Jurnalisme Warga
Membangun Potensi Lokal: Menulis dari Gampong untuk Dunia
Tema ini menarik bagi saya karena merupakan inovasi dari Diskominsa Bireuen untuk menggaungkan potensi-potensi tenpendam di gampong
Salah satu cara strategis untuk menggali dan memperkenalkan potensi ini ke dunia adalah melalui aktivitas menulis. “Menulis dari gampong untuk dunia” bukan hanya slogan, melainkan sebuah gerakan literasi yang menekankan pentingnya mengangkat cerita, kearifan lokal, budaya, dan kekayaan alam desa ke panggung global. Apalagi pelatihan yang baru dilaksanakan ini merupakan pelatihan jurnalistik tingkat lanjut, sebagai kelanjutan dari pelatihan tingkat dasar yang digelar pada tahun 2024.
Aset yang terlupakan
Setiap gampong memiliki potensi khas yang tak ternilai, baik dalam bentuk sumber daya alam, tradisi budaya, maupun kearifan lokal. Namun sayangnya, potensi ini sering tidak terdokumentasikan secara baik, apalagi dipromosikan ke dunia luar. Banyak kisah, praktik, dan pengalaman unik yang tinggal dalam memori kolektif masyarakat desa, tetapi tidak pernah terekam dalam tulisan yang dapat diakses oleh generasi selanjutnya atau masyarakat global.
Misalnya, teknik pertanian tradisional yang ramah lingkungan, pengelolaan sumber air yang berlandaskan adat, atau sistem gotong royong yang memperkuat kohesi sosial. Semua itu adalah contoh dari “local wisdom” yang dapat menjadi rujukan dunia dalam membangun peradaban yang berkelanjutan. Namun, jika tidak ditulis dan dipublikasikan, semua itu akan hilang ditelan zaman.
Jadi, menulis bukan hanya aktivitas individual, melainkan bisa menjadi strategi kolektif dalam membangun identitas dan memperjuangkan hak-hak gampong. Dengan menulis, masyarakat gampong dapat merekam sejarah lokal, mengkritisi kebijakan pembangunan, memperkenalkan produk unggulan desa, dan mengadvokasi perubahan.
Artikel, blog, buku, bahkan unggahan media sosial yang berkualitas dari gampong mampu menjangkau khalayak luas dan memengaruhi persepsi dunia tentang kehidupan pedesaan. Ketika masyarakat gampong mulai menulis, mereka sedang membangun narasi tandingan terhadap stereotipe desa yang tertinggal dan bodoh. Sebaliknya, desa menjadi sumber pengetahuan dan inspirasi.
Kemajuan teknologi informasi saat ini telah membuka peluang besar bagi gampong untuk tampil di panggung dunia. Kini, tidak perlu menjadi jurnalis profesional untuk bisa menyampaikan cerita. Dengan ponsel pintar dan jaringan internet, masyarakat desa bisa menulis di blog pribadi, membuat video dokumenter, atau mengunggah foto-foto potensi desa ke media sosial.
Namun, yang dibutuhkan bukan hanya akses teknologi, tetapi juga kapasitas literasi digital yang memadai. Warga gampong perlu didampingi untuk menulis dengan baik, menyampaikan pesan secara efektif, dan menggunakan media digital secara bijak. Pelatihan jurnalistik warga yang telah dilakukan Diskominfo Bireuen diharapkan menjadi pemicu untuk pertumbuhan gampong dalam Kabupaten Bireuen khususnya dan Aceh umumnya.
Program literasi media melalui pelatihan jurnalistik ini sangat penting untuk mendukung gerakan “menulis dari gampong untuk dunia”.
Cerita inspiratif
Beberapa desa di Indonesia telah menunjukkan bahwa menulis dari gampong bisa membawa dampak nyata. Di Aceh misalnya, banyak jurnalis warga yang mulai menulis tentang kearifan lokal, pelestarian budaya, dan isu-isu pembangunan desa melalui platform digital. Tulisan mereka tak hanya dibaca di tingkat lokal, tapi juga diakses oleh pembaca dari berbagai belahan dunia.
Di daerah lain, seperti di Gunungkidul atau Banyuwangi, pemerintah desa bahkan mendukung warga untuk menulis dan mendokumentasikan sejarah desa, profil tokoh lokal, hingga resep kuliner tradisional. Buku-buku itu dibagikan kepada pengunjung, menjadi media promosi sekaligus pendidikan kebudayaan.
Gerakan ”menulis dari gampong untuk dunia” adalah bagian dari revolusi pembanguan yang berakar dari potensi lokal. Menulis menjadi jalan untuk meneguhkan eksistensi gampong dalam peta kebudayaan global serta menjembatani komunikasi antara lokalitas dan dunia.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.