Virus Corona Serang Dunia
Dampak Corona, Maskapai Penerbangan Thai Airways Segera Melaporkan Kebangkrutan di Pengadilan
Pinyosinwa mengatakan dengan mengajukan kebangkrutan ke pengadilan tidak serta merta maskapai akan tutup dan bangkrut.
Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Muhammad Hadi
SERAMBINEWS.COM – Maskapai penerbangan nasional Thailand, Thai Airways International akan melaporkan kebangkrutannya ke pengadilan setelah dewan pemerintah mendukung rencana tersebut.
Namun, hal itu terlebih dahulu akan disampaikan ke dalam rapat kabinet pada hari ini, Selasa (19/5/2020) untuk dipertimbangkan.
Melansir dari Straits Times, Selasa (19/5/2020), sebuah komite yang mengawasi kebijakan BUMN Thailand sepakat maskapai harus mengambil langkah demikian, kata juru bicara pemerintah Narumon Pinyosinwat kepada wartawan, Senin (18/5/2020).
Namun, Pinyosinwa mengatakan dengan mengajukan kebangkrutan ke pengadilan tidak serta merta maskapai akan tutup dan bangkrut, tapi bisa saja maskapai mengalami restrukturisasi.
• Nova Minta Masyarakat Patuhi Protokol Kesehatan Covid-19 di Tengah Musibah Bencana Alam
• Pria Asal Kutaraja Ini Ditangkap Polisi, Karena Menggerayangi IRT yang Tak Lain Adalah Tetangganya
"Komite setuju secara prinsip agar Thai Airways memasuki proses rehabilitasi yang langsung di awasi oleh pengadilan," katanya.
Pengambilan langkah ini menggantikan rencana penyelamatan sebelumnya, dimana maskapai harus mencari pinjaman 58,1 miliar baht (Rp. 27 triliun) yang dijamin oleh pemerintah untuk memastikan likuiditas.
• 3 Maskapai Penerbangan Ini Kembali Beroprasi, Penumpang Harus Penuhi Syarat Berikut
• Penerbangan di Bandara SIM Kosong
• Larang Berjamaah di Masjid, Tapi Biarkan Kerumunan di Bandara, MUI Nilai Sikap Pemerintah Tak Tegas
Dalam sebuah pernyataan menanggapi laporan berita lokal, Thai airways membantah bahwa rapat dewan pada 15 Mei mengeluarkan resolusi untuk mengajukan kebangkrutan.
Rencana reformasi perusahaan telah disetujui oleh dewan pada 17 April 2020, kemudian disampaikan kepada kantor BUMN pada 29 April, dan akan segera disampaikan ke dalam rapat kabinet untuk tindakan lebih lanjut.
Pemerintah di seluruh dunia telah menngucurkan lebih dari US $ 85 miliar (Rp. 1,2 Kuadriliun) untuk menopang maskapai penerbangan setelah pandemi virus corona menghentikan pengoperasian maskapai dunia.
Thailand membatasi pergerakan sosial hingga Mei dan sebagian besar penerbangan internasional dilarang hingga akhir Juni, meskipun beberapa penerbangan domestik telah dimulai kembali.
Thai Airways, mayoritas dimiliki oleh Kementerian Keuangan Thailand, memiliki utang sekitar 92 miliar baht (Rp. 42 triliun), di mana sekitar 78 persen merupakan utang kepada investor obligasi, menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg.
Tris Rating Co, yang sebagian dimiliki oleh S&P Global Ratings, telah menurunkan peringkatnya pada Thai Airways dan obligasi tanpa jaminan senior dari carrier A ke BBB.
• Mulai 14 Mei 2020, Garuda Rumahkan 800 Karyawan Kontrak Selama 3 Bulan
• Garuda Kembali Mendarat di Aceh
• Sebelum Terbang, Penumpang Lion Air Wajib Patuhi Sejumlah Persyaratan Ini
"Pemegang obligasi Thai Airways sedang mengawasi dengan cermat untuk rincian rencana rehabilitasi," kata Thiti Tantikulanan, wakil presiden eksekutif senior Kasikornbank.
"Dampaknya pada pasar obligasi keseluruhan akan terbatas karena obligasi Thai Air sebagian besar telah dijual kepada sekelompok investor terbatas," sambungnya.
Thai Airways telah membukukan kerugian tahunan hampir setiap tahun sejak awal 2013.