Pemilu Malaysia

Pemilu Malaysia, Najib Razak Vs Mahathir Mohamad, Pertarungan Dua Raksasa Politik Semenanjung Malaya

Editor: Faisal Zamzami
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Najib Razak Vs Mahathir Mohamad

Lembaga survei ini juga menyebut BN akan mendapatkan setidaknya 100 kursi parlemen, sedangkan Pakatan memperoleh 83 kursi, dan 37 kursi sisanya masih berpotensi diperebutkan.

Pakar politik dari Universitas Malaya, Profesor Awang Azman Pawi, mengatakan, pemilihan umum kali ini diyakini sebagai pemilu paling kompetitif sepanjang sejarah negeri tersebut.

Baca: Paket Odol Dikirim ke LP Meulaboh, Wah Ada Barang Ini, Saat Semua Napi Digeledah Ditemukan Lagi

Baca: Remaja Putri Asal Bireuen Diculik, Polisi Menduga Korban akan Dijual ke Kalimantan, Ini Indikasinya

PM Najib Razak memberikan suara dalam pemilu Malaysia, Rabu (9/5/2018).(AFP/MOHD RASFAN) 

Sementara peneliti BowerGroup Asia yang berbasis di Kuala Lumpur, Asrul Hadi Abdullah, menegaskan, isu-isu ekonomi akan menjadi penentu dalam pemilihan umum kali ini.

 Meningkatnya biaya hidup, kekesalan terhadap besaran pajak, dan ketidakseimbangan anggaran pembangunan di berbagai negara bagian menjadi bahan utama kampanye tahun ini.

Mahathir menjanjikan penghapusan pajak barang dan layanan (GST) sebesar 6 persen yang banyak dikeluhkan warga.

Jika menang, Mahathir akan menghapuskan pajak ini dalam 100 hari pertama pemerintahannya.

Namun, di sisi lain, pajak yang dikeluhkan ini menghasilkan 18,3 persen dari 60 miliar dolar AS pendapatan Malaysia.

Baca: Istri Gugat Cerai Komedian Sule, Ramalan Mbah Mijan Terbukti?

Baca: Innalillahi Wainna Ilaihi Rajiun, Asisten I Setdakab Aceh Besar Meninggal Saat Sujud Shalat Isya

Sementara Najib mengatakan, menerapkan GST adalah keputusan terberat yang dibuatnya selama memerintah Malaysia.

Dia mengatakan, pemberlakuan pajak GST pada 2015 dilakukan demi mencegah perekonomian negeri yang bergantung pada hasil migas ini mengalami resesi di saat harga minyak dunia jatuh.

Selain masalah-masalah ekonomi, pemilu kali ini menjadi ajang "duel" dua raksasa politik Malaysia, terutama saat Mahathir mengumumkan siap turun gunung dan kembali ke dunia politik.

Sebenarnya bukan kali ini saja Mahathir terlibat dalam politik setelah tak berkuasa.

Pada 2009, enam tahun setelah menyerahkan kekuasaan kepada PM Abdullah Badawi, Mahathir justru menjadi otak penggulingan Badawi yang disebutnya terlalu lunak untuk menjadi pemimpin nasional.

Badawi jatuh, datanglah Najib Razak, anak sulung PM kedua Malaysia Abdul Razak, yang juga menjadi salah satu mentor politik Mahathir pada 1970-an.

Baca: Bocah Perempuan Baru Tamat SD Ini Batal Dinikahkan dengan Pria 21 Tahun, Terungkap Fakta-fakta Ini

Baca: PAN Ajak PKS dan Partai Lain Usung Gatot Nurmantyo sebagai Calon Presiden 2019

Kini, para analis berspekulasi terkait alasan utama Mahathir memutuskan kembali terjun ke dunia politik di masa senjanya. Namun, bagi Mahathir alasannya sudah amat jelas.

Bagi Mahathir, kembalinya dia ke dunia politik adalah untuk menumbangkan "si pencuri" Najib dari pucuk kekuasaan.

Halaman
123

Berita Terkini