Kupi Beungoh

Ketika Buku Berdebu, dan Layar Jadi Teman: Masa Depan Perpustakaan di Era Digital

Beberapa tahun terakhir, pemandangan rak buku berdebu di sudut perpustakaan bukan lagi hal yang asing.

Editor: Amirullah
For Serambinews.com
Khairah Mahasiswa: Program Studi Ilmu Perpustakaan, Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry 

Oleh: Khairah 

Beberapa tahun terakhir, pemandangan rak buku berdebu di sudut perpustakaan bukan lagi hal yang asing. Buku-buku berjajar rapi, namun jarang tersentuh tangan pembaca.

Sementara di luar sana, ribuan orang menghabiskan waktu berjam-jam menatap layar, membaca berita, menonton video edukatif, atau menjelajahi berbagai sumber informasi daring. Dunia seolah berpindah dari lembaran kertas ke cahaya layar. 

Lalu, di manakah posisi perpustakaan di tengah arus digital yang begitu deras ini?

Fenomena ini bukan sekadar tanda perubahan zaman, melainkan panggilan bagi dunia perpustakaan untuk berevolusi. Dahulu, perpustakaan adalah sumber utama pengetahuan.

Ia menjadi tempat mencari informasi, berdiskusi, dan menumbuhkan kecintaan terhadap literasi. Namun kini, internet telah mengaburkan batas antara pustaka dan mesin pencari.

Siapa pun bisa mengetik satu kata di Google dan menemukan jutaan hasil dalam hitungan detik. Semua terasa cepat, mudah, dan tanpa batas waktu. 

Bandingkan dengan perpustakaan konvensional yang mengharuskan pengunjung datang langsung, menelusuri katalog, lalu mencari buku di rak secara manual. Tidak heran jika banyak anak muda mulai menganggap perpustakaan ketinggalan zaman.

Baca juga: Jangan Diabaikan, Tunjangan PNS Terancam Melayang Jika Abaikan Aturan Ini

Namun di balik perubahan besar itu, ada peluang yang justru tidak boleh diabaikan. Dunia digital bukanlah ancaman bagi perpustakaan, tetapi peluang besar untuk beradaptasi dan tumbuh.

Perpustakaan bisa menjadi jembatan antara tradisi membaca yang mendalam dengan kemajuan teknologi informasi. Masa depan perpustakaan tidak harus ditentukan oleh hilangnya buku fisik, melainkan oleh kemampuan lembaga ini untuk menyesuaikan diri dengan kebutuhan masyarakat yang terus berkembang dan dinamis.

Bayangkan sebuah perpustakaan yang tidak hanya dipenuhi rak buku, tetapi juga memiliki ruang interaktif dengan komputer, fasilitas Wi-Fi yang cepat, serta program pelatihan literasi digital untuk masyarakat.

Di tempat seperti itu, pustakawan tidak lagi sekadar menjadi penjaga buku, tetapi juga berperan sebagai navigator informasi. Mereka membantu pengguna memilah mana sumber yang kredibel dan mana yang tidak. 

Di tengah banjirnya hoaks dan misinformasi di dunia maya, peran pustakawan justru semakin vital. Mereka menjadi garda terdepan dalam menjaga kualitas pengetahuan publik dan memastikan masyarakat mendapatkan informasi yang benar.

Di banyak negara, konsep perpustakaan cerdas atau smart library sudah berkembang pesat. Melalui sistem digital, pengguna dapat mengakses koleksi dari mana saja, meminjam e-book tanpa batas waktu operasional, bahkan berinteraksi dengan pustakawan melalui layanan daring.

Baca juga: 4 Rahasia dr Boyke Agar Cepat Hamil, Ternyata Nomor 3 Sering Dianggap Sepele oleh Pasutri

Di Indonesia, langkah menuju arah itu mulai terlihat, seperti layanan e-resources milik Perpustakaan Nasional atau aplikasi iPusnas yang memungkinkan masyarakat membaca buku elektronik secara gratis. 

Beberapa perpustakaan daerah juga mulai mengembangkan layanan digital berbasis aplikasi. Namun tantangan terbesar tidak hanya terletak pada teknologi, melainkan pada kesiapan sumber daya manusia yang mengelolanya.

Masih banyak pustakawan yang belum terbiasa dengan sistem digital. Sebagian bahkan merasa canggung menggunakan platform daring untuk melayani pengguna.

Padahal, kemampuan literasi digital kini sama pentingnya dengan kemampuan mengelola koleksi fisik. Perubahan zaman menuntut pustakawan untuk lebih adaptif, kreatif, dan terbuka terhadap inovasi.

 Maka, pelatihan dan pendampingan menjadi langkah penting agar perpustakaan tidak tertinggal dalam arus modernisasi ini. Pustakawan perlu didorong untuk memahami teknologi, membuat konten digital, dan mengelola data pengguna dengan cara yang aman dan efisien.

Selain itu, perilaku pengguna perpustakaan juga mengalami transformasi besar.

Generasi muda lebih suka mencari informasi cepat melalui ponsel ketimbang membaca buku tebal di ruang baca. Mereka lebih tertarik pada tampilan visual, ringkasan isi, dan interaksi digital.

Baca juga: 8 Prompt Gemini AI untuk Ciptakan Foto Wanita Berhijab di Makkah yang Tampak Nyata dan Elegan

Perpustakaan perlu berbicara dengan bahasa mereka, bukan hanya menyediakan koleksi digital, tetapi juga menghadirkan pengalaman belajar yang menarik dan interaktif. Kegiatan seperti diskusi daring, klub baca virtual, pelatihan digital, hingga pameran literasi berbasis multimedia dapat menjadi cara baru untuk menarik minat generasi muda.

Perpustakaan juga perlu berani hadir di media sosial. Platform seperti Instagram, TikTok, dan YouTube bisa menjadi sarana efektif untuk memperkenalkan koleksi, membagikan informasi literasi, atau membuat konten edukatif yang ringan namun bermanfaat.

Dengan begitu, perpustakaan tidak hanya menunggu pengunjung datang, tetapi juga aktif menjangkau mereka di ruang digital tempat anak muda menghabiskan sebagian besar waktunya.

Dengan strategi seperti ini, perpustakaan bisa kembali menjadi tempat yang relevan bagi masyarakat. Ia tidak hanya berfungsi sebagai tempat membaca, tetapi juga ruang berkumpul, berbagi ide, dan berkreasi bersama.

Perpustakaan masa depan dapat menjadi pusat kegiatan komunitas yang mendukung pembelajaran sepanjang hayat, inovasi, dan kolaborasi lintas generasi.

Namun di sisi lain, ada hal penting yang patut dipertahankan. Ketika semua hal menjadi serba digital, hubungan emosional antara manusia dan buku bisa memudar. Aroma kertas, suara halaman yang dibalik, serta ketenangan ruang baca adalah bagian dari pengalaman literasi yang autentik dan tidak tergantikan oleh layar.

Di sinilah tantangan besar perpustakaan masa kini: bagaimana menjaga keseimbangan antara kemudahan teknologi dan kehangatan fisik yang menjadi identitas sejatinya.

Mungkin masa depan perpustakaan bukan soal menggantikan buku dengan layar, melainkan tentang menyatukan keduanya. Buku tetap menjadi simbol pengetahuan yang mendalam dan reflektif, sementara teknologi menjadi sarana untuk memperluas akses, mempercepat layanan, dan menjangkau masyarakat yang lebih luas.

Perpustakaan tidak perlu menjadi serba modern, tetapi harus mampu menjadi relevan dan bermakna bagi generasinya.

Jika kita melihat lebih dalam, alasan perpustakaan menjadi sepi bukan hanya karena kalah oleh teknologi, tetapi karena gagal membaca arah perubahan perilaku masyarakat. Ketika generasi muda lebih aktif di platform digital, perpustakaan seharusnya hadir di sana juga.

Pustakawan bisa membuat konten edukatif singkat, membahas buku menarik, atau berbagi tips tentang literasi digital. Inilah bentuk baru dari layanan perpustakaan yang tidak lagi terikat pada gedung dan rak buku, tetapi hadir di ruang digital tempat masyarakat banyak beraktivitas.

Teknologi tidak akan mematikan perpustakaan jika dikelola dengan visi yang jelas dan semangat inovasi. Justru, teknologi dapat memperpanjang usia perpustakaan dengan cara memperluas jangkauan, memperkuat relevansi, dan memperkaya pengalaman penggunanya.

Masa depan perpustakaan tidak lagi hanya berbicara tentang tumpukan buku, melainkan tentang bagaimana pengetahuan disebarkan, diakses, dan dimaknai oleh manusia.

Di era di mana layar menjadi teman sehari-hari, perpustakaan tetap memiliki fungsi penting sebagai tempat untuk berhenti sejenak dari hiruk-pikuk informasi digital, merenung, dan belajar dengan kesadaran penuh.

Maka biarlah buku-buku tua tetap berdiri sebagai saksi sejarah, sementara layar menjadi jendela yang membuka masa depan. Perpustakaan tidak harus memilih di antara keduanya. Ia hanya perlu satu hal, yaitu terus hidup, tumbuh, dan beradaptasi bersama zaman.

 

Penulis Khairah Mahasiswa: Program Studi Ilmu Perpustakaan, Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry
Email: khairah911@gmail.com

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved