Breaking News

Liputan Eksklusif Aceh

Terkait Penggunaan Bahasa Aceh Menurun Hingga Jarang Terdengar, Begini Tanggapan Disdikbud Langsa

Wali Kota Langsa juga telah memberikan instruksi ke dinas-dinas melalui intruksi Pj Gubernur Nomor 05 2023, tentang penggunaan bahasa Aceh yang bert

|
Penulis: Zubir | Editor: Mursal Ismail
For Serambinews.com
KABID KEBUDAYAAN - Kabid Kebudayaan Dinas Pendidikan dan kebudayaan atau Disdikbud Langsa, Basri Ananda, SE, menyampaikan, untuk terus mempertahankan bahasa maupun budaya Aceh, selama ini Bidang Kebudayaan membuat berbagai kegiatan kebudayaan. Salah satunya mengadakan lomba tarian bernuansa Aceh, pameran-pameran kebudayaan bertemakan kekhususan Aceh, karena dari sinilah dimulai terus melekatkan budaya Aceh bagi generasi di daerah sini.   

Namun, berdasarkan hasil penelitian di Kota Langsa yang memiliki masyarakat multikultural dan cenderung lebih urban, penggunaan Bahasa Aceh sebagai bahasa ibu mengalami penurunan signifikan. 

Hal ini dipengaruhi oleh modernisasi, globalisasi, serta pergeseran preferensi bahasa ke Bahasa Indonesia bahkan bahasa asing di kalangan generasi muda.

Fenomena ini tidak hanya berdampak pada kehilangan identitas kultural, tetapi juga menimbulkan kekhawatiran terkait pelestarian warisan budaya lokal. 

Berdasarkan data Statistik pada tahun 2024 jumlah penduduk Kota Langsa 182 ribu jiwa lebih dengan berbagai suku yang ada yaitu suku Aceh, Jawa, Batak, Tamiang atau Melayu, Padang, dan suku-suku lainnya.

Baca juga: Dapat Skor 3 dari UNESCO dan Terancam Punah, Masyarakat Diajak Lestarikan Bahasa Aceh Sejak Dini

Selama ini penggunaan bahasa Aceh memang mulai jarang terdengar di tempat umum, salah satunya disebabkan di Kota Langsa masyarakatnya berasal dari berbagai latar suku.

 Bahasa Aceh Mulai Jarang Terdengar

Salah seorang warga Kota Langsa, Khairun Nufus, SP, kepada Serambinews.com, mengaku, dirinya masih menggunakan bahasa Aceh.

Tetapi umumnya saat berada di rumah saat berinteraksi dengan orang tua dan saudara.

Namun, saat berada di tempat umum seperti cafe/warkop, pasar, dan lainnya mungkin lebih cenderung menggunakan bahasa Indonesia, karena lawan bicara juga tidak berbahasa Aceh

Ia mencotohkan, saat masih beranjak SD hingga SMA dengan kondisi saat ini memang jauh berubah, dulu mungkin sesama anak Aceh masih berinteraksi dengan Bahasa Aceh.

Baca juga: VIDEO Ngevlog Bersama Safaruddin, Gubernur Jateng Ahmad Luthfi Lancar Bahasa Aceh

Tetapi saat ini, penggunaan bahasa Aceh walaupun sesama anak dari suku Aceh sudah jarang terdengar.

Mungkin itu didasarkan kebiasaan di lingkungan sekitar dan di rumah yang tidak lagi menggunakan bahaa Aceh.

Penyebab utama hilangnya penggunaan Bahasa Aceh ini, selain dari rumah antara orang tua dan anak tidak menggunakan bahasa Aceh, teknologi seperti gedge termasuk televisi yang menggunakan bahasa Indonesia, sehingga anak-anak sekarang terbiasa berbahasa Indonesia. 

Kemudian menggunakan Bahasa Aceh pada sebagian anak Aceh sendiri juga menganggapnya kolot atau gengsi, sehingga Bahasa Aceh bagi mereka menjadi tabu dan semakin memudar. 

Kondisi yang terus terjadi ini, Nufus khawatirkan akan berdampak hilangnya indetitas ke-Acehan pada anak Aceh sendiri yang ada di wilayah ini.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved