Banda Aceh
Banyak Mitos dan Hoaks Seputar 1.000 Hari Pertama Kehidupan Beredar di Aceh, Seharusnya Ditiadakan
Ibu hamil juga disebut-sebut tidak boleh makan makanan tertentu, misalnya kepiting, nanti anaknya suka mencubit.
Penulis: Yarmen Dinamika | Editor: Nur Nihayati
Masih terkait mitos, Hendra Lesmana dari LSM Flower menambahkan ada yang percaya bahwa kalau baru hamil tidak boleh ada yang tahu. "Pamali, takut nanti tidak jadi, atau hilang bayinya," kata Hendra.
Perihal hoaks juga dibahas dalam talkshow itu, mulai dari definisi hingga contohnya.
Adapun hoaks, diartikan sebagai informasi bohong atau kabar yang tidak benar/dusta.
Terkait hoaks di dunia kesehatan, Hanum Vine Meilliza menyebutkan sebuah contoh, yakni ada yang percaya bahwa jika bayi sakit, cukup ibunya saja yang minum obat. Nantinya, obat akan sampai ke anak melalui air susu ibunya (ASI).
"Ini jelas hoaks. Kalau menunggu obat sampai ke mulut bayinya melalui ASI, bisa-bisa ibunya sudah overdosis obat duluan," kata Meilliza.
Ia juga menyebutkan bahwa 1.000 HPK itu dihitung sejak masa kehamilan atau fase konsepsi, yakni 270 hari (9 bulan) hingga anak berusia dua tahun (730 hari).
Masa ini sering disebut sebagai "periode emas" atau "window of opportunities" karena sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak, terutama otak dan tubuhnya.
Sementara itu, Yennizar dari Dinkes Aceh menerangkan mengapa 1.000 HPK itu dianggap sangat urgen dalam kehidupan anak manusia, bahkan sampai digolongkan sebagai periode emas (golden period).
Menurutnya, pertumbuhan dan perkembangan otak seorang anak terjadi paling cepat, yaitu mencapai 80 persen baik dari segi ukuran maupun fungsinya, justru pada masa 1.000 HPK.
Periode 1000 HPK, lanjutnya, adalah jendela kesempatan (window of opportunities) untuk memberikan segala yang terbaik bagi anak, dalam hal gizi, stimulasi, serta kesehatan secara optimal (baik bagi ibu hamil, ibu menyusui, maupun sang anak).
"Bahkan, kekurangan gizi pada periode 1000 HPK akan mengakibatkan pertumbuhan anak terhambat (stunting) dan kemampuannya dalam mencari nafkah ke depannya juga lebih rendah daripada anak yang tidak stunting," ujarnya.
Mitos terkait ASI
Selaku konselor menyusui, Meilliza mengatakan bahwa
mitos bukan saja banyak di masa kehamilan, bahkan setelah bayi lahir pun, misalnya yang terkait ASI, juga banyak yang dipercaya masyarakat.
Misalnya, kata Meilliza, kolostrum atau ASI pertama, karena warna kuning, banyak yang menganggap itu ASI basi.
Sehingga, dibuang, tidak diberikan kepada bayi baru lahir, padahal kolosterum itu sangat besar manfaatnya bagi bayi, termasuk unsur pembentuk imunitas (daya tahan) tubuhnya.
Ribuan Maba UIN Ar-Raniry ‘Tenggelam’ dalam Khidmatnya Zikir & Khatam Quran saat Penutupan PBAK 2025 |
![]() |
---|
Dorong Industri Sawit Ramah Anak di Aceh, Ini yang Harus Dilakukan Pengusaha dan Stakeholder |
![]() |
---|
Hati-hati Terima Gadai Motor Harga Murah! Pelaku dan IRT Ini Mendekam di Sel Polresta Banda Aceh |
![]() |
---|
Kisah Lansia di Ulee Kareng, Sakit dan Terlantar Tanpa Keluarga, Kini Tempati Panti Jompo |
![]() |
---|
Wisudakan 3.132 Lulusan, Total Alumni USK Kini 168.870 Orang |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.