Salam
Usulan Martini Mewakili Keresahan Anak Muda
Usulan anggota DPRA Martini agar Pemerintah Aceh mempertimbangkan subsidi mahar bagi anak muda patut dicermati dengan kepala dingin.
Usulan anggota DPRA Martini agar Pemerintah Aceh mempertimbangkan subsidi mahar bagi anak muda patut dicermati dengan kepala dingin. Di tengah terus meroketnya harga emas, gagasan ini bukan sekadar keluhan politis, melainkan cerminan persoalan sosial yang semakin nyata.
Saat ini, harga emas yang telah menembus lebih dari tujuh juta rupiah per mayam, bahkan mendekati delapan juta, menjadi beban berat bagi calon pengantin laki-laki, terutama mereka dari keluarga menengah ke bawah.
Tradisi mahar emas yang kuat dalam budaya Aceh, pada situasi normal tentu dapat dijalankan dengan penuh makna. Namun ketika harga emas melambung tanpa kendali, tradisi yang mulia ini justru berubah menjadi hambatan yang membuat banyak pasangan muda menunda pernikahan.
Penundaan ini tidak hanya berdampak pada kehidupan pribadi mereka, tetapi juga menimbulkan implikasi sosial yang lebih luas—mulai dari meningkatnya beban ekonomi individu, kecemasan sosial, hingga terhambatnya regenerasi keluarga muda di Aceh.
Karena itu, wajar jika suara seperti yang disampaikan Martini muncul dari wakil rakyat yang melihat langsung keresahan masyarakat. Saran tersebut bukan berarti mendorong pemerintah menanggung seluruh biaya, melainkan mengajak negara hadir mencari solusi menghadapi persoalan yang sedang melilit anak muda.
Pernyataan Sekda Aceh bahwa harga emas merupakan persoalan global benar adanya. Namun justru karena faktor ini berada di luar kendali pemerintah daerah, maka kebijakan alternatif di tingkat lokal menjadi semakin penting.
Pada akhirnya, Aceh membutuhkan pendekatan yang lebih realistis dan manusiawi. Tradisi boleh dijaga, namun bukan berarti harus membebani generasi muda hingga mereka harus menunda langkah penting dalam hidupnya.
Sebelumnya diberitakan, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA), Martini, meminta Pemerintah Aceh menyiapkan program subsidi mahar bagi anak muda yang ingin menikah.
Usulan tersebut ia sampaikan dalam Rapat Paripurna DPRA dengan agenda Penyampaian Nota Keuangan dan Rancangan Qanun Aceh tentang APBA 2026 di Ruang Serba Guna DPRA, Selasa (18/11/2025).
Politikus Partai NasDem ini menyoroti tingginya harga emas yang dinilai menjadi salah satu tantangan utama bagi anak muda Aceh untuk melangsungkan pernikahan. Ia menyebut, saat ini harga emas mencapai lebih dari R 7 juta per mayam dan mendekati Rp8 juta, sehingga menyulitkan banyak calon pengantin.
Menurut Martini, banyak pemuda di Aceh menunda pernikahan karena tidak mampu memenuhi mahar yang semakin mahal. Ia berharap pemerintah hadir dengan kebijakan yang bisa meringankan beban tersebut. “Ini karena saya mewakili masyarakat, saya representasi dari masyarakat, saya harus menyampaikan walaupun semua kebijakannya ada di pemerintah Aceh,” pungkasnya.
Untuk itu, sekali lagi, kita melihat bahwa gagasan Martini layak dibahas lebih lanju. Ini bukan untuk mempertahankan budaya mahar yang tinggi, tetapi untuk memastikan bahwa anak muda Aceh dapat menikah dengan terhormat tanpa harus terbebani harga emas yang kian tak terjangkau. Semoga!
POJOK
Elpiji 3 kg dilaporkan langka di Aceh Tengah
Hehehe, memangnya harimau sumatra bisa langka begitu?
Bale Redelong jadi kampung antikorupsi KPK RI
Maunya juga ada kampung antimiskin ya?
ALSA USK dorong layanan kesehatan inklusif individu neurodiverse
Kayaknya peserta acara ini dari Eropa, tahu?
