Salam
Cegah Ispa Sejak Dini
Data Dinkes Banda Aceh, ada 2.702 kasus ISPA di seluruh puskesmas atau meningkat 68,8 persen dibanding bulan sebelumnya 1.860 kasus
HARIAN Serambi Indonesia edisi Senin (17/11/2025) memberitakan, kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) di Banda Aceh mengalami lonjakan signifikan pada Oktober 2025. Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Banda Aceh, ada 2.702 kasus ISPA di seluruh puskesmas atau meningkat 68,8 persen dibanding bulan sebelumnya yang berjumlah 1.860 kasus. Berdasarkan data kunjungan pasien di puskesmas pada 2-13 November 2025 menunjukkan, 1.422 orang dari 8.030 pasien yang datang ke poli rawat jalan, didiagnosis ISPA. Ini berarti hampir 18 persen dari total pasien mengalami ISPA.
Selain ISPA, kasus influenza like illness (ILI) atau gejala mirip influenza yang terkonfirmasi influenza A juga menunjukkan tren peningkatan sejak Juli 2025. Total kasus Influenza A sejak Januari hingga November 2025 mencapai 22 kasus dari 62 spesimen yang diperiksa.
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Banda Aceh, drg Supriyadi MKes, mengatakan, jika masyarakat tidak menerapkan protokol kesehatan dengan baik, ada kemungkinan penyebaran dugaan influenza A ini masih terus berlanjut. “Imbauan untuk masyarakat tetap tenang, tapi waspada dengan menerapkan protokol kesehatan, perilaku hidup bersih dan sehat,” pesan Supriyadi saat dihubungi Minggu (16/11/2025).
Masyarakat disarankan untuk mencuci tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabun antiseptik (CTPS) atau hand sanitizer, memakai masker ketika sakit atau saat di kerumunan, serta menerapkan etika batuk dan bersin. Ia juga mengimbau segera ke fasilitas kesehatan apabila mengalami gejala ILI seperti demam, batuk, pilek, nyeri tenggorokan, dan nyeri otot.
Peningkatan kasus ISPA di Banda Aceh tentu saja harus menjadi perhatian serius warga kota khususnya dan Aceh pada umumnya. Sebab, penyakit ini sangat rawan muncul di mana saja setiap musim pancaroba--masa peralihan dari musim kemarau ke musim hujan atau sebaliknya--seperti sekarang. Karenanya, diperlukan pencegahan sejak dini agar kita, terutama anak-anak dan kelompok rentan lainnya, terhindar dari jangkitan penyakit yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau jamur ini. Agar pencegahan ISPA berjalan maksimal, tentu hal ini juga harus menjadi fokus bersama mulai dari pemerintah, fasilitas kesehatan, sekolah, hingga masyarakat sendiri.
Meski sering dipandang sebelah mata, tapi banyak dampak ISPA yang perlu diwaspadai. Di antaranya, terjadi gangguan pernapasan, menurunnya aktivitas dan konsentrasi, mengalami gangguan tidur, dan nafsu makan juga menurun, Bahkan, jika tak ditangani dengan baik, ISPA dapat berkembang menjadi komplikasi serius seperti pneumonia, bronchitis, asma kambuh atau memburuk, infeksi telinga, dan bisa menyebabkan kegagalan napas.
Sebagai bentuk kewaspadaan agar kita terhindar dari jangkitan ISPA, banyak hal yang harus dilakukan. Pertama-tama, kita harus menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat--seperti mencuci tangan pakai sabun, menjaga kebersihan rumah, serta membiasakan etika batuk dan bersin dengan benar. Selain itu, perlu menjaga kualitas udara, seperti dengan menghindari asap rokok, tidak membakar sampah, dan memastikan ventilasi ruangan tetap baik. Usaha lain yang mesti dilakukan adalah memperkuat daya tahan tubuh melalui pola makan bergizi, istirahat yang cukup, dan melakukan aktivitas fisik yang teratur.
Dengan menerapkan langkah-langkah tersebut secara konsisten, harapannya penyebaran ISPA di tengah masyarakat kita dapat menurun atau berkurang secara signifikan dan bahkan bisa menghilang secara berangsur-angsur. Dengan kata lain, pencegahan ISPA bukan hanya menjadi tanggung jawab sektor kesehatan, melainkan tugas kolektif semua elemen masyarakat. Dengan kesadaran, kepedulian, dan tindakan nyata sejak dini, berarti kita sudah ikut melindungi masyarakat dari ancaman penyakit ini. Semoga! (*)
POJOK
Semen Laweung tak kunjung ‘keras’
Berarti ada yang ‘keras kepala’ hingga pabriknya tak jadi dibangun ya?
Kasus ISPA meningkat tajam
Tapi tak setajam silet kan?
Kejati Aceh sudah tangkap 11 DPO
Buronan yang masih ‘gentayangan’ masih banyak juga kan?
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/aceh/foto/bank/originals/drg-Supriyadi-MKes-Dinkes-BNA.jpg)