Karya Seni Pandemi Covid-19, Seniman Aceh Wig Maroe Lahirkan Monolog dan Gerak Tubuh

Bagi seniman teater Aceh, Wig Maroe, pandemi Covid-19 adalah ruang tanpa batas bagi ekspresi seni. Ia membuktikan hal itu dengan melahirkan...

Penulis: Fikar W Eda | Editor: Jalimin
For Serambinews.com
Seniman Aceh, Wig Maroe. 

Itulah alasan kenapa kemudian ia melahirkan enam karya teater tadi. Sebelumnya ia sudah memulai program penyelesaian tugas akhir mengambil lokasi Taman Budaya Surakarta, dengan  membuat karya-karya pendek/vlog tutorial latihan tubuh. 

Setiap seminggu ia   membuat 3 episode latihan tubuh teater, dan endingnya nanti, adalah mempertunjukan beberapa karya pencarian " tubuh" yang dinamakan sebagai TUBUG atau disebut juga gerak tubuh bersumber dari gampong/gerak tubuh Aceh.

Karya-karya semasa Covid-19 ini berisi tafsir tubuh teater dan tafsir makna dari situasi bencana Covid, dengan  beberapa tafsir tanda dan makna dalam situasi Covid.

Karya  berjudul "Tubuh Tukang"  dan "Tanganku Perduli Sebelahnya" merupakan hasil intepretasinya selama menjalani karantina mandiri di rumah. Dalam"Tubuh Tukang" ia  membuat rumah sendiri,  memanfaatkan tiang-tiang kayu yang tersusun di antara tonggak-tonggak  tiang rumah menjadi ruang eksplorasi pencarian tubuh.

Jalani Puasa Sambil Latihan di Polandia, Egy Maulana Vikri Mengaku Berat

"Kreator mencoba menterjemahkan bagaimana tubuh seorang tukang bila bekerja di suasana tumpukan kayu yang terikat tanpa pengamanan standar," jelasnya.

Lain lagi dengan karya "Tanganku Perduli Sebelahnya" berangkat dari sebuah insiden.  Saat sedang bangun rumah, Wig harus dibawa ke rumah sakit, karena tangan kanannya tersayat seng. Ia  mendapat delapan jahitan. Ia dibius total saat jalani operasi.

Insiden dan pengalaman itu kemudian diubah menjadi sebuah bacaan ketika banyaknya perawat atau tim medis yang menangani pasien Covid mendapat perlakuan tidak wajar dari warga, termasuk penolakan penguburan mayat-mayat pasien Covid-19.

Dari situasi perih itu, Wig membaca ruang kemanusiaan lainnya, sebab ada sebahagian warga  merespon penolakan tersebut penuh rasa kemanusiaan.

"Saya mencoba memberi tafsir atas situasi yang terjadi, termasuk cidera tangan saya tadi," kata Wig.

Secara pribadi, Wig Waroe atau Wig Rasyidin sedang menggiring dirinya untuk bersikap positif  terhadap keadaan dan peristiwa. 

"Berbuatlah apa yang kamu bisa lakukan, sebab dengan berbuat maka tunailah tugas kepala dan pikiran dalam menyimpan ide gagasan," katanya menutup percakapan.(*)

Nuraini Urung Buka Peti Jenazah Untuk Lihat Wajah Anaknya Terakhir Kali Setelah Tiba dari Tangerang

Belum Didukung Provinsi, Operasional Posko Bersama Perbatasan di Aceh Tamiang Dibiayai Patungan

Resep Kue Lebaran Ala Amos Cookies Terkenal, Postingannya Dibagaikan Lebih dari 200 Ribu Kali

Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved