Banda Aceh
Banyak Mitos dan Hoaks Seputar 1.000 Hari Pertama Kehidupan Beredar di Aceh, Seharusnya Ditiadakan
Ibu hamil juga disebut-sebut tidak boleh makan makanan tertentu, misalnya kepiting, nanti anaknya suka mencubit.
Penulis: Yarmen Dinamika | Editor: Nur Nihayati
Mitos lainnya, sebut Meilliza, kalau menyusui, nanti bentuk badan ibu bayi jadi berubah (melar dan payudaranya kendor) sehingga takut tak lagi disayang suami.
Mitos lainnya, lanjut Meilliza, adalah payuara yg kecil tidak bisa cukup menghasilkan ASI.
Alhasil, di hari-hari pertama kalau ASI-nya belum keluar, sering kali dianggap ASI-nya kurang, lalu kepada bayi diberikan susu formula (sufor).
"Ini namanya salah kaprah akibat percaya mitos atau termakan hoaks," kata Meilliza.
Ia merekomendasikan agar mitos dan hoaks seperti ini harus ditangkis, dilawan, dan dibasmi, karena membahayakan bagi ibu hamil, ibu menyusui, dan bayinya.
Hendra Lesmana mengingatkan bahwa ibu yang baru bersalin dan ASI-nya belum lancar, kepada bayinya jangan buru-buru diberi sufor.
Sufor hanya boleh diberikan setelah bayi berusia enam bulan. "Sebelum enam bulan, cukup diberikan ASI saja," kata Hendra.
Meilliza menambahkan bahwa Unicef telah membuat pedoman kapan bayi baru lahir dapat diberikan sufor. Salah satunya adalah jika ibu bayi menderita HIV/AIDS. Itu dilakukan untuk mencegah penularan HIV/AIDS kepada bayinya.
Ia juga menyebut sangatlah fatal jika bayi yang belum seharusnya minum sufor, tapi sudah diberikan sufor, bahkan ditambahi lagi demgan gula pasir supaya manis.
Ia juga menyebut sebagai mitos, apabila ibu minum susu atau pelancar ASI, maka bisa membuat ASI-nya lancar.
Sri Wahyuni selaku bidan desa dan Meri Devianti selaku kader Posyandu Gampong Laksana, Banda Aceh, meramaikan talkshow tersebut dengan beberapa contoh mitos yang masih hidup di tengah masyarakat perkotaan. Namun, jumlahnya tak lagi sebanyak yang masih berkembang di pedesaan Aceh.
"Di kota hampir tak ada orang tua yang melarang anaknya divaksinasi, karena tahu manfaatnya untuk pencegahan penyakit tertentu. Tapi tidak demikian anggapan di desa-desa pedalaman. Dan itulah salah satu tantangan yang dihadapi petugas medis," ungkapnya.
Meri Devianti mengimbau agar kesiapan menghadapi periode 1.000 HPK dikondisikan sejak pasangan hendak menikah.
"Lakukan pemeriksaan kesehatan calon pengantin, persiapkan mental mereka sebagai calon ayah dan ibu. Pengantin wanita jangan lupa minum tablet tambah darah, dan lawan mitos yang merugikan pola asuh anak agar anak tumbuh kembang optimal," ujarnya.
Yennizar maupun Hendra sepakat bahwa upaya menghapus mitos dan hoaks seputar 1.000 HPK harus dilakukan secara terencana, simultan, dan tepat sasaran.
Ribuan Maba UIN Ar-Raniry ‘Tenggelam’ dalam Khidmatnya Zikir & Khatam Quran saat Penutupan PBAK 2025 |
![]() |
---|
Dorong Industri Sawit Ramah Anak di Aceh, Ini yang Harus Dilakukan Pengusaha dan Stakeholder |
![]() |
---|
Hati-hati Terima Gadai Motor Harga Murah! Pelaku dan IRT Ini Mendekam di Sel Polresta Banda Aceh |
![]() |
---|
Kisah Lansia di Ulee Kareng, Sakit dan Terlantar Tanpa Keluarga, Kini Tempati Panti Jompo |
![]() |
---|
Wisudakan 3.132 Lulusan, Total Alumni USK Kini 168.870 Orang |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.