Mengenang Tsunami
Selamat Jalan Syuhada Tsunami
Tanpa Kusadari, tanganku menulis coretan ini, menjawab puisimu.
Aku sedih sekali dan hanya tiduran, membayangkan hari ketujuh anakku, biasanya dilakukan khanduri bagi yang buka uruek (kubur), pada hari keenam aku memanggil Nana, “Ada apa, Na?” untuk hari ketujuh Dedek Besok. Mie dan sarden belum ada yang jualan, semua pada hancur kena tsunami pasar juga tutup, orang pada cari keluarga yang hilang.
"Ngak apa-apa pukul 06.00 besok hari ketujuh Dedek, di masak semua. Siapa saja yang datang kita kasih makan,”
Omongan ku dengan Nana didengar oleh keponakannku dosen di Universitas Malaysia Mahlia, “Jangan kenduri dahulu nanti saja sesudah ada yang berjualan".
Entah apa yang membuatku marah tak terkendali lalu kukatakan, "Dedek Syahid, orang syahid tidak mati, dia hidup di samping Allah dan mendapat rezeki dari Allah, kalau benar Dedek Syahid pasti kalian bisa dapat makanan untuk tujuh hari Dedek aku menangis terus menerus.
Sore hari keponakanku Mahlia datang membawa ayam dan bebek yang masih hidup, telor 2 (dua) papan dan emping melinjo kebetulan buah nangka ada di pohon.
Entah tenaga darimana Nana menyiapkan semua sendiri pada hari ketujuh anakku, semua keluarga kami berkumpul dan berdoa. Cut Akakku seorang bidan di Ulee Kareung terkejut melihat makanannya, ada gulai ayam, gulai bebek, sambal lado telur, kuah gulai nangka, mie, kerupuk muling dan sarden.
"Dek beli di mana, di mana-mana ngak ada yang jualan, cari garam saja susah"
Pendek kujawab "Dari Allah"
Pertanyaan Cut Akakku tergiang-ngiang terus aku harus bangkit dari kesedihan. Semua kejadian sejak naik bus Kurnia dari Medan sampai hari ke tujuh Dedek Radhi meninggal satu-persatu datang kepadaku. "Ya Allah kejadian-kejadian ini membuka mata bathinku, Mudah-mudahan penguat imanku ya ... Rab
Aku mulai bangun dan mencari peninggalan Dedek Radhi ku, aku ke kamarnya kutemui puisi yang ditulisnya pada Desember 2004 sangat menyentuh batinku. Berikut puisi yang ditulis Dedek sebelum tsunami membawanya menghadap Sang Pencipta:
Ridhamu
By Dedek Radhi
Air Cinta, Ridhamu ya Rabb …
Kasih sayang, shilaturrahmi kalam Mu
Kesepian di dalam tangisku, Ya Rabb …
Sahabat di dalam ridha dan rahim Mu
Hening tubuh kasarku …
Haru biru sahabatku yang ingkar …
Lama lagi jasad sendiri …
Senyap henyap asma Mu
Semua Perkara perkara pada Mu
Semus sujud pada Mu
Berkuasa atas kehendak
Hamba Lelah
Tangisan jasad kasar sendiri
Menatap langit berbintang