Corona di Tiongkok
Kisah di Balik Perang Lawan Covid-19 di Wuhan, Tutupi Fakta hingga Pemecatan Pejabat Pemerintah
Cina masih menghadapi tantangan besar terkait potensi gelombang kedua infeksi Covid-19.
"Mayoritas ... Orang Cina saat ini masih rentan terhadap infeksi Covid-19, karena kurangnya kekebalan," kata Zhong dalam wawancara eksklusif dengan CNN, Sabtu (16/5/2020).
SERAMBINEWS.COM, BEIJING - Cina masih menghadapi tantangan besar terkait potensi gelombang kedua infeksi Covid-19.
Zhong Nanshan, penasihat medis senior Pemerintah Cina dan pejuang dalam melawan Covid-19, mengakui Pemerintah Kota Wuhan--lokasi awal munculnya virus Corona pada Desember 2019--sempat tidak melaporkan secara detil tentang wabah itu.
Komisi Kesehatan Nasional Cina (NHC) melaporkan lebih dari 82 ribu kasus Covid-19 dan 4.633 kematian.
Jumlah orang yang terinfeksi baru melonjak secara cepat cepat pada akhir Januari 2020, sehingga dilakukan lockdown di Wuhan dan larangan perjalanan nasional.
• BMKG Sebut Gelombang Laut di Barat Selatan Aceh Capai 6 Meter, Nelayan Diminta Hati-hati
• 12 Desa di Aceh Jaya Terendam Banjir
Pada awal Februari, Cina melaporkan sebanyak 3.887 kasus baru per hari.
Sebulan kemudian, kasus harian turun menjadi dua digit.
Sedangkan di Amerika Serikat (AS), jumlah infeksi harian meroket dari 47 kasus baru pada 6 Maret menjadi 22.562 pada akhir bulan.
Kehidupan di Cina perlahan-lahan kembali normal.
• Dunia Terancam Krisis Pangan, Jadi Dasar Aceh Besar Cetuskan Musim Tanam Gadu
• Gelombang 6 Meter Gagalkan KMP Teluk Sinabang Berlayar ke Simeulue, Putar Haluan ke Labuhanhaji
Lockdown telah dicabut, beberapa sekolah dan pabrik sudah dibuka kembali di seluruh negeri.
Namun, Zhong mengatakan Pemerintah Cina tidak boleh berpuas diri, karena masih ada bahaya gelombang kedua yang besar.
Kelompok-kelompok baru kasus virus Corona sudah muncul di seluruh Cina dalam beberapa pekan terakhir yaitu di Wuhan, serta Provinsi Heilongjiang dan Jilin.
"Mayoritas ... Orang Cina saat ini masih rentan terhadap infeksi Covid-19, karena kurangnya kekebalan," kata Zhong dalam wawancara eksklusif dengan CNN, Sabtu (16/5/2020).
"Kami menghadapi tantangan besar, itu (Cina) tidak lebih baik daripada negara-negara asing.
Mereka tidak suka mengatakan yang sebenarnya,” tambah Zhong.
Zhong dikenal sebagai "pahlawan SARS" di Cina karena memerangi epidemi sindrom pernafasan akut yang parah pada tahun 2003 lalu.
• Sosok Mbah Kung, Pria Tua yang Sering Unggah Video Bersama Wanita Muda Kini Sedang Sakit
• Aceh Tengah Dikepung Longsor
Kali ini, ia sudah memimpin tim penanggulangan virus coron negara itu, terutama pada tahap kritis awal wabah.
Pada 20 Januari 2020, Zhong menyatakan virus Corona dapat ditularkan dari orang ke orang, padahal sebelumnya otoritas kesehatan Wuhan selam berminggu-minggu bersikeras menyebut tak ada bukti penularan dari manusia ke manusia.
Otoritas kesehatan di Wuhan juga menyebut wabah itu dapat dicegah dan dikendalikan.
• Bank Dunia Setujui Pinjaman 700 Juta Dollar AS untuk Indonesia
• Boat Bawa Penumpang dari Simpang Jernih Tujuan Aceh Tamiang Terbalik, Dua Sepmor Hilang
Sebagai anggota tim ahli yang dikirim NHC untuk menyelidiki wabah awal, Zhong mengunjungi Wuhan pada 18 Januari.
Dia mengatakan banyak mendapat telepon dari dokter dan mantan mahasiswa, memperingatkan situasinya jauh lebih buruk daripada laporan resmi.
"Pemerintah setempat, mereka tidak suka mengatakan yang sebenarnya pada waktu itu.
Pada awalnya mereka diam, dan kemudian saya berkata mungkin kita memiliki (lebih banyak) orang yang terinfeksi," kenang Zhong.
Pejabat dipecat
Ia curiga ketika jumlah kasus yang dilaporkan secara resmi di Wuhan tetap pada angka 41 selama lebih dari 10 hari.
Padahal, saat itu infeksi Covid-19 sudah muncul di luar Cina.
"Saya tidak percaya hasil itu, jadi saya (terus) bertanya.
Saya minta mereka memberi saya angka sebenarnya. Kurasa mereka sangat enggan menjawab pertanyaanku," ungkap Zhong.
Di Beijing dua hari kemudian, pada 20 Januari, ia diberi tahu jumlah kasus di Wuhan menjadi 198, tiga orang meninggal, dan 13 pekerja medis terinfeksi.
• Kasus Polisi Tembak Istri dan Anggota TNI, Dipergoki Bersetubuh, Kedua Korban Pernah Pacaran
• Terlilit Tali, Pawang Tewas Diseret Kerbau
Dalam pertemuan dengan pejabat pemerintah pusat, termasuk Perdana Menteri Cina Li Keqiang, pada hari yang sama, ia mengusulkan lockdown di Wuhan untuk membendung penyebaran virus.
Langkah itu belum pernah terjadi sebelumnya.
Pemerintah pusat melakukan karantina wilayah di Wuhan pada 23 Januari, kemudian membatalkan semua penerbangan, kereta api dan bus, serta memblokir pintu masuk jalan raya utama.
Dalam wawancara dengan CCTV pada 27 Januari 2020, Wali Kota Wuhan, Zhou Xianwang, mengakui pemerintahnya tidak mengungkapkan informasi tentang virus corona kepada publik secara tepat waktu.
• Boat Bawa Penumpang dari Simpang Jernih Tujuan Aceh Tamiang Terbalik, Dua Sepmor Hilang
• 17.514 Kasus Covid-19 di Indonesia 17 Mei 2020, 4.129 Pasien Sembuh, 1.148 Orang Meninggal
"Sebagai pemerintah daerah, kami hanya dapat mengungkapkan informasi setelah diberi wewenang," katanya.
Pada Februari 2020, Cina memecat beberapa pejabat senior di tengah kritik yang meluas terhadap penanganan wabah oleh pemerintah setempat.
Menurut Kantor Berita Xinhua, mereka yang dipecat termasuk dua pejabat yang bertanggung jawab atas Komisi Kesehatan Provinsi, serta Ketua Partai Komunis China di Wuhan dan Provinsi Hubei.
Meski mengakui adanya upaya menutupi kondisi sebenarnya di masa awal wabah, Zhong menolak tuduhan statistik resmi Cina tidak dapat diandalkan.
Presiden AS Donald Trump telah secara terbuka mempertanyakan akurasi angka kematian Cina.
Tapi, Zhong mengatakan Pemerintah Cina sudah belajar dari kasus SARS 17 tahun alu, ketika menutupi fakta selama dua atau tiga bulan.
"Pemerintah pusat telah memerintahkan semua departemen harus melaporkan fakta sebenarnya.
Jika tidak melakukan perintah itu, akan dihukum.
• 3 Pekerja Tewas Terjatuh ke Sumur Setelah Berusaha Saling Menolong, Diduga Karena Gas Beracun
• Cekcok Soal Hubungan Gelap, Balita Ini Jadi Sasaran Amarah Selingkuhan sang Ibu, Korban Tewas
Jadi sejak 23 Januari, saya pikir semua data adalah benar," tambahnya.
Mengenai tuduhan virus Corona berasal dari laboratorium virology di Wuhan, Zhong menolaknya.
Dia mengatakan telah berulang kali bertanya kepada Shi Zhengli, pemimpin virologi dari Institut Virologi Wuhan.
"Dia bilang itu benar-benar konyol, dia belum pernah melakukan hal seperti itu," kata Zhong, yang menyebut Shi sebagai seorang teman baik.
• NASA Sebut Matahari Masuki Periode Lockdown, Bisa Sebabkan Kelaparan, Gunung Meletus, Cuaca Ekstrim
• HRD Dukung Keuchiek Percepat Penyaluran BLT Dana Gampong
Shi Zhengli mengaku pihaknya tidak punya kemampuan menciptakan virus buatan.
Zhong mengatakan pada awal Februari, otoritas pengendalian penyakit Cina melakukan penyelidikan selam dua minggu di Institut Virologi Wuhan, namun tidak menemukan apapun.(cnn/feb)