Hijrah Itu Proses, Bukan Momen, Tgk Akmal Abazal: Bergerak dari Kegelapan Menuju Cahaya

Kedua adalah hijrah perilaku, yang berarti mengubah perilaku.

Al-Qur’an menekankan pentingnya refleksi diri. “Dan orang-orang yang apabila melakukan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, mereka segera mengingat Allah lalu memohon ampun.” (QS. Ali Imran: 135)

Ketua LAZISNU Aceh ini mengatakan, hijrah dalam prilaku adalah meninggalkan perbuatan sia-sia menuju amal yang bermakna. Berani menempuh jalan halal meskipun sulit. Sadar bahwa hidup ini punya batas. 

“Hidup memiliki ujung dan mati pasti akan menjadi tujuan. Maka, sebelum ajal menjemput, jadikan setiap langkah sebagai bentuk hijrah menuju Allah. Tidak ada kata besok atau nanti karena kematian tiba tanpa sempat kompromi,” tegasnya.

Ketiga adalah hijrah budaya sosial. Menurut Tgk Akmal, banyak hal yang juga perlu dihijrahkan dalam budaya sosial.

Kita hidup dalam masyarakat yang kadang terjebak dalam pencitraan. Beribadah untuk konten, bersedekah demi validasi, hingga mengekspos kehidupan pribadi ke ruang publik.

“Agama tak melarang kita hidup layak dan bahagia. Tapi ketika euforia berubah menjadi pamer, ketika ibadah menjadi ajang pencitraan, disitulah kita sedang menjauh dari nilai-nilai hijrah,” jelas pengurus Ikatan Sarjana Alumni Dayah (ISAD) Aceh ini.

Tgk Akmal mengingatkan bahwa hijrah bukan seremoni tahunan, bukan sekadar pergantian kalender.

 Hijrah adalah perjalanan ruhani menuju Allah. QS An-Nisa atay 100; “Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya ia akan mendapatkan banyak kelapangan dan rezeki.”

“Semoga hijrah kita di tahun baru 1447H ini menjadi titik tolak menuju ridha Ilahi. Mari kita jadikan tahun ini bukan sekadar pergantian kalender, tapi permulaan baru untuk hidup yang lebih bermakna,” pungkasnya. (ar)