Berita Aceh Singkil
Menelusuri Jejak Kerajaan Kuta Baharu di Lentong Aceh Singkil, Ini Kisahnya
Ekspedisi Sungai Singkil-Soraya menelusuri jejak Kerajaan Kuta Baharu abad ke-16–18 di Lentong, Aceh Singkil.
Penulis: Dede Rosadi | Editor: Saifullah
Ringkasan Berita:
- Ekspedisi Sungai Singkil-Soraya menelusuri jejak Kerajaan Kuta Baharu abad ke-16–18 di Lentong, Aceh Singkil.
- Ditemukan benda pusaka seperti pedang, stempel kerajaan, koin, serta kuburan tua dengan nisan bercorak tauhid.
- Kerajaan ini dikenal sebagai benteng pertahanan penghasil rempah, dan kini diusulkan jadi cagar budaya Aceh Singkil.
Laporan Wartawan Serambi Indonesia Dede Rosadi I Aceh Singkil
SERAMBINEWS.COM, SINGKIL - Sore itu, para lelaki berbaju hitam berdiri membentuk lingkaran.
Lalu bergerak serempak mengikuti tabuh gendang yang mengiringi lantunan bait syair.
Para lelaki itu menari dampeng, kesenian tradisional warisan raja-raja Singkil.
Tari dampeng disuguhkan untuk menyambut Tim Ekspedisi Sungai Singkil-Soraya yang singgah di Kampong Lentong, Kecamatan Kota Baharu.
Di pinggir Sungai Lae Soraya itu, terdapat benda-benda pusaka peninggalan raja Kuta Baharu.
Jejak kejayaan kerajaan di daerah aliran sungai tersebut mewariskan budaya adiluhung yang tak boleh terlewatkan.
Baca juga: Makam Syekh Hamzah Fansuri di Kota Subulussalam Titik Akhir Ekspedisi Sungai Singkil-Soraya
Kerajaan Kuta Baharu, berdiri kira-kira abad ke-16 sampai 18 Masehi.
Wilayahnya kini masuk dalam Kampong Lentong, Kecamatan Kota Baharu, Kabupaten Aceh Singkil.
Senja berganti malam, dalam guyuran hujan, benda-benda peninggalan raja Kuta Baharu ditujukan oleh dua wanita paruh baya.
Meraka adalah Nurbaini alias Janariah dan Jamilah penduduk Lentong.
Kedua perempuan itu menyimpan benda-benda peninggalan raja Kuta Baharu.
Benda peninggalan raja Kuta Baharu tersebut antara lain sepasang pedang, stempel atau cap kerajaan bertuliskan arab, koin mata uang, kotak dan guci berbahan perunggu, sabuk, serta aksesoris raja.
Baca juga: Keturunan Raja Longkib Kota Subulussalam Sambut Tim Ekspedisi Sungai Singkil-Soraya
Kedua pedang memiliki ukuran berbeda.
Satu pedang berukuran panjang kira-kira 1 meter menggunakan sarung warna merah.
Sedangkan satu pedang pendek sekitar 50 centimeter dengan sarung berwana coklat.
Semua benda peninggalan raja Kuta Baharu itu, masih terlihat cukup terawat. Termasuk tulisan arab dalam stempel masih terlihat jelas.
Janariah dan Jamilah tidak mengetahui persis pendiri kerajaan Kuta Bahru.
Perempuan yang mengaku sebagai cucu dari raja Kuta Baharu itu, hanya mengenal satu nama nenek moyang mereka bernama Asal Mogek.
Baca juga: Seru! Tim Ekspedisi Sungai Singkil Eksplor Keindahan Pulau Eks Sengketa Aceh-Sumut
"Benda ini dari nenek kami," kata Jamilah dibenarkan oleh Janariah.
Nenek yang kedua perempuan ini maksud merupakan kakek buyut dari jalur ayah.
Malam berganti pagi, Serambinews.com (Serambi Indonesia) yang ikut dalam rombongan Ekspedisi Sungai Singkil-Soraya, melanjutkan penelusuran jejak kerajaan Kuta Baharu.
Sasarannya adalah kuburan tua di seberang sungai permukiman penduduk Lentong. Dengan naik perahu kayu yang oleh masyarakat lokal disebut robin, kuburan tua berhasil ditemukan.
Kuburan tua itu berjarak sekitar 100 meter dari pinggir Sungai Lae Soraya.
Di lokasi ditemukan nisan yang diperkirakan berasal dari abad ke-17 sampai 18 Masehi.
Baca juga: Ekspedisi Sungai Singkil, Menelusuri Sisa Peradaban Masa Lampau
Hal itu berdasarkan corak nisan kalimat tauhid yang lazim digunakan abad 17 dan 18 Masehi.
Satu kuburan yang terletak sedikit ke arah hulu sungai di kompleks pemakaman nisannya terlihat menonjol.
Lantaran ukurannya paling besar di banding dengan nisan lainnya.
Nisan paling menonjol itu, diperkirakan merupakan kuburan raja Kuta Baharu.
"Sebagain besar nisannya abad 17 ke 18. Corak dari nisan abad 18, 17 itu biasanya bercorak lafaz tauhid," kata Dr Muhajir Al-Fairusy, akademisi yang ikut dalam Tim Ekspedisi Sungai Singkil-Soraya.
Pada masa lalu, daerah itu merupakan penghasil rempah.
Sama dengan kerajaan lain di daerah aliran Sungai Singkil-Soraya.
Rempah-rempah itu selanjutnya dibawa ke Pelabuhan Singkil Lama.
Baca juga: Ekspedisi Sungai Singkil, Menelusuri Peradaban Tempo Dulu dari Titik Pulau Sengketa
Untuk melindungi rempah, dibuat benteng pertahanan.
Kawasan di sekitar kuburan itulah diperkirakan lokasi benteng pertahanan.
"Semalam kita menemukan cap seorang penguasa yang berbunyi cap ini dari Imam Syafii dialihkan pada Abdurrahman di Kuta Baharu," ujar Dr Muhajir merujuk pada stempel atau cap kerajaan Kuta Baharu.
Kuta Baharu, sebut Dr Muhajir, maknanya benteng baharu.
"Benteng pertahanan produksi rempah-rempah yang ada di sini," jelasnya.
Sementara dalam bahasa Singkil, kuta memiliki arti kampung atau desa.
Sebelumnya, Wanhar, pemerhati budaya di Aceh Singkil, mendorong agar para peneliti, Balai Pelestarian Kebudayan, dan dinas terkait, segera membentuk tim untuk melakukan kajian akademik.
Sehingga kawasan kuburan di Lentong segera didaftarkan menjadi objek cagar budaya di Aceh Singkil.
Hal senada disampaikan Keuchik Kampong Lentong, Hendri, SE.
"Harapan kami segera bisa dijadikan cagar budaya di Aceh Singkil," kata Hendri.
Kasubag Umum Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah I Aceh, Cut Zahrina yang memimpin Ekspedisi Sungai Singkil-Soraya mengatakan, pihaknya pada tahap awal telah melakukan meuseuraya atau gotong royong membersihkan areal pemakaman.
"Meuseuraya itu kegiatan abdi kami kepada cagar budaya di Aceh atau baru kita temukan berdasarkan laporan dari masyarakat," ujarnya.
Cut Zahrina berharap, ke depan terus terjalin komunikasi antara pihaknya dengan masyarakat sebagai pemilik kebudayaan itu sendiri.
Matahari di atas langit Kerajaan Kuta Bahru, mulai meninggi.
Penelusuran jejak Kerajaan Kuta Baharu telah memberikan hasanah baru dalam memperkaya pengetahuan peradaban sungai di Aceh Singkil, masa lalu.(*)
Ekspedisi Sungai Singkil
Kerajaan Kuta Baharu
jejak Kerajaan Kuta Baharu
Kampung Lentong
Aceh Singkil
Serambinews.com
Serambi Indonesia
| Eks Pj Keuchik Siompin Ditahan Kejari Aceh Singkil, Diduga Korupsi Dana Desa Rp743 Juta Lebih |
|
|---|
| Jaksa Tahan Eks Pj Keuchik Siompin Aceh Singkil, Diduga ‘Tilep’ Uang Negara Rp 743 Juta Lebih |
|
|---|
| Sejarah Canang Kayu, Alat Musik Tradisional Aceh Singkil Diyakini Penyembuh Sakit |
|
|---|
| Melihat Atraksi Gegunungan, Kendaraan Para Raja Singkil Tempo Dulu |
|
|---|
| Seru! Tim Ekspedisi Sungai Singkil Eksplor Keindahan Pulau Eks Sengketa Aceh-Sumut |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/aceh/foto/bank/originals/peninggalan-Kerajaan-Kuta-Baharu.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.