Laporan Fikar W.Eda | Jakarta
SERAMBINEWS COM, JAKARTA - Meski berada dalam rumah tahanan KPK, bukan berarti Gubernur nonaktif Aceh, Irwandi Yusuf terisolasi sepenuhnya dari Aceh.
Provinsi yang dipimpinnya itu tetap diamati dan diikuti perkembangannya.
"Saya mendengar pembahasan Qanun RAPBA 2019 tersendat lagi. Nah, karena itu saya serukan agar dicarikan jalan sepakat, sehingga jalan APBA mulus," kata Irwandi saat berbincang dengan Serambinews.com, sebelum dimulainya sidang lanjutan di Gedung Tipikor Jakarta, Senin (10/12/2018) siang.
Ia mengharapkan DPRA dan Pemerintah Aceh kembali ke khittah, sesuai fungsi dan tugas masing-masing.
"Apabila APBA 2019 juga terlambat, itu akan mengganggu sumber aktivitas ekonomi masyarakat dan pemerintahan. Tahun lalu, ketika APBA terlambat, saya disalahkan oleh DPRA. Jangan begitu lagi tahun ini. Tahun ini janganlah APBA dipergub lagi," ujar Irwandi Yusuf.
Sebelumnya Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah optimis bahwa APBA 2019 berjalan sesuai dengan jadwal.
Optimisme serupa mengalir dari gedung DPRA.
Wakil Ketua DPRA Sulaiman Abda juga ingin pembahasan RAPBA lancar dan sesuai tenggat.
Baca: Plt Gubernur Aceh dan Ajudan Irwandi Yusuf Beri Kesaksian di Pengadilan Tipikor Jakarta
Baca: Dua Dirjen Bersaksi di Sidang Irwandi
Kesaksian Nova
Senin (10/12/2018) kemarin, Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah dihadirkan sebagai saksi dalam sidang lanjutan terdakwa Gubernur nonaktif Aceh Irwandi Yusuf di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta.
Selain Nova Iriansyah, pengadilan juga meminta kesaksian dari Joniko Apriano, mantan ajudan Irwandi Yusuf.
Dalam persidangan itu, Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah dicecar sejumlah pertanyaan mengenai Aceh Maraton.
"Sudah dua kali ikut rapat membahas Aceh Maraton. Sekali dihadiri langsung oleh Gubernur Pak Irwandi, saat itu pertemuan di Kantor BPKS Jakarta," kata Nova Iriansyah yang hadir mengenakan kemeja biru dengan hiasan motif ornamen etnik.
Di persidangan itu, Nova mengatakan dirinya ikut melaunching Aceh Marathon di acara Car Free Day Jakarta.
"Saya mewakili gubernur dalam launching itu," ujarnya.
Baca: Promosikan Aceh Marathon 2018, Gubernur Aceh Undang Masyarakat ke Car Free Day Jakarta
Baca: Ditanya Soal Cara Berpakaian di Aceh Dalam Konferensi Pers Aceh Marathon 2018, Ini Jawaban Wagub
Menjawab pertanyaan yang terkait penggunaan Dana Otonomo Khusus Aceh (DOKA), Nova Iriansyah mengatakan bahwa dia tidak mengetahui apa pun terkait anggaran yang bersumber dari Dana Otonomi Khusus Aceh (DOKA).
Nova yang sebelumnya merupakan Wakil Gubernur Aceh itu mengatakan bahwa dia tidak ditugaskan menangani masalah DOKA.
"Saya tidak tahu spesifik, karena memang tidak harus tahu," ujar Nova kepada majelis hakim.
Sebelumnya, majelis hakim merasa heran karena Nova terus menerus menjawab tidak tahu saat ditanya seputar mekanisme anggaran yang bersumber dari DOKA.
Menurut Nova, sejak awal menjabat, dia dan Irwandi selaku gubernur telah bersepakat sejak awal soal pembagian tugas.
Hal itu untuk menghindari konflik antara gubernur dan wakil gubernur.
"Di awal dilantik kan sudah berjanji. Di awal kami sepakat nahkodanya Beliau (Irwandi)," kata Nova.
Baca: OTT Irwandi Yusuf dan Ahmadi, KPK Sebut Uang Rp 500 Juta untuk Beli Medali dan Jersey Aceh Marathon
Baca: Aceh Marathon 2018 Tetap Lanjut
Baca: Ditanya Rumor Jadi Istri Muda Irwandi Yusuf, Steffy Burase Bilang Fokus ke Aceh Marathon
Dalam kasus ini, Gubernur nonaktif Aceh Irwandi Yusuf didakwa menerima suap Rp 1,050 miliar dari Bupati Bener Meriah Ahmadi.
Suap tersebut diberikan melalui staf dan orang kepercayaan Irwandi, yakni Hendri Yuzal dan Teuku Saiful Bahri.
Menurut jaksa, uang tersebut diduga diberikan agar Irwandi mengarahkan Unit Layanan Pengadaan (ULP) Pemerintah Provinsi Aceh memberikan persetujuan terkait usulan Bupati Bener Meriah Ahmadi.
Sebelumnya, Ahmadi mengusulkan kontraktor yang akan mengerjakan kegiatan pembangunan di Kabupaten Bener Meriah.
Adapun, proyek tersebut akan menggunakan anggaran yang bersumber dari Dana Otonomi Khusus Aceh (DOKA) Tahun 2018.
Menurut jaksa, DOKA untuk Kabupaten Bener Meriah sebesar Rp 108 miliar.
Foto Serambi/Fikar W.Eda:
Irwandi Yusuf di Gedung Pengadilan Tipikor Jakarta, selepas nenjalabi sidang lanjutan, Senin (10/12/2018).
==========
Mendadak Silaturahmi, Tujuannya Sebenarnya Nyari Suara
Oleh : Khairul Azmi
[Mahasiswa Jurusan KPI Fakultas Dakwah dan komunikasi, UIN Ar-Raniry]
“Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu”. (Q.S An-Nisa : 1).
Keutamaan Silaturahmi
Salah satu bukti bahwa Islam merupakan agama yang menjunjung tinggi nilai-nilai persaudaraan adalah anjuran silaturahmi, silaturahmi berasal dari kata bahasa Arab Silah yang berarti hubungan dan Ar-Rahim yang berari kasih sayang, jadi silaturahmi bisa digunakan semua kalangan sebagai media untuk saling kenal-mengenal, bantu-membatu, membagun, menumbuhkan rasa cinta dan kasih sayang karena karena Allah. Tali Silaturahmi harus senantiasa terjalin di antara sanak keluarga, kerabat bahkan juga antar rakyat biasa dan pemerintah.
Di dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Imam Bukari, Rasulullah mengatakan bahwa jika terdapat orang yang memutuskan tali silaturahmi, maka rahmat tidak akan turun jika terdapat padanya manusia-munusia yang saling memutuskan tali silaturahmi.
Sebenarnya, silaturahmi begitu indah dan juga bisa menjadi salah satu penyebab seorang muslim dimasukkan ke dalam surganya Allah dan dijaukan dari siksa neraka jika silaturahmi ini dilakukan sebagaimana mestinya, sesuai dengan tuntutan Islam.
Oleh karena itu, sudah sepatutnya sebagai umat muslim kita memahami apa sebenarnya hakikat silaturrahmi agar tidak terjadi kesalahan implementasi.
“Beritahukanlah kepadaku tentang satu amalan yang memasukkan aku ke surga. Seseorang berkata, “Ada apa dia? Ada apa dia?” Rasulullah saw. Berkata, “Apakah dia ada keperluan? Beribadahlah kamu kepada Allah jangan kamu menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, tegakkan shalat, tunaikan zakat, dan ber-silaturahimlah.” (HR.Bukhari).
Mendadak Silaturrahmi
Mendadak silaturrahmi merupakan salah satu contoh kurangnya memahami makna dan hakikat silaturrahmi. Jika dilakukkan secara mendadak, kemungkinan besar niatnya pasti bukan karena Allah, melainkan karena tujuan dan kepentingan tertentu yang telah direncanakan.
Contoh silaturrahmi mendadak dapat kita lihat ketika menjelang masa kampanye atau beberapa bulan sebelum kontestasi politik atau pemilu dilaksanakan. Sudah barang tentu hal tersebut banyak dilakukan oleh orang-orang penulis menyebutnya golongan high class yaitu caleg atau capres yang berkeinginan menduduki jabatan tertentu di pemerintahan atau bahkan yang ingin tetap mempertahankan kursi jabatannya.
Silaturahmi kerap dipolitisasi dan menjadikannya alat politik sesat menjelang pemilu dan pileg, barulah kemudian silaturahmi dengan rakyat, biasanya sangat gencar dilakukan.
Metode Silaturahmi dimasa Kampanye
Ketika masa kampanye tiba, biasanya silaturahmi dimulai dengan pembagian selebaran atau poster yang ditempal di tiang listrik dan tiang Telkom, terkadang bersebelah dan bergandengan dengan iklan sedot WC dan lain-lainnya.
Kemudian ada juga yang memasang banner atau spanduk dengan berbagai ukuran berisikan foto, slogan, lengkap dengan visi-misi yang berapi-api di berbagaikan sudut tempat seperti persimpangan jalan, di warung-warung kopi pendesaan, diikat diantara pohon yang berdiri berpas-pas, ada juga diikat di atas jalan dengan penyangga tiang listri bahkan ada yang dipaku dipohon yang ditanam oleh pemilik rumah dan pemerintah. Model seperti ini menurut penulis sangat tidak etis terhadap lingkungan dan mengganggu keindahan mata memandang.
Selanjutnya silaturahmi dilakukan dengan blusukan kepasar-pasar, dengan tujuan mendengar keluhan rakyat ekonomi makro seraya menyatakan janji-jani jika terpilih nanti.
Ada juga bahkah langsung datang ke rumah tokoh masyarat desa tertentu, kemudian menyuruh untuk mempengaruhi warga desa lainnya untuk memilih dirinya.
Seperti yang pernah dialami oleh kakak kandung penulis yang merupakan direktur TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an) salah satu desa di Aceh Besar, pernah dikunjungi oleh timses suatu partai yang mengiming-imingin sebuah genset untuk TPA dengan syarat menginstruksi setiap wali murid untuk memilih mereka ketika pemilu nanti, menurut penulis hal ini adalah pemaksaan, namun dilakukan secara terstruktur dan sistematis, apalagi tujuannya kalau bukan nyari suara.
Hal-hal demikian memang sudah maklum dan masyarakatpun sudah tentu mengetahuinya. Namun, perlu diketahui silaturrahmi model tersebut hanya akan membuat kredibelitas calon wakil rakyat ini terlihat rendah dimata masyarakat yang sudah berulang kali berhadapan dengan hal-hal yang sama setiap empat tahun sekali, sehingga kadang terdengar kata-kata dari masyarakat “jeh, kadeuh lom lagoe” (kok baru kelihatan lagi) setelah lima tahun lalu.
Fenomena yang terjadi, janji-janji yang telah disampaikan saat katanya sedang silaturrahmipun, sedikit sekali ditepati bahkan tidak ditepati sama sekali, setelah mendapat kursi biasanya langsung menghilang tanpa kabar entah kemana, sekali terdengar kabar biasanya sedang ditempat-tempat yang aneh seperti penjara atau terciduk di tempat prostitusi yang tersebar di sosial media, padahal di dalam Islam janji itu diibaratkan huntang yang harus dibayar dan disunnah membayar lebih.
“Dan penuhilah janji, sesungguhnya janji itu pasti dimintai pertanggung jawabannya.” (Q.s Al-Isra : 34).
Wakil Rakyat yang diharapkan Rakyat
Kata wakil dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti orang yang dikuasakan atau yang menggantikan, sementara kata Rakyat berarti penduduk suatu negara.
Jika kedua kata ini digabungkan maka wakil rakyat berarti orang-orang terpilih yang mewakili rakyat di kursi pemerintahan.
Lalu wakil rakyat seperti apa yang sebenarnya diharapkan rakyat? Jawabannya pasti wakil rakyat yang amanah dan tidak lupa dengan janji-janinya.
Senantiasa memegang teguh amanah dan menunaikan janji adalah bukti kebenaran iman seseorang dan salah satu contoh karakter orang-orang beriman yang dijanjikan keberuntungan oleh Allah SWT (Q.S Al-Mukminun: 8).
Sementara kebiasaan ingkar janji merupakan salah satu dari tanda-tanda kemunafikan. Sebagaimana Rasulullah SAW berkata dalam salah satu hadis yang berbicara masalah kemunafikan, “Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga; apabila berkata berdusta, apabila berjanji tidak ditepati atau ingkar, dan apabila dipercaya berkhianat” (HR. Bukhari dan Muslim).
Sebagai sorang Muslim sangat tidak etis jika kita menggunakan silaturahmi hanya untuk tujuan yang terselubung, Silaturahmi harus senantiasa dijaga setiap saat, gunakanlah silaturahmi sebagai media membangun ukhwah dengan sesama tanpa adanya batasan jabatan, kedudukan, ilmu bahkan kekayaan, karena Allah sangat mencintai orang-orang yang saling bersilaturahmi.