Pemuda Aceh Tewas Dikeroyok di Sibolga

Sosok Zulham, Penjual Sate Fitnah Arjuna Curi Kotak Amal, Korban Tewas Ditendang hingga Diseret

Polisi mengungkap sosok tersangka utama dalam peristiwa berdarah itu, yakni Zulham Piliang (57) atau yang akrab disapa Ajo.

|
Editor: Faisal Zamzami
Istimewa
TERSANGKA PENGANIAYAAN - (Kiri) Tampang Zulham Piliang alias Ajo (57) tersangka pembunuhan Arjuna di Masjid Agung Sibolga saat ditangkap polisi 
Ringkasan Berita:
  • Polisi mengungkap sosok tersangka utama dalam peristiwa berdarah itu, yakni Zulham Piliang (57) atau yang akrab disapa Ajo.
  • Zulham menjadi perhatian publik setelah aksi brutalnya terekam kamera CCTV dan videonya viral di berbagai platform media sosial.
  • Dalam rekaman berdurasi beberapa menit itu, terlihat jelas bagaimana korban dikeroyok hingga tak berdaya di area masjid.

 

SERAMBINEWS.COM - Polres Sibolga berhasil mengungkap kasus penganiayaan yang menewaskan seorang pemuda bernama Arjuna Tamaraya (21) di halaman Masjid Agung Sibolga, Sumatera Utara, pada Jumat (31/11/2025).

Lima pelaku telah ditangkap dan ditetapkan sebagai tersangka.

Mereka adalah Chandra Lubis (38), Rismansyah Efendi Caniago (30), Zulham Piliang (57), Hasan Basri (46), dan Syazwan Situmorang (40).

Kelima pelaku ditangkap di lokasi berbeda setelah wajah mereka beredar luas di media sosial. 

Polisi mengungkap sosok tersangka utama dalam peristiwa berdarah itu, yakni Zulham Piliang (57) atau yang akrab disapa Ajo.

Zulham menjadi perhatian publik setelah aksi brutalnya terekam kamera CCTV dan videonya viral di berbagai platform media sosial.

Dalam rekaman berdurasi beberapa menit itu, terlihat jelas bagaimana korban dikeroyok hingga tak berdaya di area masjid.

Zulham merupakan sosok provokator yang mengajak empat tersangka lainnya untuk menghajar Arjuna Tamaraya (21) yang tengah beristirahat di masjid hingga tewas.

Provokator adalah seseorang yang memancing emosi, memicu keributan, atau menghasut orang lain agar melakukan tindakan tertentu biasanya tindakan negatif seperti kerusuhan, pertikaian, atau pelanggaran hukum.

 

Baca juga: Tampang Zulham, Tukang Sate Provokator Penganiayaan Arjuna di Masjid Agung Sibolga, Mantan Napi

Pelaku Jual Sate Tiap Hari

Ketua Badan Kesejahteraan Masjid (BKM) Masjid Agung Sibolga, Ibnu Tasnim Tampubolon mengatakan, Zulham bukanlah takmir masjid.

Dalam sehari-hari, Zulham bekerja sebagai penjual sate di dekat Masjid Agung Sibolga.

Ibnu juga bersaksi, tidak pernah melihat satu kali pun tersangka ikut salat.

"Pelaku bukan pengurus masjid, dan kami tidak pernah melihat mereka ikut salat di sini," katanya, dikutip dari Tribun Medan, Kamis (6/11/2025), via Tribunnews.

Zulham Piliang juga dikenal warga suka berbuat masalah.

Ia bahkan sudah sering keluar masuk penjara karena melakukan tindakan kriminal.

"Kami tahu ZPA (Zulham Piliang) ini memang sering buat onar," tegas Ibnu.


Jadi Provokator Penganiayaan Arjuna

Sementara dalam kasus pembunuhan Arjuna, Zulham Piliang berperan sebagai provokator.

Ia yang pertama kali menuduh korban mencuri kotak amal.

Zulham juga sosok yang mengajak tersangka lain untuk menganiaya korban.

"Kami tahu ZPA ini memang sering buat onar. Dialah yang memprovokasi warga dengan alasan korban mengambil uang di kotak infak," ungkap Ibnu.

Detik-detik pengeroyokan Arjuna pada Jumat (31/10/2025) sekira pukul 03.30 WIB terekam kamera Closed-Circuit Television (CCTV) hingga viral di media sosial.

Dalam kasus ini, ada 4 tersangka lain, yakni Hasan Basri alias Kompil (46) dan Syazwan Situmorang (40), Rismansyah Efendi Caniago (30), dan Chandra Lubis (38).

Mereka dijerat pasal 338 subsider Pasal 170 ayat (3) KUHP tentang pembunuhan atau kekerasan bersama yang mengakibatkan kematian.

Sementara tersangka Syazwan Situmorang dijerat dengan Pasal 365 ayat 3 subsider Pasal 338 subsider Pasal 170 ayat 3 KUHP tentang pembunuhan atau kekerasan bersama yang mengakibatkan kematian dengan ancaman hukuman maksimal 15 tahun penjara.

Baca juga: Arjuna Dianiaya di Masjid hingga Tewas, Korban Cuma Kantongi Rp 10 ribu, Itupun Diembat Pelaku

Peran Para Tersangka

Kasat Reskrim Polres Sibolga, AKP Rustam E. Silaban menjelaskan, masing-masing tersangka memiliki peran berbeda dalam aksi keji tersebut.

Rustam menguraikan, tersangka Zulham orang yang pertama kali melarang korban tidur di dalam Masjid Agung Sibolga.

Insiden terjadi pada Jumat (31/10/2025) sekira pukul 03.30 WIB.

Korban Arjuna awalnya berniat beristirahat di dalam masjid. 

Namun, Zulham Piliang melarang korban untuk tidur di area tersebut.

"Beberapa saat kemudian, ZPA melihat korban tetap beristirahat di dalam masjid tanpa izinnya. Merasa tersinggung, ZPA kemudian memanggil empat orang lainnya," katanya AKP Rustam, dikutip dari Instagram @polressibolga_official.

Para tersangka kemudian memukuli korban di dalam masjid.


Korban juga diseret keluar dalam keadaan tak berdaya hingga kepala korban terbentur di anak tangga masjid. 

Tidak berhenti di situ, korban juga diinjak dan dilempar menggunakan buah kelapa oleh salah satu tersangka.

Akibatnya Arjuna mengalami luka parah di bagian kepala.

"Masing-masing tersangka memiliki peran berbeda dalam aksi keji tersebut," tegas AKP Rustam.

Hingga akhirnya, kejadian ini diketahui oleh seorang marbot masjid Alwis Janasfin Pasaribu (23).

Ia curiga setelah melihat kerumunan warga di area parkir melalui Closed-Circuit Television (CCTV).

Singkat cerita, korban kemudian dibawa ke RSUD Dr. F.L. Tobing Sibolga untuk mendapatkan pertolongan medis. 

Takdir berkata lain, pada Sabtu (1/11/2025) pukul 05.55 WIB, korban dinyatakan meninggal dunia akibat luka berat di kepala.

 

Sosok Arjuna

Arjuna Tamaraya (21) meregang nyawa seusai menjadi korban pengeroyokan oleh sekelompok orang di Masjid Agung Sibolga, Sumatera Utara, pada Jumat (31/10/2025).

Kelima pelaku memang sudah ditangkap oleh polisi. Namun, proses hukum yang adil masih menanti. 

Arjuna merupakan warga Desa Bunga, Kecamatan Salang, Kabupaten Simeulue.

Ia dikenal sebagai sosok yang baik dan santun di kalangan teman dan keluarga.

Arjuna juga merupakan abang bagi dua adiknya yang kini sedang berkuliah di Banda Aceh.

Arjuna adalah anak kedua dari empat bersaudara.

Ia memiliki tiga saudari, dua di antaranya sedang menempuh pendidikan di Banda Aceh, sementara yang paling bungsu masih duduk di bangku SMP di Simeulue.

Pasca meninggalnya sang ayah pada pertengahan tahun 2025, Arjuna mengambil peran sebagai kepala keluarga.

Ia dikenal sebagai abang yang tangguh dan jahil di mata adik-adiknya, termasuk Cahaya Amonta, adik korban yang kini kuliah di Jurusan Teknik Komputer, Universitas Syiah Kuala (USK).

Cahaya tak kuasa menahan kesedihan saat mengetahui bahwa abang kandungnya meninggal dunia akibat dikeroyok di Masjid Agung Sibolga.

Arjuna) menempuh pendidikan SD di Sibolga, lalu SMP pindah ke Simeulue.

Ayah berasal dari Kecamatan Salang, dan mama dari Kecamatan Simeulue Tengah.

Ayah meninggal pada April 2025.

Mama masih ada, tinggal di Desa Putra Jaya, Kecamatan Simeulue Tengah, bersama adik.

Arjuna tamat SMK tahun 2021 dan tidak kuliah.

Ia bekerja di Sibolga untuk mencari nafkah, ikut orang melaut.

Kadang ikut boat nelayan, kadang kapal viser untuk menangkap ikan.

Mereka bisa berada di laut selama tiga bulan, kadang satu minggu atau dua belas hari.

Cahaya sang adik terakhir bertemu Arjuna saat ayah baru saja meninggal.

Setelah itu, abang berangkat ke Meulaboh, Aceh Barat, ke tempat bunda.

Lalu mereka berangkat ke Banda Aceh. Sekitar bulan April atau Mei itu terakhir kami bertemu.

Pada Rabu (29/10/2025), abang pamit ke saya lewat telepon. Saya saat itu sedang di perpustakaan. Ia bilang, “Dek, abang berangkat ya selama tiga bulan ikut kapal viser.” Saya jawab, “Hati-hati ya bang, baik-baik di sana.” Ia juga bilang agar saya menjaga diri di Banda Aceh.

Saya tanya kapan pulang, katanya mungkin sebelum puasa, sekitar bulan Januari. Itu terakhir kami teleponan.

Sebenarnya abang bilang hari Rabu itu berangkat ke laut. Tapi tidak tahu kenapa bisa ada di Masjid Agung. 

Kami tidak tahu kalau abang tidur di masjid. Ia biasanya ngekos di Sibolga, bayar per bulan.

Karena rencana mau melaut, ia tidak bayar kos dan memilih istirahat di masjid, tepatnya di kawasan Gudang Tobu.

 

Baca juga: Dosen dan Mahasiswa USK Terapkan Teknologi Pengusir Hama Monyet di Abdya

Baca juga: Semarak Launching Buku Penggiat Literasi Aceh Besar, Plt Kadisdikbud Ajak Sekolah Lakukan Ini

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved