Liputan Eksklusif Aceh
Tarik Ulur Pengelolaan Tugu Nol Kilometer, Antara Pemko Sabang dan BKSDA
Tugu Nol Kilometer pada awalnya pengelolaan dilakukan oleh Pemko Sabang. Namun kemudian diambil alih oleh BKSDA.
Penulis: Aulia Prasetya | Editor: Yocerizal
Laporan Aulia Prasetya | Sabang
SERAMBINEWS.COM, SABANG – Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Iboih, Tarmizi, menilai Tugu Nol Kilometer Sabang memiliki potensi luar biasa.
Tidak hanya bagi daerah, tetapi juga bagi masyarakat sekitar.
Menurutnya, keberadaan destinasi ini mampu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui retribusi wisata, sekaligus membuka peluang ekonomi bagi pedagang hingga jasa travel.
“Selain memberi pemasukan untuk daerah, keberadaan KM Nol juga mengurangi angka pengangguran karena banyak masyarakat bisa ikut terlibat di sektor pariwisata,” katanya saat ditemui langsung di lokasi wisata KM Nol, Senin (18/18/2025).
Ia menambahkan, Tugu Nol Kilometer tidak hanya berpotensi sebagai destinasi nasional, tetapi juga dunia.
Setiap tahun, wisatawan nusantara maupun mancanegara menjadikan monumen ini sebagai salah satu tujuan utama saat berkunjung ke Sabang.
Namun demikian, masih ada tantangan yang dihadapi, terutama terkait status dan pengelolaan destinasi.
Baca juga: Monumen Kilometer Nol Sabang, Simbol Nusantara yang Jadi Magnet Wisata Dunia
Baca juga: Omzet Pedagang Souvenir di KM Nol Sabang Tembus Rp20 Juta Saat Libur Panjang
Tarmizi menjelaskan, pada awalnya pengelolaan dilakukan oleh Pemko Sabang.
Namun kemudian diambil alih oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) karena kawasan tersebut termasuk dalam wilayah hutan lindung.
“Jadi, sampai sekarang status pengelolaan KM Nol masih tarik ulur,"
"Pemko Sabang sebagai pemilik wilayah, BKSDA sebagai pemegang hak atas tanah, sementara renovasi bangunan terakhir dilakukan oleh BPKS pada 2015,"
"Karena itu, perlu kejelasan agar pengelolaan bisa maksimal,” ungkapnya.
Ia berharap, persoalan ini segera menemukan titik temu melalui nota kesepahaman (MoU).
Yang tidak hanya mengatur pembagian pendapatan (sharing income), tetapi juga pembagian tanggung jawab dalam hal perawatan dan pengembangan.
“Kalau semua pihak bisa duduk bersama, maka potensi KM Nol sebagai ikon wisata nasional bahkan internasional bisa benar-benar dimaksimalkan,” tegas Tarmizi.
Baca juga: Mengenal Sosok Ira Marzuki Ali Basyah, Ketua Bhayangkari Aceh yang Baru
Baca juga: Peneliti Amerika Temui Bupati Abdya, Bahas Logo Kota Salem yang Memuat Po Adam
Mulai Rusak
Lebih jauh, ia juga menyoroti dampak dari ketidakjelasan pengelolaan selama ini.
Sejumlah ornamen di Tugu Nol Kilometer kini mulai rusak. Besi penyangga terlihat keropos, bahkan ornamen rencong terpaksa diturunkan karena kondisinya membahayakan.
“Yang kita takutkan, ketika musim hujan dan angin kencang, besi yang menggantung bisa jatuh kapan saja,"
"Kalau sudah jatuh dan menimpa pengunjung, siapa yang akan bertanggung jawab?” pungkasnya dengan nada khawatir.(*)
Liputan Eksklusif Aceh
Tugu Nol Kilometer Sabang
Pengelolaan Tugu Nol Kilometer
Tarik Ulur Pengelolaan Tugu Nol Kilometer
Pemko Sabang dan BKSDA
Pokdarwis Iboih Tarmizi
Berita Sabang
Monumen Kilometer Nol Sabang, Simbol Nusantara yang Jadi Magnet Wisata Dunia |
![]() |
---|
Rujak Aceh Kak Eti, Sensasi Segar di Ujung Barat Nusantara |
![]() |
---|
Omzet Pedagang Souvenir di KM Nol Sabang Tembus Rp20 Juta Saat Libur Panjang |
![]() |
---|
Sudah 2 Dekade, Penyebab Konflik Manusia dengan Buaya di Aceh Singkil |
![]() |
---|
Ini Langkah Mitigasi Cegah Konflik Manusia Versus Buaya di Aceh Singkil |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.