Kupi Beungoh
Menanggapi Ejekan Benny K Harman terhadap Perdamaian Aceh dan Kata Helsinki
Perdamaian adalah hasil dari ikhtiar panjang, perundingan melelahkan, dan kompromi yang menuntut kerendahan hati dari kedua pihak.
Ia adalah tanda bahwa Aceh memilih jalan damai setelah melewati badai panjang.
Orang boleh berbeda pendapat tentang pelaksanaan MoU, tentang politik, atau tentang tokoh tertentu.
Tetapi menghina simbol perdamaian adalah garis merah yang tidak seharusnya dilewati.
Saya ingin mengingatkan Benny K Harman satu hal yang sangat sederhana namun fundamental: Aceh telah membayar sangat mahal untuk berdamai.
Lebih mahal dari apa pun yang mungkin Anda pahami.
Karena itu, berhentilah menjadikan Helsinki bahan olokan.
Hargailah pengorbanan orang-orang yang sudah pergi, hormatilah air mata keluarga yang telah lama menunggu kepastian, dan sadarlah bahwa perdamaian yang Anda nikmati hari ini bukanlah sesuatu yang jatuh dari langit, tetapi hasil dari penderitaan panjang yang tak terbayangkan.
Menghina perdamaian Aceh adalah menghina kemanusiaan. Dan itu bukan tindakan orang beradab.(*)
*) PENULIS adalah Dosen Ma'had Aly Darussalam
KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.
Baca Artikel KUPI BEUNGOH Lainnya di SINI
| Jauhi Zina dan LGBT: Karena Itu Merusak Diri, Keturunan, Agama, Nusa dan bangsa |
|
|---|
| Komunikasi Damai Dalam Konteks Aceh dan Era Digital |
|
|---|
| Empat Mesin Produktivitas Aceh: Lahan, Tenaga Kerja, Modal, hingga Jiwa Wirausaha |
|
|---|
| Syarifah Aceh: Dari Benteng Seuneulop ke Kampus Gadjah Mada |
|
|---|
| Ambiguitas dalam Merayakan Kemenangan Mamdani |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/aceh/foto/bank/originals/Dosen-Mahad-Aly-Darussalam-Tgk-Mukhsin-MA.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.