Liputan Eksklusif Aceh
Kisah Korban Selamat dari Terkaman Buaya di Aceh Singkil, Mengais Nafkah dengan Tangan tak Sempurna
Perempuan itu sambil menjerit minta tolong, tangan kirinya masih sempat berpegangan dengan perahu yang ada di sampingnya.
Penulis: Dede Rosadi | Editor: Nurul Hayati
Berupa uang Rp 1 juta dan cincin emas.
Uang itu rencana digunakan untuk acara pesta saudaranya.
Sedangkan emas merupakan benda berharga simpanan satu-satunya.
Sebagai orang kolot, memiliki kebiasaan ketika mencari siput di sungai uang dan emas disimpan di ujung kain yang diikatkan.
Kain itu lalu digunakan sebagai pelindung kepala dari sengatan matahari.
Nahas ketika dirinya diterkam buaya kain tempat menyimpan uang dan emas lepas.
Warga lebih utamakan menolong nyawanya ketimbang memperhatikan kain yang jatuh ke dasar sungai tempat buaya berada.
Ketika masa penyembuhan, Kaetek sempat meminta bantuan saudaranya mencari ke sungai.
Sayang, kendati pencarian sudah dibantu warga desa kain berisi uang dan emas tak ditemukan.
Ikhlas tentu saja, walau berat.
Maklum hidupnya yang serba sulit, uang Rp 1 juta dan cincin emas kira-kira 2,5 gram teramat tinggi nilainya.
Luka di tangan kanan bekas gigitan buaya sudah sembuh.
Sayang tidak normal seperti sedia kala.
Tangan, kanannya tak bisa lagi memegang kuat dan mengangkat barang berat.
Walau tangan paling kuatnya tak sempurna, Kaetek harus berjuang penuhi kebutuhan sehari-hari dirinya dan kedua putranya yang tinggal serumah.
Penopang hidup satu-satunya adalah pelihara bebek petelur.
Agar bisa bertelur harus diberi makan.
Dengan keterbatasan fisik Kaetek, setiap hari mencari siput.
Lokasinya tidak lagi di sungai, melainkan ke pinggir parit dekat permukiman warga.
Kaetek tak berani jika harus mencari makanan bebek peliharanya ke sungai.
Terkaman buaya membuatnya trauma.
Saat-saat tertentu alam pikirannya masih sering dihantui perasaan cemas atas peristiwa tragis yang dialaminya.
Ketika tangannya masih kuat, selain jualan telur bebek, menangkap ikan serta udang sungai menjadi tambahan menopang hidup.
Setelah tangan kanannya digigit buaya, jualan telur bebek harapan satu-satunya.
Cukup? Tentu saja tidak, kebutuhan makan sehari-hari acap menunggu belas kasih dari saudaranya.
"Kadang dikasih beras sebambu (1,5 kilogram) sama saudara, itu makan kami," ujarnya lirih.
Semangatnya untuk cari alternatif penghasilan sempat menyala, ketika mendengar sebagai korban serang buaya akan mendapat bantuan modal usaha.
Hari terus berganti hingga enam bulan berlalu pascapristiwa serangan buaya.
Bantuan modal usaha yang ditunggu Kaetek tak pernah datang.
Ia masih sisakan harap suatu saat mendapat modal usaha.
Tak terlalu besar, baginya Rp 500 ribu sudah cukup sebagai modal usaha jualan makanan ringan di sekolah dasar yang ada di dekat rumahnya.
"Tolong ya pak kalau ada yang bantu, lima ratus ribu sudah bisa aku jualan di sekolah," ujarnya menutup kisah kelabu masa lalu diujung sore itu.(*)
Liputan Eksklusif Aceh
korban buaya
buaya aceh singkil
habitat buaya
Serambi Indonesia
Serambinews.com
Serambinews
AWPF Dukung Penyegelan Hotel, Minta Pemko Banda Aceh Perkuat Edukasi dan Pemberdayaan Perempuan |
![]() |
---|
GM Kyriad Hotel Dukung Langkah Pemko Tegakkan Syariat di Banda Aceh |
![]() |
---|
MPU Sarankan Kabupaten/Kota Lain Tiru Banda Aceh Segel Hotel Langgar Syariat |
![]() |
---|
Dayah Babussalam dan Sekolah-sekolah yang Didirikan Tu Sop Terus Berkembang |
![]() |
---|
Almarhum Tu Sop Teladan Bagi Santri, Pesannya Antara Lain Jangan Putus Asa |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.