Tips Parenting Anak

Pernah Bentak Anak? dr Aisah Dahlan Ungkap 3 Langkah Healing yang Wajib Dilakukan Orang Tua

Psikolog dan konselor keluarga, dr Aisah Dahlan, mengingatkan bahwa hati anak tetap bisa dipulihkan meski sudah terlanjur dibentak atau dimarahi. 

Penulis: Firdha Ustin | Editor: Muhammad Hadi
Kolase YouTube Nikit Willy Official dan Meta AI
dr Aisah Dahlan mengungkap cara menyembuhkan luka pada anak jika pernah dibentak oleh orangtuanya. 

SERAMBINEWS.COM - Sebagai orang tua mungkin anda pernah membentak atau memarahi anak, entah itu karena kesal atau terbawa emosi anda.

Bahkan tidak sedikit orang tua yang merasa memarahi dan membentak anak adalah bagian “normal” dalam mendidik.

Namun menurut pakar neurosains sekaligus konsultan keluarga, dr Aisah Dahlan, kebiasaan marah-marah, membentak, mencubit, atau memukul anak bukan hanya melukai hati, melainkan juga merusak otaknya secara nyata.

Dalam penjelasannya, dr Aisah Dahlan menegaskan bahwa marah kepada anak adalah tindakan yang berdampak langsung pada struktur saraf dan kesehatan mental mereka.

Jika anda termasuk orang tua yang pernah membentak anak, segeralah melakukan proses healing agar bentakan tersebut suatu saat tidak menjadi bom waktu pada anak.

Psikolog dan konselor keluarga, dr Aisah Dahlan, mengingatkan bahwa hati anak tetap bisa dipulihkan meski sudah terlanjur dibentak atau dimarahi. 

Baca juga: Bukan Sok Tahu, dr Aisah Dahlan : Ini 4 Alasan Ilmiah Kenapa Laki-Laki Suka Terlihat ‘Paling Bisa’

Namun, ada satu syarat utama sebelum orang tua mulai melakukan proses healing.

“Bagaimana kita mau healing anak kalau bapak ibunya masih marah terus? Berhenti dulu marahnya,” tegas dr Aisah dikutip Serambinews.com dari YouTube Pecinta dr Aisah Dahlan, Selasa (18/11/2025).

Setelah emosi mereda, barulah orang tua bisa melakukan serangkaian langkah untuk menyembuhkan luka emosional anak.

Berikut penjelasannya:

1. Minta Maaf Secara Spesifik

Menurut dr Aisah, permintaan maaf tidak boleh dilakukan secara umum atau sekadar basa-basi. Orang tua harus memanggil anak dan menyebutkan peristiwa spesifik yang terjadi.

Baca juga: Dear Ayah, 7 Teknik Komunikasi agar Anak Perempuan Mau Cerita dan Membuka Hati, Kata dr Aisah Dahlan

Contohnya:

“Minggu lalu Bunda teriak karena kamu loncat-loncat di tempat tidur.”

Penyebutan peristiwa tertentu membantu anak “meng-Googling” memorinya, sehingga ia memahami konteks dan tahu kesalahan mana yang sedang diperbaiki orang tua.

2. Perhatikan Respons Anak

Respons anak akan menunjukkan seberapa dalam memori luka tersebut.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved