Kupi Beungoh

Kemudahan Tanpa Tantangan, Jalan Sunyi Menuju Kemunduran Bangsa

Fenomena ini sejalan dengan hasil Universe 25, di mana makhluk hidup yang mendapat segalanya tanpa tantangan, akhirnya kehilangan daya juang...

Editor: Nurul Hayati
For Serambinews.com
Prof Dr dr Rajuddin SpOG(K) Subsp FER, Guru Besar Universitas Syiah Kuala; Ketua IKA UNDIP Aceh dan Sekretaris ICMI Orwil Aceh. 

Namun, eksperimen Universe 25 menjadi cermin yang layak dihadapi.

Kemakmuran fiskal tanpa visi dan disiplin pembangunan, justru berpotensi mempercepat kemerosotan sosial dan moral.

Sejarah membuktikan bahwa sumber daya besar tanpa arah yang jelas akan menumbuhkan pola konsumtif, birokrasi gemuk, ketergantungan bantuan, dan melemahnya etos kerja masyarakat.

Dana yang seharusnya menjadi alat pemberdayaan berubah menjadi candu kenyamanan.

Fenomena ini sejalan dengan hasil Universe 25, di mana makhluk hidup yang mendapat segalanya tanpa tantangan, akhirnya kehilangan daya juang dan terjebak pada stagnasi.

Dari sudut bioetika pembangunan, hal ini melanggar prinsip justice karena distribusi manfaat dana otonomi seringkali tidak merata.

Melanggar prinsip beneficence, karena kegagalan memaksimalkan potensi dana berarti mengabaikan kesempatan berbuat baik.  

Dan prinsip non-maleficence, karena membiarkan kemewahan tanpa pengelolaan yang berarti akan membiarkan kerusakan jangka panjang.

Al-Qur’an memberi peringatan tegas: “Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya para pemboros itu adalah saudara-saudara setan...” (QS. Al-Isra’: 26–27).

Ayat ini mengajarkan bahwa pengelolaan harta publik adalah amanah, bukan ruang untuk berfoya-foya atau bermegah-megahan. 

Rasulullah bersabda: “Tidak akan bergeser kaki seorang hamba pada hari kiamat hingga ia ditanya... tentang hartanya, dari mana ia peroleh dan untuk apa ia belanjakan...” (HR. Tirmidzi).

Bagi Aceh, ini berarti dana otonomi khusus harus dikelola dengan visi strategis yang melahirkan kemandirian ekonomi, penguatan kapasitas SDM, dan pemerataan pembangunan.

Tanpa itu, kelimpahan fiskal akan menjadi jebakan kemakmuran menggiring masyarakat pada ketergantungan, hilangnya integritas, dan rapuhnya fondasi moral generasi mendatang.

Peringatan untuk Akademisi dan Universitas

Universitas dan lembaga pendidikan adalah “laboratorium peradaban.”

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved