Pojok Humam Hamid

MSAKA21: Peureulak dan Samudera Pasai, Poros Mula Islam Nusantara - Bagian XIII

Dalam lintasan sejarah kedatangan Islam ke sebagian wilayah Asia Tenggara, Peureulak dan Samudera Pasai menonjol sebagai dua poros utama

Editor: Zaenal
SERAMBINEWS.COM/HANDOVER
Prof. Dr. Ahmad Humam Hamid, MA, Sosiolog dan Guru Besar Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. 

Setiap tahun, antara bulan November sampai Maret, Angin berhembus barat dari  Asia ke Australia yang membawa saudagar Arab, India, da kawasan utara bumi lainnya berlayar ke Nusantara.

Sebaliknya antara bulan April sampai dengan Oktober, bertiup pula angin timur yang berhembus dari Australia ke Asia yang membawa mereka pulang kembali ke kampung halamannya.

Angin itu pula yang membawa pedagang Cina pulang pergi ke berbagai wilayah Nusantara.

Tokoh seperti Syekh Abdullah Arif berperan besar sebagai penyebar utama agama Islam di daerah Peureulak pada masa itu.

Peureulak berkembang menjadi kesultanan Islam pertama di Nusantara, dengan raja-raja yang menjadikan Islam sebagai identitas kerajaan dan fondasi pemerintahan.

Meskipun beberapa catatan bercampur dengan unsur legendaris, sejarawan sepakat bahwa Peureulak menjadi pusat komunitas Muslim yang terorganisir dan berpengaruh.

Pelabuhan Peureulak ramai dengan kapal dari Arab, Persia, Gujarat, dan Tiongkok, membentuk komunitas Muslim multietnis dan multikultural yang menjadi fondasi peradaban Islam awal di wilayah ini.

Baca juga: Kolaborasi Unimal dan PNL Desain Signage Kawasan Heritage Samudera Pasai

Samudera Pasai: Konsolidasi dan Penguatan Islamisasi

Jika Peureulak adalah gerbang awal Islam di Nusantara, maka Samudera Pasai adalah konsolidasi dan penguatan yang menentukan.

Muncul pada abad ke-13 di Lhokseumawe, Aceh Utara, Samudera Pasai tercatat secara jelas dalam sejarah dan arkeologi sebagai kerajaan Islam pertama yang terorganisir dengan baik.

Pendiriannya oleh Malik al-Saleh, yang makamnya masih berdiri dengan inskripsi Arab, menjadi bukti kuat eksistensi kerajaan ini.

Samudera Pasai tidak hanya menjadi pusat perdagangan internasional yang strategis, tetapi juga pusat dakwah dan pemerintahan Islam yang kokoh.

Catatan Ibnu Battutah pada abad ke-14 menunjukkan bahwa masyarakat Pasai menjalankan syariat Islam secara baik, dengan ulama memegang peran penting dalam pemerintahan.

Kerajaan ini bahkan memproduksi mata uang bertuliskan kalimat tauhid, mempertegas legitimasi agama dalam struktur kekuasaan dan ekonomi.

Hubungan diplomatik Samudera Pasai dengan kerajaan Islam lain di Nusantara seperti Minangkabau, Jambi, Palembang, Malaka, dan pesisir utara Jawa menegaskan posisinya sebagai penghubung penting dalam penyebaran Islam yang lebih luas.

Jalur Pelayaran dan Angin Muson: Katalis Peradaban Islam

Letak geografis Peureulak dan Pasai di pesisir utara Sumatra adalah sebuah anugerah strategis.

Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved