13 Tahun Tsunami Aceh
13 Tahun Tsunami – Bencana Itu Merenggut Abang dan Seluruh Keluarga Mertua Saya
Tak ada yang menjawab panggilan kami di rumah ini yang baru bisa tembus pada hari ke dua kami berkunjung. Semua terasa sangat hampa.
Seperti abang kami, Muharram M Nur, beliau tinggal di kompleks perumahan di Cot Paya.
Seperti kebanyakan karyawan Serambi Indonesia, Bang Muharram memilih tinggal di sana, karena lebih dekat menjangkau tempat bekerja, yaitu Kantor Harian Serambi Indonesia yang berada di kawasan Baet, Kecamatan Baitussalam, Aceh Besar.
Bang Muharram, memiliki tiga anak dari istrinya yang bernama Maisarah.
Dari seluruh keluarga abang kami, hanya Kak Maisarah yang dapat kami temukan selamat, dengan luka-luka di sekujur tubuhnya.
Cerita Maisarah tentang kejadian tersebut, diabadikan dalam sebuah video yang diproduksi oleh Serambi On TV, berikut ini.
Wartawan idealis
Lahir di Gampong Aree Kecamatan Delima Kabupaten Pidie 6 Maret 1962, Muharram M. Nur merupakan putra pertama dari pasangan M. Nur dan Nurasyiah.
Memulai pendidikan dasar di MIN dan MTsN Gampong Aree, melanjutkan sekolah menengah atas ke PGA (Pendidikan Guru Agama) Sigli, dan mengambil pendidikan S1 FKIP Unsyiah Banda Aceh.
Selesai S1 Muharram M. Nur mengabdikan dirinya sebagai pendidik pada mata pelajaran PSPB di Al-Furqan Bambi Sigli dan Universitas Jabal Ghafur (UNIGHA).
Namun, beberapa hal dalam isi buku pelajaran bertolak belakang dengan sanubarinya, sehingga akhirnya beliau memilih resign yang disampaikan langsung kepada Bapak Nurdin AR (almarhum), bupati Pidie kala itu.
Beberapa saat setelah resign, beliau mengisi waktu dengan membantu usaha orang tuanya yaitu menjahit baju tempahan dan pesanan yang akan dijual se Aceh, sambil terus mengikuti berita-berita dunia melalui surat kabar, radio dan televisi.
(Baca: 13 Tahun Tsunami Aceh – Mengenang Muharram M. Nur, Penyambung Hati Nurani Rakyat)
Dalam kondisi itu adik iparnya Husaini Ibrahim (dosen sejarah Unsyiah), mengabarkan bahwa Harian Serambi Indonesia membuka lowongan wartawan.
Merasa inilah dunianya, Muharram pun memohon izin kepada orang tua tercinta untuk berangkat ke Banda Aceh. Beliau mengikuti seleksi dan dinyatakan lulus.
Menjadi seorang jurnalis seperti menemukan jiwanya. Dunia jurnalis adalah dunia yang sangat digemarinya, ini adalah destinasinya.