Jurnalisme Warga
Kapan dan Siapa Penulis Hikayat Aceh?
Saat kita membuka naskah Hikayat Aceh, langsung terlihat judul “Ini hikayat raja Aceh daripada asal turun temurun.”
7) Anthony Johns (Australia);
8) Theodor Willem Juynboll (Belanda);
9) Christiaan Antonie Olivier van Nieuwenhujze (Belanda);
10) Van der Linden (Belanda);
11. Hans Penth (Jerman); dan
12. Vladimir Braginsky (Rusia).
Ternyata, cukup banyak orientalis atau ahli ketimuran dari berbagai bangsa yang telah mengkaji Hikayat Aceh. Hal inilah yang jadi pemicu Hikayat Aceh cepat menanjak derajatnya. Ia menjadi manuskrip bertaraf internasional dan viral di dunia luar, sedangkan di negeri sendiri terkesan terbiar, tawar, dan hambar.
Perdebatan
Akibat banyaknya pengkajian terhadap Hikayat Aceh, maka muncullah perbedaan pendapat di antara para peneliti. Dua hal yang menonjol dalam “asah pikiran” membedah Hikayat Aceh, yaitu:
1). Kapan Hikayat Aceh ditulis, apakah semasa Sultan Iskandar Muda memerintah atau sesudah ia mangkat?
2) Siapa penulis Hikayat Aceh?
Denys Lombard, orientalis asal Prancis menyebutkan, Hikayat Aceh ditulis pada masa Sultan Iskandar Muda berkuasa (1607–1636 M) dan beliau sendiri yang memerintahkan penulisan biografinya. Dalam hal ini Denys Lombard tidak menjelaskan nama penulis karya itu.
Teuku Iskandar dan Van der Linden meyakini bahwa Hikayat Aceh ditulis dalam masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Lebih lanjut Teuku Iskandar menyatakan, “bahwa Hikayat Aceh kemungkinan besar ditulis oleh seorang sufi terkenal Syekh Syamsuddin dari Pasai."
Pendapat ini ditentang keras oleh Vladimir Braginsky asal Rusia. Ia menegaskan, mana mungkin seorang Syekh Syamsuddin yang alim dan terpelajar mau menulis sebuah kisah yang berlepotan mitos dan dongeng itu.
Saya pribadi berpendapat bahwa Vladimir Braginsky telah “menarik” kisah abad 17 ke abad ke 21. Padahal, di abad 17 masyarakat kita saat itu masih kental dengan dongeng dan mitos. Bahkan sampai sekarang!
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.