Liputan Eksklusif Aceh

Al-Fatihah untuk Korban Konflik, Seruan Damai dari Mimbar Masjid Agung Sultan Jeumpa Bireuen

Seruan doa itu bukan sekadar ritual, melainkan pengingat bahwa perdamaian dibangun di atas luka yang dalam.

Penulis: Yusmandin Idris | Editor: Zaenal
SERAMBINEWS.COM/YUSMANDIN IDRIS
PERINGATAN 20 TAHUN DAMAI ACEH - Rektor Universitas Islam Aceh, Dr. Nazaruddin Abdullah MA, memberikan tausiyah pada peringatan 20 tahun damai Aceh, di Masjid Sultan Jeumpa, Bireuen, Kamis 14 Agustus 2025. 

Laporan Yusmandin Idris | Bireuen

Di tengah lantunan zikir dan doa peringatan 20 tahun MoU Helsinki, suara Rektor Universitas Islam Aceh, Dr. Nazaruddin Abdullah MA, menggema lembut namun tegas: “Mari kirimkan Al-Fatihah, satu kali seorang, untuk para korban konflik Aceh.”

SERAMBINEWS.COM, BIREUEN - Masjid Agung Sultan Jeumpa, Kamis (14/8/2025) pagi kemarin, menjadi saksi bukan hanya peringatan sejarah, tetapi juga penghormatan spiritual. 

Dalam tausiahnya, Dr. Nazaruddin mengajak seluruh yang hadir, dari pejabat hingga pelajar, untuk membaca Al-Fatihah bagi puluhan ribu jiwa yang gugur selama konflik Aceh.

“Mudah-mudahnya mereka ditempatkan di sisi Allah SWT,” ucapnya, membuka ruang refleksi yang menyentuh hati.

Menurut catatan Amnesty International, konflik Aceh yang berlangsung hampir tiga dekade menelan lebih dari 30 ribu korban jiwa dari berbagai pihak: GAM, TNI/Polri, dan sipil.

Seruan doa itu bukan sekadar ritual, melainkan pengingat bahwa perdamaian dibangun di atas luka yang dalam.

Baca juga: Dua Dekade Damai: Zikir dan Doa Bersama di Jantung Bireuen

Mengingat, bukan mengungkit

Dalam tausiahnya, Dr. Nazaruddin menyampaikan bahwa mengenang masa konflik bukan untuk membuka luka lama, melainkan sebagai bahan renungan.

“Mungkin adik-adik SMA hari ini tidak begitu memahami makna MoU Helsinki. Tapi bagi kami yang hidup di masa konflik, itu sangat berarti,” ujarnya.

Ia menggambarkan kehidupan di masa konflik sebagai masa yang penuh ketakutan dan keseluruhan.

“Berkonflik itu tidak enak sama sekali,” katanya, dengan nada sarat pengalaman.

Cerita-cerita itu jembatan menjadi antara generasi yang pernah mengalami dan generasi yang lahir dalam damai.

Baca juga: Dua Dekade Damai, Mari Kita Rawat Aceh

Damai, mencegah retak

Namun, peringatan ini bukan hanya tentang mengenang.

Dr Nazaruddin juga mengingatkan bahwa perdamaian harus dijaga, karena benih konflik bisa muncul kembali jika butir-butir MoU Helsinki tidak sepenuhnya direalisasikan.

Salah satu isu yang ia soroti adalah dana Otonomi Khusus (Otsus) Aceh.

“Dulu 2 persen, sekarang tinggal 1 persen dan akan berakhir tahun 2027. Jika tidak disikapi, ini bisa menimbulkan potensi konflik,” ujarnya.

Ia bahkan berbagi cerita tentang diskusi informalnya bersama anggota DPRA di Banda Aceh, dua hari sebelumnya, saat ngopi di warung.

“Kami khawatir, tapi juga berharap ada solusinya.”

Damai utu tanggung jawab bersama

Seruan Dr. Nazaruddin bukan hanya untuk pemerintah, tetapi juga untuk masyarakat Aceh secara umum.

“Kita semua harus melihat langkah-langkah ke depan agar tidak muncul konflik lagi,” tegasnya.

Peringatan 20 tahun MoU Helsinki bukan hanya tentang masa lalu, tapi juga tentang masa depan.

Ia teringat bahwa kedamaian bukanlah hadiah, melainkan hasil perjuangan dan tanggung jawab bersama.

Dari doa yang dibaca satu kali seorang, dari obrolan warung kopi hingga mimbar masjid, harapan akan Aceh yang lebih baik terus disemai.(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved