Tahun Baru Islam

Mengapa Tahun Baru Islam Dimulai dari Muharram Kenapa Tidak Diawal Tahun? Ini Sejarah & Keutamaannya

Tapi, pernahkah kita bertanya, mengapa tahun baru Islam dimulai dari bulan Muharram dan bukan dari peristiwa besar lain ?

Penulis: Gina Zahrina | Editor: Muhammad Hadi
Generated Meta AI
TAHUN BARU ISLAM - Kenapa tahun baru Islam jatuh di bulan muharram bukan di awal tahun? Berikut sejarah panjangnya asal usul tahun baru Islam. Foto Ilustrasi generated Meta AI. 

Meskipun peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW sebenarnya terjadi di bulan Rabi’ul Awwal, para sahabat sepakat menjadikan bulan Muharram sebagai bulan pertama dalam kalender Islam.

Keputusan ini bukan tanpa dasar. Secara teknis, kalender yang digunakan saat itu memang sudah menggunakan sistem 12 bulan berdasarkan peredaran bulan, dan Muharram sudah dianggap sebagai bulan pertama oleh masyarakat Arab bahkan sebelum Islam datang.

Maka, penetapan Muharram sebagai bulan pembuka lebih kepada menyempurnakan sistem yang sudah ada, namun diberi makna dan semangat baru setelah Islam datang.

Selain itu, Muharram memang memiliki kedudukan istimewa dalam Islam. Dalam Al-Qur'an, Allah SWT menyebutkan bahwa dari 12 bulan yang ada, terdapat empat bulan haram (bulan yang dimuliakan), salah satunya adalah bulan Muharram.

Baca juga: Benarkah Tidak Boleh Membangun Rumah di Bulan Muharram? Buya Yahya Ungkap Kapan Hari Jelek Itu

Dalam QS. At-Taubah ayat 36, Allah berfirman:

"Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu."

Bulan-bulan haram ini dimuliakan karena di dalamnya dilarang melakukan peperangan atau pertumpahan darah, sebagai bentuk penghormatan terhadap nilai-nilai damai dan kemanusiaan.

Rasulullah SAW bahkan menyebut Muharram sebagai "Syahrullah" atau "bulannya Allah", menandakan betapa mulianya bulan ini di hadapan Allah SWT.

Makna dan Semangat Hijrah

Peristiwa hijrah bukan sekadar perpindahan geografis Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya dari Makkah ke Madinah.

Hijrah adalah simbol dari perjuangan meninggalkan kebatilan dan menuju kebenaran. Dari tekanan dan penyiksaan kaum Quraisy, menuju kehidupan yang lebih damai dan teratur di Madinah. Hijrah adalah bentuk nyata dari keberanian, pengorbanan, dan keikhlasan dalam memperjuangkan agama.

Maka ketika tahun baru Islam ditandai dengan peristiwa hijrah, itu bukan hanya penanda waktu, tetapi ajakan untuk merefleksikan “hijrah batin” atau berpindah dari sifat buruk menuju akhlak mulia, dari kelalaian menuju kesadaran spiritual, dari kesombongan menuju kerendahan hati.

Tahun Baru Islam adalah saat yang tepat untuk melakukan evaluasi diri, memperbarui niat, dan menetapkan tekad untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

Baca juga: Berikut Amalan Khusus di Bulan Muharram Menurut Ustadz Adi Hidayat yang Sayang Jika Dilewatkan

Keutamaan Muharram dalam Ibadah

Bulan Muharram juga menjadi momen penting untuk memperbanyak amal ibadah. Salah satu ibadah yang sangat dianjurkan di bulan ini adalah puasa sunnah Asyura, yaitu puasa pada tanggal 10 Muharram.

Dalam hadits riwayat Muslim, Rasulullah SAW bersabda bahwa puasa Asyura dapat menghapus dosa-dosa kecil setahun sebelumnya.

Rasulullah juga menganjurkan untuk berpuasa sehari sebelumnya, yaitu tanggal 9 Muharram (dikenal sebagai puasa Tasua), sebagai bentuk pembeda dari kaum Yahudi yang juga berpuasa di hari Asyura.

Selain itu, malam pergantian tahun juga disambut dengan doa awal tahun Hijriah, sebuah doa yang memohon perlindungan dari godaan setan dan nafsu yang buruk, serta memohon agar selalu diberi kekuatan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved