Kupi Beungoh
Berdagang Cara Rasulullah dan Kisah Sukses Abdurrahman Bin Auf, Beri Hadiah Atau Lebihkan Sedikit
Sahabat, berdagang sambil bersedekah tidak semata mata mencari keuntungan materil saja. Tetapi ada keberkahan dari Allah.
Lalu mereka bangkrut dan menjual semua lapak dagangannya itu kepada kaum muslimin.
Sahabat sekalian, cara berdagang seperti ini dahulu sering di pakai oleh pendahulu kita saat berdagang.
Mungkin sahabatku ingat bagaimana dulu saat orang tua kita belanja buah-buahan, pedagangnya selalu menambahkan beberapa biji setelah timbangannya cukup.
Ada juga saat orang tua kita beli daging, pedagang tetap menambahkan sepotong daging kecil setelah kilo yang kita minta dicukupkan.
Bahkan pedagang kacang rebus di jalanan juga menambahkan segenggam setelah beberapa takaran yang wajib diberikannya kepada pembeli.
Semua itu adalah ajaran Rasulullah, demi meraih keberkahan dalam perniagaannya.
Cara ini juga menjadi metode iklan paling baik untuk memajukan perdagangannya.
Sayangnya, cara cara berdagang seperti ini banyak diabaikan saat ini, terutama di toko-toko.
Jangankan kita mendapatkan hak kita setelah membeli, terkadang di beberapa tempat kita berbelanja, timbangan dan takarannya bahkan tidak cukup.
Hal ini kita tahu ketika kita menimbang dan menakarnya ulang ketika kita sampai di rumah
Sehingga perniagaan kita saat ini jarang sekali bisa tumbuh dan berkembang dengan baik.
Tak heran jika komoditi perdagangan kita di Tanah Air lebih dikuasai oleh etnis tertentu yang nonmuslim.
Amatan penulis, cara-cara berdagang Rasulullah ini banyak digunakan oleh saudagar Aceh yang berjualan di kedai runcit di Malaysia (kedai kelontong/sembako).
Beberapa kali saya pergi ke Malaysia, memperhatikan saat mereka melayani pembeli, sering menggenapkan harga ke bawah.
Misalnya, ketika pembeli ingin membayar belanjaan RM15,20 sen, penjual sering mengatakan dan mencukupkan bayaranya RM15.
Ada kala juga saat pembeli datang membawa anak kecil, selalu ada permen atau balon yang diberikan sebagai hadiah kepada si anak.
Mungkin cara berdagang ala Rasulullah inilah yang menjadi sebab betapa banyak dan suksesnya saudagar Aceh di Malaysia, menguasai perdagangan di negeri jiran itu.
Ketika masa pandemi ini terjadi, para pedagang kedai runcit ini juga ramai-ramai menyumbangkan hartanya, bergandeng bahu membantu orang-orang yang sedang kesulitan.
• Warga Aceh di Malaysia Sudah Salurkan 73 Ribu Paket Bantuan Dampak Covid-19, Ini Rinciannya
• Cara Pengusaha Aceh di Malaysia Lawan Corona, Bagikan Bahan Pokok untuk Menyokong PKP
Sayangnya, hari-hari ini para pedagang kedai runcit Aceh di Malaysia sedang diterpa isu tidak sedap.
Katanya ada beberapa kedai Aceh yang menaikkan harga jual barang, di tengah pandemi ini.
Kita sungguh sangat menyayangkan jika ini terjadi.
Karena tidak sepatutnya pedagang menaikkan harga barang di saat kondisi sulit.
Karena ini akan menimbulkan murka Allah dan Rasulullah.
Tapi kabar yang menimpa pedagang kedai runcit itu belum tentu benar.
Boleh jadi karena ada pihak yang berbuat curang, dengan menyebarkan kabar bohong, untuk menghancurkan para pedagang Aceh yang berbasis Islam.
Mudah-mudahan komunitas Aceh di sana bisa menyelesaikan persoalan ini secara baik.
Kita kembali ke cara berdagang ala Rasulullah.
Sahabat, berdagang sambil bersedekah tidak semata mata mencari keuntungan materil saja.
Tetapi ada keberkahan dari Allah.
Itulah yang paling penting harus kita raih.
Jika kita memulainya saat ini.
Tidak menutup kemungkinan pedagang muslim akan kembali berjaya di Aceh dan Indonesia.
Kita harus mampu melampaui dominasi pedagang nonmuslim secara sehat, seperti kesuksesan saudagar muslim di Madinah.
*) PENULIS Asrizal H. Asnawi adalah pengusaha yang terjun ke politik. Sekarang menjadi anggota DPR Aceh.
KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.