Padi Lokal Aceh Hasil Pemuliaan Lebih Unggul dari Varietas Nasional

Editor: IKL
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Padi Galur UA-10 turunan hasil pemuliaan padi Sigupai dengan IRBB27 yang ditanam Bapak Rahmat, seorang petani di Cot Bada, Bireuen, September 2019.

Dengan adanya pelepasan varietas, padi lokal Aceh tersebut dapat dikem­bangkan secara luas baik untuk kebutuhan Aceh, maupun kebutuhan nasional seh­ingga dapat ikut membantu menciptakan ketahan pangan dan kesejahteraan petani.

Petani di Peulimbang Bireuen Mengeluh, Padi Sudah Ditanam, Tapi Pupuk Sulit Diperoleh

“Bahkan ke depan kita sedang me­rintis kerjasama dengan Jepang (Kobe University, dan Hyogo Perfecture) untuk pengembangan padi di Aceh,” pungkas Ketua LLPM Unsyiah Taufik Faudi Abdin. 

Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh, A Hanan memberikan apresiasi atas penelitian itu. Penelitian, katanya, membuk­tikan bahwa aksesi padi Sanbei (Sambay Simeulue) tahan terhadap tanah masam, sedangkan Sigupai agak tahan. 

Harga Kopi Arabika Bergerak Naik  

MRI-ACT Aceh Selatan Gelar Orientasi Relawan

Selain itu, Sanbei memiliki jumlah anakan yang banyak mencapai 13 batang pada umur 60 HST, sementara Ciherang hanya 10 batang. Kemudian, Sigupai memiliki berat gabah bernas yang tinggi (14 gram/rumpun), sementara Ciherang hanya 4 gram/rumpun.

“Sehingga mulai akhir tahun 2012 tersebut telah dimulai sejarah baru padi lokal Aceh. Bahkan Sigupai telah berhasil dikawin silangkan (inbridisasi) dengan galur isogenik IRBB-27 yang berasal dari IRRI Filipina,” ungkapnya. 

Salah satu petani, Rahmat yang su­dah mencoba menanam padi galur turunan dari varietas Sigupai UA 10 mengaku sangat mudah perawatannya jika diband­ingkan dengan padi-padi sebelumnya yang pernah ia tanam. 

“Untuk persemaiannya sendiri saya lakukan seperti persemaian padi pada umumnya tanpa perlakuan khusus, dan untuk pemupukan dipersemaian hanya 1 kali di usia 4 HSS,” katanya.

Sementara umur bibit untuk usia pindah tanam padi UA-10 adalah di usia 17 HST. Sedangkan untuk pemupukan hanya dengan 2 x pemupukan yaitu pemupukan pertama di usia 5 HST dengan takaran pemupukan pertama urea 8 kg, Phonska 11 kg, SP-36 8 kg dan KCl 4 kg, plus pupuk Plant Activator. 

Merebut Beasiswa

Dikaitkan dengan Pembunuhan Hakim Jamaluddin, Eks Kombatan GAM Pidie Jaya Ingatkan Kapolda Sumut

Sedangkan pemupukan ke dua di umur 25 HST dengan takaran 4 kg urea, 10 kg Phoska dan 4 kg pupuk KCl. Sementara perawatan dengan cara penyempotan padi UA-10 dilakukan 3 x penyemprotan sampai panen dengan durasi waktu di umur 15 HST, 30 HST dan saat keluar malai 90%.

“Hasil pengamatan menunjukkan bahwa anakannya padi UA-10 berkisar antara 25- 60 per rumpun, untuk gabah bernasnya rata-rata 180 bulir per malai. Hasil panen jenis padi UA-10 tersebut saya mendapatkan hasil 120 kg dengan luas area tanam 100 m2 (12 ton/ha),” ujar dia.

Pemkab Pacu Normalisasi Sungai  

WH Sebar Selebaran Berisi Seruan Terkait Penyambutan Tahun Baru

Padi jenis ini, lanjutnya, berumur genjah sekitar 105 hari setelah semai (88 hari setelah tanam), dan tinggi batangnya 80-90 cm. Malainya berukuran sedang, tetapi pengisian penuh hingga ke pangkal malainya.

“Dari segi perawatan sangat mudah, bahkan dengan pengalaman sangat minim, tetapi padi ini sangat adaptif dan toleran/tahan terhadap serangan hama dan pen­yakit,” ungkap Rahmat.(*)

Berita Terkini