Tips Parenting Anak

6 Waktu Terburuk Menasihati Anak Perempuan Menurut dr Aisah Dahlan, Kapan Sebaiknya?

Dalam penjelasannya, dr Aisah Dahlan memaparkan 6 waktu yang sebaiknya dihindari ketika menasihati anak perempuan.

|
Penulis: Firdha Ustin | Editor: Nurul Hayati
ig @draisahdahlan
dr Aisah Dahlan memaparkan 6 waktu yang sebaiknya dihindari ketika menasihati anak perempuan, sekaligus memberikan panduan kapan momen terbaik untuk memberikan arahan agar lebih mudah diterima. 

dr Aisah menyebutkan bahwa ibu yang sedang berada pada fase hormon rendah pun bisa menjadi mudah terpancing. Menasihati anak di kondisi ini berpotensi memicu pertengkaran dua arah.

“Ibu sendiri kalau lagi di fase rendah, dinasihati suami saja marah,” ujarnya, menggambarkan bahwa kondisi hormon memang sangat berpengaruh.

6. Ketika Orangtua Tidak Memahami Siklus Menstruasi Anak

Menurut dr Aisah, banyak ibu menasihati anak perempuan secara terus-menerus karena takut anak salah pergaulan setelah menstruasi. Padahal, jika diberikan pada fase yang tidak tepat, nasihat tersebut justru tidak diterima.

“Masalahnya bukan di masa subur, tapi di masa hormonnya rendah,” katanya.

Baca juga: 5 Dampak Buruk Sering Marahi & Bentak Anak, dr Aisah Dahlan: Saraf Otak Rusak hingga Gangguan Mental

Kapan Waktu Terbaik Menasihati Anak Perempuan?

dr Aisah menegaskan bahwa waktu paling tepat untuk memberi arahan adalah hari ke-10 setelah hari pertama menstruasi, yaitu saat memasuki masa subur.

Pada fase ini:

  • motivasi anak meningkat,
  • semangatnya tinggi,
  • daya berpikir lebih maksimal,
  • lebih terbuka untuk diajak ngobrol.

Bahkan dalam penelitian yang ia ceritakan, beberapa sekolah di Amerika menawarkan penundaan ujian matematika bagi siswi yang sedang berada di fase awal menstruasi karena daya analisisnya tidak maksimal.

Kurangi Konflik dengan Memahami Siklus

Dengan memahami pola naik-turun hormon ini, orangtua bisa mengurangi konflik dengan anak perempuan, terutama mereka yang sedang duduk di bangku SMP yang dikenal sebagai masa paling rawan emosi.

“Orangtua saja pusing dengan satu anak SMP di rumah, apalagi guru yang menghadapi satu kelas,” ucap dr Aisah.

Ia berharap setiap orangtua mulai menghitung siklus mens anak dan mencari waktu terbaik untuk berkomunikasi, sehingga hubungan ibu–anak perempuan bisa lebih tenang, dekat dan minim pertengkaran.

(Serambinews.com/Firdha)

Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved