Mengenai jodoh, dia mengaku belum memikirkan karena sedang fokus pada penulisan skripsi.
“Nanti setelah wisuda S1, mungkin akan saya lirik gadis Aceh, kalau ada yang mau,” katanya sambil berseloroh.
Nasrudin adalah sosok yang taat dan ramah.
Dia bersedia bertukar pengalaman dengan rekan-rekan mahasiswa dari kampus lain, dan dapat mengontaknya ke nomor WA 082262359776.
Baca juga: Bangsamoro Godok RUU Pemakaian Kalender Hijriah dan Masehi, Digunakan Pada Seluruh Surat Resmi
Baca juga: Referendum Bangsamoro Filipina: Siapa yang Keluar? Siapa yang Masuk?
Islam, Daya Pikat Aceh
Harus diakui, daya pikat Aceh di mata warga kawasan Asia Tenggara adalah karena faktor keislamannya.
Islam telah menjadi identitas khas yang melekat pada Bumi Serambi Mekkah.
Sehubungan dengan itu, semua instansi pemerintah di Aceh agar menyusun program terkait keislaman secara terpadu untuk kemudian “dijual” kepada umat Islam yang ada di negara-negera ASEAN.
Program-program dimaksud bisa bidang pendidikan, pariwisata, industri makanan halal, dan lain sebagainya.
Ada baiknya elite Aceh untuk menauhkan mindset bahwa Aceh sebagai wilayah paling ujung barat dalam peta Indonesia sehingga menjadikannya tidak strategis dari aspek geografis.
Sebaliknya, lihatlah Aceh dalam peta kacamata ASEAN, bahkan dalam kaca mata dunia.
Maka, akan didapati letak Aceh sesungguhnya berada pada jalur lalu lalang masyarakat dunia yang tentu saja sangat menguntungkan dari aspek bisnis.
Para indatu (nenek moyang) Aceh telah membuktikannya dengan memanfaatkan potensi perdagangan rempah-rempah pada masa lampau.
Masa kita yang mengaku hidup di zaman milenial ini kalah dari indatu yang hidup serba kekurangan ratusan tahun lalu? Semoga!
Banda Aceh, 14 April 2021
*) PENULIS, Hasan Basri M. Nur, Mahasiswa University Utara Malaysia di Negeri Kedah. Email: hasanbasrimnur@gmail,com