Salam
Memang Sudah Waktunya Reformasi Total
Seruan moral dan akademik ini menggema dari 88 guru besar lintas kampus, termasuk dua tokoh dari Aceh
FORUM Guru Besar Insan Cita menyerukan reformasi total un-tuk mengatasi krisis multidimensi yang melanda Indonesia akhir-akhir ini. Seruan moral dan akademik ini menggema dari 88 guru besar lintas kampus, termasuk dua tokoh dari Aceh, yakni Prof Ahmad Humam Hamid (Universitas Syiah Kuala) dan Prof Syamsul Rijal (UIN Ar-Raniry).
“Forum ini bukan sekadar menyampaikan pernyataan formal, melainkan panggilan hati nurani dari para akademisi HMI untuk menjaga keutuhan NKRI, menegakkan keadilan sosial, dan mem-perkuat demokrasi,” kata Prof Humam, sebagaimana diberitakan Serambi, Selasa (2/9/2025).
Jika kita melihat delapan poin usulan kepada Presiden yang dia-jukan forum guru besar tersebut, kita bisa melihat bahwa penegak-an hukum menjadi sorotan utama.
Selama ini, kita terlalu sering menyaksikan hukum dijadikan alat kekuasaan, bukan pelindung keadilan. Kasus besar menguap, pe-laku korupsi tersenyum di balik vonis ringan, sementara rakyat ke-cil dihukum tanpa ampun. Jika hukum tak lagi dipercaya, maka de-mokrasi hanya tinggal prosedur tanpa jiwa.
Korupsi, penyakit lama yang tak kunjung sembuh, kembali dise-but sebagai ancaman utama. Forum Guru Besar menegaskan bah-wa pemberantasan korupsi harus dilakukan secara sistemik, bu-kan kosmetik. Kita butuh lebih dari sekadar OTT dan konferensi pers. Kita butuh keberanian politik untuk memutus mata rantai ko-rupsi dari hulu ke hilir.
Demokrasi yang sehat bukan hanya soal pemilu lima tahunan. Ia harus hidup dalam partisipasi publik yang aktif, kebebasan berpenda-pat dan perlindungan terhadap oposisi. Ketika kritik dibungkam dan oposisi dianggap musuh negara, maka demokrasi berubah menjadi monarki elektoral. Forum Guru Besar mengingatkan, demokrasi bukan sekadar kotak suara, tapi suara rakyat yang didengar setiap hari.
Seruan ini juga menyinggung pentingnya etika dalam politik. Di era di mana politik sering kali menjadi ajang transaksional dan pencitraan, para guru besar mengajak kita kembali pada nilai-nilai dasar: integritas, tanggung jawab, dan keberpihakan pada kepen-tingan publik. Tanpa etika, politik hanya akan menjadi panggung sandiwara. Kita patut bertanya, mengapa suara seperti ini justru datang dari kampus, bukan dari gedung parlemen atau istana? Ja-wabannya sederhana, karena kampus masih menyimpan idealisme yang tak terkontaminasi oleh kepentingan pragmatis. Forum Guru Besar adalah pengingat bahwa intelektual publik punya peran pen-ting dalam menjaga arah bangsa.
Namun, seruan ini tak akan berarti jika hanya menjadi kutipan media. Ia harus menjadi bahan refleksi bagi semua elemen bang-sa, pemerintah, partai politik, aparat penegak hukum, dan masya-rakat sipil. Reformasi total bukan tugas satu kelompok, tapi tang-gung jawab kolektif. Pemerintah harus berhenti bersikap defensif terhadap kritik. Media juga punya peran penting. Jangan biarkan suara Forum Guru Besar tenggelam di antara berita selebritas dan drama politik. Masyarakat sipil pun harus mulai menuntut lebih dari sekadar janji kampanye. Kita harus berani meminta transpa-ransi, akuntabilitas, dan keberpihakan pada rakyat.
Seruan Forum Guru Besar adalah undangan untuk menjadi war-ga negara yang aktif, bukan penonton pasif. Akhirnya, kita harus bertanya: apakah kita siap menjawab seruan ini? Reformasi total bukan slogan, tapi jalan panjang yang penuh risiko. Tapi jika kita terus menunda, maka demokrasi akan terus merosot, dan bangsa ini akan kehilangan arah. Sekarang sudah waktunya melakukan re-formasi total!
POJOK
5.44 juta warga RI melancong ke luar negeri
Mungkin termasuk salah satunya Ahmad Sahroni, hehehe..
Jam tangan Richard Mille milik Ahmad Sahroni dikembalikan
Kisah jam yang ternyata lebih beruntung dari rak-yat jelata
Anggota DPR Nonaktif tetap dapat gaji
Ya, begitulah istimewanya dewan, nonaktif pun te-tap dibayar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.