Citizen Reporter

Cara Taiwan Tangani Pendatang dan Cegah COVID-19, Home Quarantine dan Self-Health Management

Perjalanan saya ke Taiwan harus transit di Bandara Kuala Lumpur 2 Malaysia selama 1 hari penuh, karena penerbangan yang lebih awal dibatalkan.

Editor: Zaenal
SERAMBINEWS.COM/Handover
Muhammad Zulfajri, Mahasiswa Doktoral Medicinal and Applied Chemistry, Kaohsiung Medical University, Dosen Universitas Serambi Mekkah Aceh, Guru Dayah Darul Ihsan Teungku Haji Hasan Krueng Kalee, Ketua Komunitas Mahasiswa dan Masyarakat Aceh di Taiwan, dan Koordinator Rumoh Umat Indonesia (RUI) bidang Luar Negeri. 

Dengan keberhasilan metode ini, maka sampai saat ini Taiwan belum memberlakukan lockdown negaranya, meskipun pernah meliburkan sekolah dan kampus selama 2 minggu sejak 17 Februari-2 Maret 2020.

Kebijakan libur sekolah dan kampus ini didasari banyaknya mahasiswa asal Tiongkok yang kembali ke Taiwan setelah libur semester.

Mereka harus menjalani karantina di rumah.

Setelah itu, kegiatan sehari-hari di Taiwan normal seperti biasanya termasuk kegiatan sekolah, kuliah, kantor, pasar, dan lainnya.

Namun, dengan kesadaran yang tinggi, masyarakat Taiwan sudah tidak banyak lagi yang berpergian bila tidak mendesak.

VIDEO - Ketua Komunitas Mahasiswa Aceh di Taiwan Imbau Warga Jangan Dulu Pergi ke China

Dampak Virus Corona, Warung Indonesia di Taiwan Tutup

Pelajaran untuk Pemerintah Aceh

Belajar dari itu, Pemerintah Aceh dengan self-government-nya dapat melakukan berbagai langkah preventif tersendiri dengan belajar langsung ke beberapa negara yang sudah sukses menekan penyebaran COVID-19, meskipun perlunya koordinasi dengan pemerintah pusat.

Salah satu metode terbaik selain lockdown yang saat ini disuarakan oleh sebagian masyarakat, adalah dengan menerapkan sistem karantina untuk semua pendatang, melalui jalur darat maupun jalur udara, perjalanan internasional maupun nasional.

Saat ini, para warga yang pulang dari Jakarta, Jabar, Jateng, Banten sudah seharusnya diberlakukan karantina di rumah dengan pemantauan yang ketat.

Dasarnya, karena penyebaran COVID-19 di provinsi-provinsi tersebut sudah mengkhawatirkan.

Apalagi banyak daerah di Aceh belum memiliki peralatan dan sumber daya manusia yang terlatih untuk pengecekan langsung COVID-19.

Kebijakan ini diyakini dapat menenangkan kepanikan masyarakat Aceh ditengah langkanya masker dan juga hand sanitizer.

Langkah selanjutnya adalah menjamin ketersediaan masker dan hand sanitizer yang dapat dibeli dengan mudah.

Taiwan juga mempunyai aturan tersendiri tentang penjualan dan pembelian masker yang teratur.(*)

PENULIS adalah Mahasiswa Doktoral Medicinal and Applied Chemistry, Kaohsiung Medical University, Dosen Universitas Serambi Mekkah Aceh, Guru Dayah Darul Ihsan Teungku Haji Hasan Krueng Kalee, Ketua Komunitas Mahasiswa dan Masyarakat Aceh di Taiwan, dan Koordinator Rumoh Umat Indonesia (RUI) bidang Luar Negeri.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved