Opini
Guru vs Kecerdasan Buatan
Teknologi yang sedang saya bahas di sini adalah inovasi kecerdasan buatan manusia (Artificial Intelligence) yang disingkat dengan AI.
Dr Murni SPdI MPd, Dosen Prodi PAI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry
(Refleksi Hari Guru Nasional 2026)
SETIAP tanggal 25 November 2025 diperingati sebagai Hari Guru Nasional (HGN). Hari itu menjadi momentum penghormatan dan apresiasi kepada guru serta tenaga kependidikan atas kontribusi besar mereka dalam dunia pendidikan dan pembangunan karakter bangsa. Namun seiring dengan berjalannya waktu, teknologi semakin pesat dan tidak dapat dibendung lagi. Orang-orang yang tidak mau belajar dan beradaptasi dengan teknologi digital maka akan semakin tertinggal dan terlindas oleh zaman.Teknologi yang sedang saya bahas di sini adalah inovasi kecerdasan buatan manusia (Artificial Intelligence) yang disingkat dengan AI.
AI adalah teknologi yang meniru kemampuan intelektual manusia, seperti belajar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan, agar mesin dapat melakukan tugas-tugas yang biasanya membutuhkan kecerdasan manusia. Sehingga, penggunaan teknologi kecerdasan buatan manusia digunakan juga pada banyak instansi termasuk telah merambah di dunia pendidikan.
Lalu, timbul suatu kekhawatiran kepada masyarakat atau juga orang tua, apakah dengan adanya kecerdasan buatan yang dibuat oleh manusia, seolah-olah akan menggantikan peran guru yang benar-benar nyata wujudnya manusia yang sudah lama berkecimpung di dalam dunia pendidikan hingga saat ini? Sebelum penulis membahas lebih lanjut, sebaiknya kita melihat pesan dari Ali Bin Abi Thalib yang menarik dan bisa dijadikan motivasi. “Didiklah anak sesuai dengan zamannya karena mereka hidup pada zamannya bukan pada zamanmu”.
Pengembangan inovasi teknologi AI menjadi hal yang terus dikembangkan oleh para ahli. Beberapa ahli mengemukakan bahwa AI membuka peluang komputer dapat melakukan tugas-tugas yang lebih unggul dari manusia. AI dibuat antara lain untuk membuat perangkat lunak atau robot dapat membantu manusia dalam aktivitas rutin sehari-harinya, membuat mesin-mesin bekerja lebih optimal dan lebih pintar dari sebelumnya, dan membantu manusia dalam memecahkan masalah yang kompleks.
Pengembangan teknologi AI juga menciptakan sebuah zaman yang lebih dikenal sebagai era digital. Sehingga proses pendidikan seharusnya juga tidak lepas dengan integrasi teknologi di setiap proses pembelajarannya. Karena era digital memudahkan manusia dalam mencari referensi, mendorong kreativitas dan kemandirian, mengakses informasi yang edukatif, hingga mendorong penguasaan bahasa asing. Tidak heran, generasi Z dan Alpha sudah mulai memegang HP sejak umur 4 tahun. Saat duduk di bangku SMP dan SMA siswa bisa dengan mudah mengakses pembelajaran melalui internet. Peserta didik saat ini didominasi oleh generasi Z dan generasi Alpha, mereka terbiasa mencari informasi melalui Google dan kecerdasan buatan (AI).
Selain berdampak positif, ternyata ada dampak negatif yang turut menyertai kehadiran AI. Seperti munculnya masalah kesehatan akibat mengakses gawai atau gadget yang terlalu lama, sehingga menyebabkan saraf mata dan otak menjadi terganggu. Di samping itu AI memiliki kelemahan seperti tidak memiliki kesadaran atau pemahaman kontekstual yang diperlukan untuk membuat keputusan moral yang kompleks. AI tidak memiliki tujuan intrinsik. Semua tujuannya bergantung pada pemrograman dan instruksi manusia.
AI tidak memiliki pemahaman moral atau etika dan spiritual. Ia beroperasi berdasarkan aturan yang ditentukan. Pertanyaan tentang tindakan yang benar atau salah tidak dapat dijawab oleh AI tanpa konteks nilai-nilai manusia. Di samping itu AI tidak memiliki perasaan seperti manusia karena dia hanya mesin hasil ciptaan manusia dan tidak memiliki nyawa. Siswa sudah mulai ketergantungan mencari jawaban ujian lewat AI sehingga, mereka mulai malas membaca buku dan memerlukan analisis yang mendalam dalam pemecahan sebuah masalah.
AI dan peran guru
Tenaga pendidik atau guru menjadi sosok krusial dalam dunia pendidikan di era digital. Karena menjadi seorang pendidik, tidak hanya memiliki kewajiban untuk mencerdaskan generasi masa depan, namun juga membimbing serta membentuk karakter setiap individu. Guru sebagai sosok yang dapat dijadikan panutan atau teladan bagi murid-muridnya. Pendidikan tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan semata, namun juga mengembangkan sikap, serta membentuk nilai-nilai karakter yang positif.
Ada hal mendasar yang menyebabkan keberadaan sosok guru tidak akan digantikan oleh teknologi AI. Guru mengajarkan cara berpikir kritis. Dalam memecahkan dan menyelesaikan sebuah permasalahan, biasanya akan melibatkan kemampuan berpikir kritis untuk menganalisis informasi, mengevaluasi, hingga membuat keputusan. Tenaga pendidik dapat membimbing atau mendidik murid-muridnya untuk mengembangkan kemampuan kognitif melalui aktivitas diskusi, memberikan pertanyaan yang kritis, dan aktivitas lainnya.
Sedangkan teknologi AI, meskipun dapat menganalisis sejumlah besar data yang diberikan, tidak memiliki kemampuan pemikiran serta penalaran kritis yang telah dimiliki oleh manusia. Sehingga, keberadaan tenaga pendidik akan menjadi vital dalam menyaring dan memvalidasi informasi yang ada di dunia maya atau informasi yang didapatkan melalui teknologi AI. Guru mampu membangun hubungan dan interaksi dengan murid. Sementara teknologi AI bukanlah manusia. AI tidak dapat membangun hubungan atau interaksi.
AI tidak dapat mengerti dan memahami apa yang sedang dibutuhkan oleh murid. AI tidak dapat membimbing murid untuk berpikir maju. AI tidak mengerti pembelajaran yang melibatkan interaksi sosial emosional dan kesehatan mental. AI tidak dapat membangun interaksi yang tercipta antara guru dengan muridnya. Tenaga pendidik juga dapat berperan dalam mendorong atau mengembangkan bakat dan minat yang dimiliki oleh murid. Dalam konteks lain, guru berperan sebagai motivator.
Guru memiliki peran yang sangat penting dalam memotivasi murid untuk belajar dan membantu individu murid mengenali identitas mereka sebagai pembelajar, anggota masyarakat, calon pekerja, dan sebagai seorang manusia. Guru dapat membantu dan membimbing muridnya melalui interaksi langsung serta menjadi sosok teladan bagi muridnya. Hal ini tidak dapat digantikan oleh teknologi AI, karena membutuhkan kemampuan yang khusus, pengalaman bertahun-tahun, serta melibatkan interaksi interpersonal.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/aceh/foto/bank/originals/Dr-Murni-SPd-I-MPd-2025.jpg)