Kupi Beungoh

Paradoks HIV/AIDS Di Negeri Syariah

Dengan judul “Paradoks HIV/AIDS di Negeri Syariah”, tulisan ini mencoba mengeksplorasi ketegangan antara norma moral, agama dan realitas kesehatan.

Editor: Agus Ramadhan
FOR SERAMBINEWS.COM
Irfan Maulana, SH 

Aceh dikenal sebagai daerah ‘syariah’ dan sebagai daerah syariah memiliki banyak peraturan yang berbasis agama termasuk pelaksanaan qanun jinayat, tradisi yang sudah berakar dari lingkaran studi agama, pendidikan agama di sekolah, pengawasan moral, dan bahkan penerapan polisi syariat.

Ini menciptakan paradoks yaitu norma moral dan instrumen agama seharusnya mencegah perilaku berisiko, tetapi kenyataannya malah sebaliknya karena perilaku tidak bermoral semakin merajalela dan bahkan meningkat.

Dalam hal ini, kemungkinan penyebab perilaku ini tidak sepenuhnya dapat dikendalikan oleh regulasi moral.

Paradoks ini tidak hanya soal angka, tetapi menyiratkan bahwa implementasi syariat atau norma agama, terutama dalam aspek kesehatan masyarakat Aceh memerlukan pendekatan yang lebih baik.

Pertama perlu integrasi antara norma agama dan edukasi kesehatan.

Seharusnya institusi keagamaan, lembaga pendidikan, dan dinas kesehatan bersinergi agar materi tentang kesehatan reproduksi, penularan HIV/AIDS, dan skrining dapat dijalankan.

Kedua layanan yang ramah dan inklusif bagi kelompok kunci, tanpa memandang orientasi seksual atau identitas gender, yang memang bisa menjadi sensitif di Aceh, pelayanan kesehatan harus menjangkau semua orang berisiko agar tidak ada yang “tersembunyi” dan menjadi sumber penularan.

Ketiga, mengurangi stigma sebagai bagian penting penanggulangan.  

Norma syariah mungkin memandang perilaku tertentu sebagai “melanggar moral”, namun dalam kesehatan masyarakat, fokusnya adalah pencegahan dan pengobatan, bukan penghakiman.

Jika stigma tinggi, orang enggan diperiksa atau berobat, sehingga penyakit makin meluas.

Keempat, memperkuat skrining dan deteksi dini, terutama di kalangan remaja dan pendatang.

Data di Aceh menunjukkan kasus usia muda dan migran cukup signifikan.

Program khusus untuk remaja (sekolah menengah) dan pendatang sangat penting. Kelima, monitoring dan evaluasi yang berbasis data.

Angka-angka kenaikan harus direspon dengan kebijakan yang tepat sasaran, bukan semata-mata dengan pesan moral saja.

3. Refleksi Untuk Negeri Bersyariat

Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved