan dengan peningkatan layanan kesehatan, ketahanan pangan, peningkatan pendidikan, pemberdayaan perempuan, dan kondisi lingkungan yang lebih baik.
Pelajaran dari negara-negara ini menunjukkan bahwa komitmen politik yang tinggi, strategi multi-sektoral yang terkoordinasi, investasi pada sumber daya manusia, dan pemberdayaan masyarakat adalah kunci untuk mencapai kemajuan yang signifikan.
Pembangunan Aceh membutuhkan komitmen kuat, kerja keras, dan visi jangka panjang. Dengan fondasi tata kelola yang baik, strategi ekonomi yang tepat sasaran, investasi serius pada kualitas SDM dan kesehatan generasi mendatang, serta kolaborasi yang kuat dari seluruh elemen, Aceh akan mampu mengatasi tantangan yang ada.
Ini adalah perjalanan panjang, namun dengan semangat kebersamaan dan keyakinan pada potensi diri, Aceh pasti bisa mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan yang diimpikan. Insya Allah.
*) Penulis adalah Wakil Dekan Bid. Akademik dan Kelembagaan FISIP UIN Ar-Raniry Banda Aceh
KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.
Baca artikel Kupi Beungoh lainnya di SINI
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.